Tepat pukul 04.20, Ruby telah beranjak dari tempat tidurnya. Dia segera mengambil air wudhu dan kemudian mendirikan sholat shubuh.
Sinar matahari melewati celah tirai kamarnya. Ia kini telah bersiap untuk pergi ke tempat kajian. lokasi mesjid tempat kajian itu tidak terlalu jauh dari kompleks. Ruby akan berangkat bersama kak Aisyah. Ia ingin mengisi waktu libur kantornya dengan datang ke kajian itu.
Sejak menjadi kepala bagian pemasaran, dia selalu sibuk dengan pekerjaannya. Tak jarang Dia bahkan tidak menghadiri acara keluarga karena kesibukannya. Bahkan, ketika ia sedang sangat sibuk ia melalaikan sholat yang menjadi kewajibannya. Ia benar-benar rindu akan nasehat-nasehat spritual yang ia dapatkan sewaktu SMA. Ia merasa hatinya selalu dalam kegelisahan namun tidak tahu kenapa dan apa yang menyebabkan hal itu.
"Kemarilah Ruby, Kita akan segera memulai kegiatan kita" panggil Aisyah.
"Aku akan segera kesana" jawab Ruby yang masih merasa asing dengan perkumpulan para wanita berjilbab di depannya itu.
"Jangan merasa sendiri, kamu akan terbiasa dengan ini" kata Aisyah lagi
"Baiklah" jawab Ruby kemudian bergabung bersama
Pagi itu ia mendengarkan ceramah oleh ustadzah Khadijah. Ia banyak mendapatkan nasehat-nasehat tentang hidup. Bagaimana seorang wanita seharusnya menjadi seorang yang dimuliakan. Ia sangat paham kodrat seorang perempuan yang seharusnya tinggal di rumah namun selama ini ia tidak ingin seperti itu. Baginya bekerja adalah prioritas dan dia senang dengan pekerjaannya. Sangat benar jika dia tumbuh dalam lingkungan agamis namun selama ini ia tidak pernah dikekang oleh keluarganya. Ia diberi kebebasan penuh dalam hal menentukan hidup termasuk menjadi wanita karir atau seperti ibunya yang tinggal dirumah sesuai perintah sang Ayah.
Batin Ruby bergejolak, terkadang perkataan ustadzah Khadijah memberikan rasa nyeri di hatinya. "Aku benar-benar ingin ...." Ruby tiba-tiba dikejutkan oleh Aisyah yang menepuk pundaknya.
"Ada apa dek, apakah kamu ingin bertanya sesuatu" kata Aisyah
"Aku tidak ..tidak..., aku tidak ingin menanyakan apapun" kata Ruby
"Ruby kamu kelihatan begitu cantik mengenakan hijab itu" kata Aisyah lagi setelah kajian dibubarkan.
"Ini pertama kalinya aku mengenakan jilbab, mungkin aku memang sholat tapi ayah tidak pernah memaksakan untuk aku Berjilbab" tukas Ruby.
Sejak dulu ia memang tidak mengenakan jilbab kecuali saat kondisi mewajibkannya mengenakan jilbab. Terakhir kali ia mengenakan jilbab itu pada saat kelulusan SMA. Saat kuliah ia tidak lagi mengenakan jilbab. Jika bukan untuk kajian ini pun, ia mungkin sedang tidur di kamarnya dan tidak akan mengenakan jilbab untuk pertama kalinya lagi setelah sekian lama.
"Aku merasa sangat gerah, mungkin ini karena aku baru mengenakan jilbab lagi" Batin Ruby setelah merasakan keringatnya mulai mengucur.
Setelah dari kajian itu, mereka berdua langsung pulang ke rumah. Aisyah menatap Ruby yang sedari tadi diam saja.
"Ada apa Ruby ?" tanya Aisyah membuka percakapan
"Aku tidak apa-apa kak" jawab Ruby
Aisyah tidak melanjutkan pertanyaannya karena ia sudah mulai sedikit mengenal Ruby adik dari suaminya itu. Ruby telah jauh tenggelam dalam pikirannya sendiri. Dia benar-benar memikirkan apa yang dikatakan oleh ustadzah Khafifah.
"Dunia akan selalu terpaut dengan apa yang menjadi keinginan akal mu, tapi akhirat akan selalu terpaut dengan keinginan hatimu" batin Ruby. Ia selalu terngiang-ngiang dengan kata-kata ustadzah Aisyah. Pikirannya kini dipenuhi dengan pertanyaan selama dia hidup. Apakah ia telah memenuhi keinginannya. Apakah ia telah puas dengan pencapaiannya atau apakah ia telah menemukan tujuan akhirnya sampai saat ini.
santap malam telah siap, ibu dibantu oleh kak Aisyah menyiapkan makanan sedang Ruby yang belum keluar kamar sejak siang tadi.
"Panggil Adik mu Rinto" pinta sang Ayah
"Dia akan segera turun ayah, tidak mungkin dia akan melewatkan makan malam yang sangat menggugah selera ini" jawab Rinto
"Sejak siang tadi ia tak kunjung keluar dari kamarnya, apa mungkin ia mendapat masalah dari kantor" khawatir Ibu Ruby
"Kapan anakmu itu dapat masalah Bu, kalo bukan dia sendiri yang menciptakan, andai dia pembuat masalah, tidak mungkin sekrang dia ada diposisinya yang sekarang" jawab Rinto
"Apa maksudnya itu mas ?" tanya Aisyah yang kebingungan dengan percakapan suami serta mertuanya itu
"Sejak kecil dia sudah menjadi anak kebanggaan ayah dan ibu. Dia tidak pernah mengeluh atau menyusahkan seperti diriku. Pernah sekali ia selalu pulang terlambat ternyata ia bekerja paruh waktu di sebuah tempat pelatihan bela diri. Ia membiayai sendiri kuliahnya dengan gaji yang ia peroleh dari tempat itu" jelas Rinto
"Hanya satu yang ayah sayangkan padanya." timpal ayah Ruby.
" Ia sangat lebih memilih memikirkan semua hal sendiri dan pada akhirnya akan memutuskan sendiri bagaimana hal tersebut. yah seperti mengenakan hijab dan sebagainya" Kata Ibu Ruby
"Satu lagi, ia sangat tidak menyukai hal-hal diluar rencananya, tapi yah mungkin pengecualian untuk hari ini" kata Rinto tertawa
"Maksudnya mas" tanya Aisyah bingung lagi
"Maksudnya itu, ini kali pertama dia mengenakan hijab lagi dan ikut pengajian" kata Ibu Ruby menjawab kebingungan menantunya itu.
Ruby beranjak dari kamarnya menuju ruang makan. Ia kini sudah memutuskan sesuatu yang menurutnya penting untuk ia ketahui. mendengar gelak tawa di ruang makan membuatnya keheranan.
"Ada apa ayah ibu ?" tanya Ruby yang baru saja duduk di kursi miliknya
"Hanya Senda gurau tentang dirimu" jawab sang Ayah
"Ayah, Kupikir aku harus memberitahu mu sesuatu" kata Ruby
"Baiklah, nanti setelah kita menyantap makanan ini" kata Ayahnya
"Baik Ayah"
Mereka menyantap hidangan makan malam mereka dengan sangat lahap. Ruby dan ayahnya kini berada di ruang tengah mereka. Tempat mereka bersenda gurau sambil menonton TV. Ayah Ruby tidak kaget lagi ketika anak perempuan satu-satunya itu meminta waktu untuk berbicara. Ia akan dengan senang hati mendengarkan semua ocehan dari putrinya itu.
"Ayah, hari ini aku tahu sesuatu kalau aku mungkin telah melewatkan tujuan hidupku." kata Ruby mengawali pembicaraan mereka
"Apa kamu punya cita-cita yang belum tercapai ?" tanya Ayahnya bingung
"Ayah, selama ini aku menentukan apa yang kuinginkan sesuai dengan perkiraan ku sendiri." jawab Ruby
"Ayah tahu itu, terus ?"
"Begini ayah, Aku ingin mendalami agama lebih dalam". jawab Ruby langsung
"Ayah pikir kamu sangat sibuk di kantor mu?"
tanya Ayahnya lagi
"Itulah mengapa aku ingin tanya kepada ayah soal ini, yah sedikit banyaknya sih tadi aku tersindir dengan ceramah dari guru kak Aisyah tadi" kata Ruby memalingkan wajahnya
"Ayah paham sekarang, tahu tujuan manusia itu diciptakan salah satunya adalah sebagai seorang hamba" kata Ayahnya yang sudah mengerti masalah yang dihadapi oleh anaknya
"Aku selalu mengingat ucapan ayah yang itu" jawab Ruby
"Nah, sederhana hamba disini maksudnya mereka yang wajib melaksanakan perintah tuannya, Tuan kita jelas yang menciptakan kita, dan lebih jelas lagi kalo yang menciptakan kita adalah tuhan. Tuhan kita siapa ya Allah SWT, lebih sederhana lagi kamu itu harus tahu dan paham esensi hamba itu seperti bagaimana kalo sudah paham maka kamu pasti bisa menjadi seorang hamba yang taat" jelas Ayahnya
"Mungkin aku melewatkan bagian dimana paham akan esensi aku sebagai hamba" kata Ruby sambil berpikir jauh
"Ayah sangat senang mendengar jika kamu ingin belajar lagi soal agama" kata Ayahnya dengan senyuman hangat
"Itu karena aku merasa ada yang hilang dalam hatiku dan boleh jadi jawabannya adalah agama yah agamaku sendiri" kata Ruby
"Belajarlah pada kakakmu dan istrinya" pintah ayahnya
"Yah, aku akan memikirkan hal ini, terima kasih yah" kata Ruby seraya berlalu ke kamarnya.
Mendengar anaknya ingin belajar agama membuat hati sang Ayah terharu. Setelah sekian lama akhirnya Ruby yang memintanya sendiri. Ibunya pun turut senang dengan hal itu. meski Ruby belum mengenakan hijab tapi mereka yakin putri mereka akan menemukan jalan pulang kembali pada tuntunan yang disyariatkan oleh agama.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
فَمَنْ يُّرِدِ اللّٰهُ اَنْ يَّهْدِيَهٗ يَشْرَحْ صَدْرَهٗ لِلْاِ سْلَا مِ ۚ وَمَنْ يُّرِدْ اَنْ يُّضِلَّهٗ يَجْعَلْ صَدْرَهٗ ضَيِّقًا حَرَجًا كَاَ نَّمَا يَصَّعَّدُ فِى السَّمَآءِ ۗ كَذٰلِكَ يَجْعَلُ اللّٰهُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
"Barang siapa dikehendaki Allah akan mendapat hidayah (petunjuk), Dia akan membukakan dadanya untuk (menerima) Islam. Dan barang siapa dikehendaki-Nya menjadi sesat, Dia jadikan dadanya sempit dan sesak, seakan-akan dia (sedang) mendaki ke langit. Demikianlah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman."
(QS. Al-An'am 6: Ayat 125)