Sejak lamaran Rinto, ibu dan ayah Ruby sangat sibuk. Mereka mempersiapkan pernikahan Rinto dengan sebaik mungkin. Rinto sedang ada di luar kota karena tugas Dinas dan ia akan kembali 3 hari sebelum hari-H. Sementara itu Ruby juga harus ikut membantu dalam persiapan hingga ia kewalahan mengatasi semuanya.
Ruby harus bekerja lembur agar bisa dapat izin kantor di hari pernikahan kakaknya. Semua timnya ikut membantu pekerjaan Ruby agar lebih ringan. hari ini ada pertemuan dengan klien di luar dan itu harus dilakukan oleh Ruby. Ruby bersiap untuk keluar bersama asistennya namun tiba-tiba Pak Direktur sudah ada di depan pintu ruangannya.
"Ada apa bapak kesini, kebetulan saya akan keluar bertemu klien pak" tanya Ruby seraya mempersilahkan Pak Devan duduk
"Aku kemari untuk menanyakan soal Promosi yang beberapa hari lalu dibicarakan" kata Pak Devan
"Soal itu aku belum memikirkannya pak, belum juga cukup 3 tahun saya menempati posisi ini dan saya rasa saya masih sangat senang dengan pekerjaan saya" jawab Ruby
"Saya sangat paham maksudmu" ungkap Pak Devan lalu berdiri meninggalkan tempatnya
"Terima kasih Pak. maafkan jika saya mengecewakan bapak untuk ke sekian kalinya" kata Ruby
"Aku sudah mengenal mu sejak kamu masih karyawan biasa dan benar kamu tidak berubah. Kamu punya potensi bahkan aku kesini dengan maksud memberimu kesempatan tapi belum sempat aku menawarkan kamu sudah menolak ku" kata Pak Devan seraya tertawa
"Jangan seperti itu pak, nanti timku salah paham jika bapak berkata seperti itu" kata Ruby di depan timnya
" kalian beruntung memiliki Ruby sebagai kepala manager" kata Pak Devan lalu kembali ke ruangannya.
Ketika pak Devan sudah tak terlihat, ruangan kerja tim pemasaran menjadi heboh. mereka jelas mendengar jika pak Devan kesini untuk menawarkan posisi wakil direktur kepada Bu Ruby tapi langsung ditolak bahkan sebelum penawaran itu belum disampaikan.
Topik itu menjadi pembahasan sepanjang hari di grup karyawan kantor. Ada banyak komentar yang menghinggapi Ruby setelah kejadian itu. Bahkan saat Ruby kembali dari pertemuannya diluar, semua mata masih menatapnya ketika ia memasuki kantor. Sungguh hari yang melelahkan untuknya sekaligus membingungkan. "Ada apa dengan orang-orang di kantor ini, mereka melihatku dengan tatapan yang aneh" batin Ruby.
"Ibu,, mau ikut saya pulang nanti" kata Dea
"Boleh, kali ini aku numpang yah. aku harus sampai di rumah sesegera mungkin" kata Ruby seraya berbenah. Ia tiba di kantor tepat pukul 17.00 dan itu artinya jam pulang sudah hampir tiba.
"Jadi ibu tidak ikut ke pertemuan malam ini ?" tanya Dea heran
"Pertemuan, saya tidak mengetahui kalo malam ini ada pertemuan" tanya Ruby bingung
"Apa ibu tidak membaca group kita, karena pertemuan dengan klien berhasil dan kita dapat memenangkan tender, kami ingin mengundang ibu untuk makan malam" kata Dea
"Tolonglah Bu, ikutlah dengan kami malam ini" kata Dea
"Baiklah. aku tidak bisa menolak kalian, ini juga harus dirayakan karena kalian kita bisa memenangkan tender itu." Ungkap Ruby.
Ruby dan Dea melaju ke tempat pertemuan mereka. Ternyata pertemuan itu diadakan di sebuah cafe. Kafe itu terlihat sangat mewah. Tidak biasanya Dea dan timnya memilih tempat semewah ini. "Semoga pertemuan ini akan selesai lebih cepat" batin Ruby.
Perayaan keberhasilan tim pemasaran berlangsung berbeda kali ini. Bukan hanya karena Ruby datang tapi juga karena ada tamu lain yang diundang.
"Apakah kalian mengundang orang lain untuk perayaan ini" tanya Ruby pada timnya
"Yah Bu, kami mengundang pak Direktur karena ia mendengar percakapan kami tadi" jawab Reni salah seorang dari rekan kerjanya
"Oh itu sebabnya kalian memilih tempat semewah ini" kata Ruby mulai mengerti
"Maafkan kami Bu, kami sebelumnya tidak memberitahukan hal ini" jawab Reni merasa tidak enak.
"Apa masih ada lagi yang kalian undang" tanya Ruby yang sudah tidak sabar untuk menyantap makan malamnya
"kata Pak Direktur, ia akan datang bersama Pak Presdir" ungkap Dea
"Ah yah. Aku paham kalian mungkin akan berpesta tapi aku hanya akan ikut pertemuan ini untuk tim kita" kata Ruby
"Ini bukan karena kami yang mau Bu, tapi katanya Pak Presdir yang menawarkan untuk ikut" kata Dea. Dia sangat paham watak atasannya itu. ia sangat menghindari pertemuan dengan para eksekutif kantor.
"Yah, kali ini aku mengerti. aku pun sudah terjebak disini. tak ada yang bisa menjemput ku pulang dan ku yakin kalian tidak akan membiarkan ku pulang." kata Ruby sambil menghela napasnya.
"Iya Bu" jawab timnya serempak lalu tertawa
Tidak lama Pak Devan bergabung bersama mereka. Pak Devan tidak sendiri, ia datang bersama pak Presdir. Mereka pun larut dalam bincang-bincang santai tim pemasaran. Ruby hanya terdiam dan mendengarkan mereka berbicara soal kantor. Ia terus saja melihat jamnya karena tak ingin pulang larut malam
"Ruby kenapa kamu terus menatap jam" tanya Pak Devan tiba-tiba
"Begini pak, saya harus ada dirumah secepatnya. Malam ini saya harus ke bandara menjemput keluarga saya yang datang dari luar. Mereka akan tiba sekitar 2 jam lagi. Saya tidak enak untuk pamit duluan tapi saya juga tidak bisa mengabaikan panggilan orang tua saya pak" ungkap Ruby
"kamu memang selalu menemukan alasan logis untuk menghindari pesta" kata Pak Devan tertawa
"Kalau begitu mari pulang bersama saya, saya juga harus mengurus sesuatu" kata pak Presdir langsung. Semua langsung terdiam setelah mendengar ucapannya. bahkan Pak Devan sekalipun
" Itu anu pak, saya sangat menghargai tawaran bapak, tapi saya sudah memesan grab dan sepertinya sudah ada di depan" tolak Ruby langsung
Situasi pertemuan itu semakin canggung. Mereka semua tidak menyangka akan ada percakapan seperti ini di depan mereka. Adegan seperti di film-film. Yah seorang Presdir perusahaan menawarkan tumpangan untuk gadis yang langsung menolaknya. Sungguh drama yang berakhir kekecewaan.
Ruby tahu ia mungkin akan menjadi bahan pembicaraan esok hari. Tapi ia tetap dengan keputusannya tidak ingin merepotkan orang lain atau sampai berhutang sama orang.
Ruby tiba dirumahnya. Ia segera berbenah lalu mengambil kunci mobilnya. Malam ini tantenya datang dari luar negeri. Ia harus menjemput nya di bandara.
"Ibu aku berangkat dulu" pamit Ruby
"Yah, hati-hati nak" kata Ibunya. Ruby sangat jarang berkendara. bahkan SIMnya ia peroleh karena dipaksa oleh Rinto. Rinto selalu menjadi orang yang mengantar Ruby kemana-mana bahkan Ia menjadi tameng bagi Ruby untuk tidak ikut larut dalam pesta yang diadakan kantornya.
Tak terasa hari pernikahan Rinto telah tiba. Ruby telah mendapat izin keluar kantor untuk hari ini. Ia begitu anggun dalam pakaian kebaya yang senada dengan pakaian sang mempelai pria. Mereka berangkat ke gedung tempat ijab Qobul akan dilaksanakan.
Acara berlangsung hikmat. Ruby ikut menangis ketika ibunya terisak. Kakaknya kini telah dewasa. bahkan hari ini Ia telah menjadi seorang suami.
Acara selamatan Rinto berlangsung sederhana. Tak banyak yang di undang hanya keluarga terdekat dari masing-masing mempelai.
"Namamu ternyata Ruby yah" kata Aisyah.
"Iya kak. ternyata kakak masih mengingatku" jawab Ruby lebih ramah
"Aku tidak menyangka kita akan jadi keluarga" kata Aisyah lagi
"Yah seperti itulah. Sepertinya aku memutuskan untuk bergabung denganmu kak" kata Ruby
"Itu artinya kamu menerima tawaranku" kata Aisyah untuk lebih memastikan
"Yah, sepertinya begitu"
Ruby telah memutuskan untuk menerima tawaran Aisyah. Ia pun sudah berniat untuk kembali belajar dan mendapatkan nasihat-nasihat spritual yang selama ini ia tidak dapatkan.