Tepat pukul 04.30 Alarm milik Ruby berbunyi dan ia pun terbangun dari tidurnya yang lelap. Ia bergegas pergi ke kamar mandi. setelah itu ia pun melaksanakan sholat shubuh.
"Akan ku berikan brosur ini pada ibu nanti" batin Ruby
Setelah selesai berbenah Ruby menuruni tangga menuju ruang makan. setiap paginya ia sarapan bersama ibu dan bapak serta kakak semata wayangnya. layaknya anak-anak pada umunya, ia sangat menyukai masakan ibunya.
"Bu, saya kemarin diberi brosur kajian, bagaimana apakah saya harus ikut atau tidak" tanya Ruby pada ibunya.
"coba ibu lihat brosurnya ?" pinta ibunya
Ruby mengeluarkan sebuah selembaran dari dalam tasnya lalu memberikan brosur itu pada ibunya.
"oh ini, kalo ini ibu tahu. mereka yang terkumpul disini sepertinya mereka memang seumuran dirimu"
"jadi bagaimana Bu"
"kalo ini, ibu sih terserah kamu. kan yang bekerja kamu dan yang ingin ikut itu kamu"
"baiklah"
Dari kamar lantai 2 terdengar suara Rinto yang berteriak. Dia berlari turun dan bergegas karena sudah terlambat. Dia sudah terlalu bergantung sama orang lain untuk membangunkannya. Usianya hanya terpaut dua tahun di atas Ruby dan dia pun belum bisa mandiri.
"kenapa tidak ada yang membangunkan ku. hari ini aku ada urusan yang sangat penting" kata Rinto
"aku membangunkanmu kak, tapi kamu terlalu nyaman dengan kasur sehingga kamu terus melanjutkan tidur mu itu" jawab Ruby
"Aku sangat mengantuk selepas shalat shubuh tadi" kata Rinto sambil menyantap sarapannya
"kenapa kamu sangat terburu-buru hari ini" tanya sang Ayah setelah daritadi dia hanya diam memperhatikan keluarganya
"Ayah lupa apa yang kita bicarakan semalam, kupikir aku sudah mengatakan kalo hari ini aku akan..."
"Akan apa kak ?" sela Ruby
"Kakakmu ingin melamar seseorang" jawab ibunya
Ruby menatap kakaknya dengan penuh keheranan. Sejauh yang ia tau kakaknya lebih religius daripada dirinya dan sudah tentu ia tidak pernah sekalipun terlihat bersama perempuan selain dirinya. Ia bahkan tidak berpikir jika kakaknya benar akan melamar seorang perempuan.
"sungguh kakak akan melamar seseorang untuk jadi istrinya ?" tanya Ruby
"iyaa, semalam kami telah mendiskusikan hal itu, kami belum sempat memberitahumu karena kamu pulang larut malam" jawab Ibunya.
Jam 07.00, Ruby meninggalkan rumahnya dan berjalan ke kantornya. Ia kini larut dalam kebingungannya soal Rinto. sejak kapan kakaknya mengenal perempuan itu?, apa yang membuatnya yakin untuk datang melamar?, dan siapa perempuan yang mampu membuat kakaknya berani mengambil keputusan sebesar itu. Ruby sampai di kantornya tepat waktu dan langsung ke ruangannya. Ia punya banyak pekerjaan hari ini namun harus menyelesaikannya secepatnya. Ia harus membantu persiapan kakaknya yang ingin pergi melamar.
"Tolong semua laporan yang perlu saya tanda tangani kamu bawa kesini" pinta Ruby pada asistennya
"baiklah Bu, segera saya bawakan"
tak berapa lama, semua tumpukan dokumen telah ada di atas meja Ruby. tanpa menunggu lagi ia memeriksa semua berkas laporan itu dan menandatangani yang perlu ia tanda tangani dan merevisi laporan timnya yang masih kurang.
"Bu ini sudah jam makan siang" kata Asistennya
" Ah baiklah." jawab Ruby seraya berjalan keluar dari kantornya
"Kenapa ibu sangat bersemangat dengan laporan hari ini, apa ibu ada urusan di luar" tanya Asistennya selama perjalanan ke kantin
"aku harus membantu orang tuaku menyiapkan lamaran kak Rinto nanti malam" jawab Ruby.
"Bagaimana dengan mu bu, apakah juga sudah ada lamaran yang datang" tanya Asistennya lagi
"Apa maksudmu bertanya seperti itu padaku" tanya Ruby balik
"Aku tidak bermaksud apa-apa Bu, hanya penasaran. sejak mengenalmu aku belum sekalipun tahu kamu sedang dekat dengan seseorang" ungkap Asistennya
"Aku sedang dan belum ingin menjalin hubungan saat ini, sudah cukup tumpukan laporan yang setiap hari kamu bawakan" jawab Ruby lalu menyantap makan siangnya
Ruby memang terkenal dengan kesederhanaannya, dia dikenal cukup ramah kepada bawahannya namun cuek kepada orang-orang yang bukan menjadi urusannya. Dimata timnya dia adalah perempuan yang sempurna, matanya yang bulat menambah kecantikan parasnya. tidak sedikit karyawan laki-laki tertarik padanya bahkan para investor terkadang memintanya untuk bertemu secara pribadi. satu hal yang kurang adalah dia selalu menjaga jarak dari setiap orang ketika dia menganggap bahwa dia tidak memiliki urusan dengan dia.
jam istirahat berakhir, segera Ruby kembali ke ruangannya dan menyelesaikan semua laporan yang perlu dia selesaikan. dia kini hanya perlu melapor ke ruangan Direktur sebelum meninggalkan kantornya dan pulang. sejak tadi hpnya selalu berdering dan puluhan pesan masuk ke WhatsApp nya. Ia diminta untuk pulang lebih cepat hari ini.
"aku akan ke ruangan direktur untuk melapor. pastikan kalian menyelesaikan setiap tugas yang saya berikan dan saya tidak ingin mendengar kalian mengeluh karena deadline" kata Ruby kepada timnya sebelum pergi
"ya Bu, kami tidak akan mengulanginya" jawab timnya serempak
Ruby berlalu keruangan direktur. Ketika ia pergi, rekan timnya mulai membicarakan dirinya.
"Ibu Ruby terlalu baik hati pada kita" ungkap salah satu rekannya
"Kamu benar aku baru saja bergabung ke tim ini, dan langsung terpesona padanya, tidak heran semua orang ingin menjadi bagian dari timnya" timpal salah satu rekannya lagi
"Aku berharap dia tetap jadi kepala manager kita, dan kuharap aku bisa menggantikan Dea sebagai asistennya"
"Berhentilah mengharapkan posisiku" celoteh Dea dari belakang.
"Kamu begitu beruntung, aku sangat iri padamu"
"Akupun merasa sangat beruntung, aku telah menjadi asisten manager selama 5 tahun dan kini aku mulai berpikir kalo tahun ini lah yang paling beruntung buatku" Ungkap Dea
"Aku ingin di posisimu kali ini" kata rekan Ruby lagi
***
Ruby tiba di kantor Direktur tapi sepertinya ia harus menunggu beberapa saat karena Presiden perusahaan sedang ada di dalam.
"Silahkan duduk disini Bu, Pak Direktur sedang dikunjungi oleh Pak Presdir" kata Ana, asisten pak Direktur.
"Yah baiklah" kata Ruby sembari duduk di tempat yang telah di siapkan.
15 menit berlalu. terlihat semua pengawal Presdir bersiap di depan pintu. Dia akan segera keluar dari Ruangan itu. Ruby kemudian berdiri dan siap memberi hormat pada Presdir itu. Ruby membungkukkan badannya sedikit dan menundukkan kepalanya ketika Presdir keluar. setelah Presdir berlalu ia segera masuk ke dalam ruangan direktur dan siap melaporkan progress hari ini.
" Pak, Ini adalah laporan kinerja tim pemasaran. sejauh ini kami cukup mampu membuat sedikit peningkatan namun ..."
Belum sempat Ruby menyelesaikan laporannya Pak Direktur menghentikannya.
"Aku paham, simpan laporan itu di meja ku dan aku ingin menanyakan sesuatu padamu" kata Pak Direktur seraya mempersilahkan Ruby untuk duduk
"Ada apa pak" tanya Ruby bingung tidak biasanya Pak Devan seperti ini
"Apa kamu mengenal siapa Presdir perusahaan kita ?" tanya Pak Devan Langsung
"Tentu aku tahu namanya, namun untuk dianggap kenal sepertinya tidak pak. Aku bahkan tidak pernah sekalipun menatap wajahnya dengan jelas" ungkap Ruby
"Apa kamu tidak melihatnya kemarin malam ?" tanya Pak Devan kembali
"Soal itu, kemarin malam saya tidak terlalu memperhatikannya pak. Ada yang menggangu pikiran saya malam itu pak" jawab Ruby dengan jujur
"kamu memang seperti itu, sejak dulu kamu tidak berubah" kata Pak Devan
"Kalau begitu saya pamit pergi pak. saya akan pulang cepat kebetulan saya ada agenda keluarga malam ini" ungkap Ruby seraya beranjak pergi
"iya. berhati-hati lah saat pulang." kata Pak Devan
Ruby pun meninggalkan kantornya dan berjalan pulang. Ia telah mengambil barang-barang dari ruangannya. sesegera mungkin ia tiba dirumahnya. seperti yang sudah dia perhitungkan. sebagian keluarganya sudah ada di rumah. Keponakan dari sepupunya sudah berlarian ke sana ke mari dan bermain.
Persiapan sudah hampir 90%, segala yang dibutuhkan sudah ada hanya perlu memilih gaun yang akan di pakai ke rumah mempelai wanita. kupikir akan sama seperti pernikahan pada umumnya tapi ini lebih tertutup.
Ruby dan keluarganya berangkat selepas Maghrib. mereka mungkin akan tiba dirumah mempelai wanita sebelum sholat isya.
"Harusnya kita berangkat selepas isya" batin Ruby. Mereka tiba di rumah mempelai wanita dan disambut dengan ramah.
Ruby menantikan seperti apa wajah perempuan itu. Secantik apakah dia sehingga Rinto ingin meminangnya meski ia baru mengenalnya 3 bulan.
Wanita itu keluar dari sebuah kamar di sudut ruangan ini. Gadis itu sungguh cantik dalam balutan sutra dan hijabnya. Dia adalah wanita itu. Wanita di tengah jalan itu. Wanita yang memberikan brosur pada Ruby.
"Aku tidak mungkin salah mengira jika gadis yang memberikan brosur itu adalah calon kakak ipar ku" batin Ruby. Ia sungguh tak menyangka dunianya begitu sempit. Mungkin karena Ruby berpikir ia tidak memiliki kesempatan untuk menerima tawaran dari gadis berjilbab itu maka kesempatan itu sendiri yang datang padanya ?
Ruby masih larut dalam pikirannya sementara Rinto telah meminang gadis itu. tanggal pernikahan pun telah ditentukan dan itu dua Minggu dari sekarang. Benar-benar akan menjadi hari yang sibuk.