Chereads / BULAN STORY / Chapter 10 - setajam silet

Chapter 10 - setajam silet

"Baik pemirsa kembali lagi dengan saya Devano Adi Putra disini saya akan membawakan berita yang hot-hot-hot kita bisa lihat didepan saya sudah ada dua pasangan sejoli entah datang dari mana menghampiri saya" ucap Devano bak presenter acara.

Bulan memandang Devano aneh" Lo lagi ngapain bang?"

" gue lagi belajar jadi presenter TV" Devano berjalan menghampiri Reza " anak bujangan jam segini masih dirumah pacarnya mau hamil diluar nikah" Devano melirik Reza tajam " gue bingung mau takut atau gimana? Lo masih sehat bang mana ada cowok hamil bang"

" diem kamu udah salah malah ngelawan, pulang dasar anak nakal pulang sana " teriak Devano dan mengusir Reza , sebelum Reza pergi dia memegang dahi Devano " pantes lagi demam tinggi" lalu Reza lari keluar pintu .

" baik pemirsa jangan kemana-mana tetap di sendal jepit setajam silet" Devano mengikuti gaya presenter ditv lalu masuk kedalam kelas " Abang gue kesambet setan mana sih" lalu Bulan pergi kedalam kamarnya .

sebuah rumah yang berbeda Mentari tengah memandang foto dirinya dengan kakak-kakaknya saat dirinya berusia 6 tahun

" andai aja aku waktu itu enggak iri sama kakak mungkin kita masih bisa sama-sama sampai sekarang" Mentari menangis sambil memeluk foto tersebut sedangkan diruang tamu ada seorang teman dari ayahnya Mentari.

" Mentari turun nak dipanggil ayah" ibu mentari membuka pintu lalu mengelus rambut Mentari sayang " ayo turun ada tamu dibawah" Mentari hanya mengangguk lalu ikut turun, sampainya dibawah Mentari sangat terkejut karena ada Kelvin orang yang dia pikirkan beberapa hari ini. Mentari memilih duduk samping ayahnya tepat didepan Kelvin

" Putri tuan dewa cantik juga" puji wanita seumuran dengan ibu Mentari .

" siapa lagi ibunya jeng saya"

" Gimana dengan pernikahannya jadi kan?"

" apa!" teriak Kelvin dan Mentari berbarengan

" Ayah jangan bercanda Kelvin masih sekolah masak mau menikah " tolak Kelvin kepada ayahnya " toh sekolah punya pak Dewa yang penting Mentari tidak hamil masih aman"

" ayah jangan ngaco dong, pokoknya Kelvin enggak mau Kelvin juga yakin mentari enggak mau" Kelvin melirik Mentari tajam " iya om Mentari juga masih mau sekolah "

" sering bolos jangan sok keras deh" sindir Kelvin ke Mentari " Kelvin jaga omongan kamu" tegur ayah Kelvin .

" Begini pak Dimas saya tidak hanya memilki satu putri namun dua putri, mentari memiliki saudara kembar namun tidak tinggal disini" terang ayah Mentari " biarkan Mentari saja yang menikah dengan Kelvin yah" ucap Ibu mentari " bagaimana juga Bulan adalah kakak Mentari Bu" ayah Mentari melirik ibu mentari lalu mengeluarkan Foto Bulan " ini anak saya "

" Bulan ? ini anak om?" tanya Kelvin dan dibalas anggukan kelapa " kalau sama Bulan Kelvin mau yah" ucap Kelvin antusias " ayah nurut kamu saja yang penting kamu mau menikah dengan anak pak Dewa .

" saya tidak setuju !" tegas ibu Mentari " bagaimana caranya saya tetap mau Mentari yang menikah dengan Kelvin, saya rasa juga Mentari suka dengan Kelvin dari cara dia melihat "

" enggak mah mentari enggak suka sama dia lagipula Mentari masih ingin sekolah dan tidak mau mengurus suami dan anak" ucap Mentari kebawah jika boleh jujur dia ingin sekali menikah dengan Kelvin namun dia ingin saat ini Kakaknya bahagia dengan orang yang baik.

" ayah ibu liat kan, dia enggak pantes suruh ngurusin rumah kerjaan dia cuma keclub doang" ucap Kelvin tajem " Kelvin jaga omongan kamu bagaimanapun Mentari seorang wanita dan bisa sakit hati dengan omongan kamu " ucap Ibu Kelvin memperingati Kelvin .

" ibu tidak setuju dengan pernikahan ini sampai kapanpun" lalu ibu Mentari pergi .

" biarkan saja, kapan kita akan tetapkan pernikahannya?" tanya ayah Mentari ke orang tua Kelvin, disatu sisi seorang gadis tengah menahan sesak dalam dadanya.

" kalau bisa bulan depan, hanya sekedar pernikahan sederhana saja nanti kalau mereka sudah lulus baru adakan resepsi " ucap ayah Kelvin .

" Kelvin mau minta Mentari tidak usah hadir saat pernikahan " perkataan Kelvin mampu menjatuhkan Buliran bening, Mentari bangkit lalu meninggalkan ruangan tamu tanpa sepatah katapun .

Di balkon ini Mentari menangis mencurahkan semua isi hatinya kepada bintang berharap sang bintang mendengarnya, seburuk itukah dirinya didepan Kelvin? apakah Mentari tidak pantas mencintai seseorang, ingin rasanya Mentari merasakan cinta tulus . kata demi kata yang Kelvin lontarkan masih teriang-ngiang dalam telingan Mentari " gue benci cara gue mencintai Lo Vin. Tanpa jeda, bahkan hembusan angin masih memiliki jedanya. Gue benci dengan pikiran gue yang masih saja memikirkan Lo yang nyatanya enggak menginginkan gue" teriak Mentari diatas balkon tanpa dia sadari seseorang mendengar suara dia.