Bulan berlari tanpa arah, rasa sakit di dadanya sangat keras Bulan menangis deras tanpa henti. Perasaan kecewa muncul begitu saja padahal Reza bukanlah siapa-siapanya hanya sebatas teman. "Za kenapa gue harus kecewa ? gue capek Za, lo seolah-olah punya rasa sama gue tapi sekarang? apa Za apa?" teriak Bulan di tengah jalan sepi, hujan tak henti-hentinya membasahi tubuh Bulan.
"Apa cinta harus serumit ini? di saat gue ingin memperjuangkan cinta itu, malah hati lain datang merebutnya," gumam Bulan.
sedangkan seorang laki-laki bertubuh tinggi tengah menatap Bulan heran, dia menggenggam payung dan berjalan mendekati Bulan. "Lan pulang, nanti Lo sakit," perkataan Kelvin membuat Bulan menoleh.
Bulan merasakan hujan tak lagi membasahi dirinya,dia menengok ke belakang saat seorang memanggil namanya. Bulan hanya mengikuti perkataan Kelvin tanpa berniat membantah, saat ini Bulan benar-benar lelah.
Sampainya di mobil Kelvin, Bulan hendak menutup matanya untuk tidur namun panggilan dari Kelvin membuat Bulan terbangun.
"Lan ganti baju gih, nanti Lo sakit," Kelvin menyerahkan sebuah jaket hitam miliknya.
"gue ganti di mana?" di sini?" tanya Bulan.
"iya, tenang gue enggak bakal ngintip lo punya lo juga kecil gak ngaruh sama junior gue," Kelvin ragu dengan ucapannya, laki-laki mana yang tidak tergoda dengan wanita yang akan ganti baju di sampingnya.
"yaudah jangan ngintip ya lo," Bulan mengganti bajunya di dalam mobil, dia tak mungkin keluar untuk mencari toilet.
"besar juga." Gumam Kelvin.
Kelvin menggelengkan kepalanya, lalu melajukan mobilnya untuk mengantarkan Bulan kerumahnya. Kelvin hendak mengantar Bulan ke rumah orang tuanya.
Di lain tempat yaitu rumah sakit Reza terus menatap gadis cantik di hadapannya, kerinduan selama 3 tahun ini terbalaskan hanya dengan melihat wajah gadis cantik ini. "kamu kemana aja Riz?" Reza terus menggenggam tangan Rizka, cinta pertamanya yang harus kandas di tengah jalan.
Namun Rizka tak menjawab dia hanya tersenyum, dan membelai wajah Reza. "kamu tidur ya udah malam," Rizka menyelimuti badan Reza lalu menggenggam tangan Reza. sedangkan Reza mulai terlelap dia berharap dirinya akan selalu bisa bersama Rizka lagi. Pikiran Reza saat ini hanya Rizka hingg dia lupa jika Bulan tidak kembali ke ruangannya.
Mentari pagi kembali hadir, membangunkan semua ciptaan tuhan di pagi hari termasuk Reza. Reza membuka matanya, pandangan pertama kali dia lihat adalah mamanya. " Ma Rizka mana?" tanya Reza tiba-tiba membuat mamanya bingung.
"kamu bilang apasih sayang, jangan pikirkan Rizka lagi sayang di udah tenang disana," jelas mama Reza.
"enggak ma kemarin dia dateng kesini,"
"dari kemarin enggak ada yang datang sayang, selain Bulan," jelas mama Reza lagi.
"deg," Reza lupa dengan Bulan, apakah semalam yang dia cium Rizka atau Bulan? entahlah kepala Reza sangat sakit memikirkan itu. Reza kembali memejamkan matanya berharap saat bangun dia melihat Rizka lagi.
Hari ini Reza kembali lagi ke sekolah, dirinya tak sabar untuk melihat teman-temannya. saat dia memasuki ruangan kelas, Reza kaget melihat Kelvin yang sudah duduk dengan Bulan. Bukan hanya Bulan dan Kelvin yang tempat duduknya ganti, namun teman lainnya juga.
"Lah Bagas sama Intan, gue sama siapa?" tanya Reza kepada teman-temannya.
"kata wali kita lo duduk sama anak baru, tapi gue gak tau siapa soalnya sampai sekarang dia belum datang ke sekolah." jelas Sinta sekretaris kelas.
"harus cewek cowok? lah gue maunya sama Bulan, nanti cewek barunya kutuan gimana? gue nanti jadi cowok kutuan masak cowok seganteng di sekolah kutuan," jelas Reza berharap Bulan mau duduk dengannya.
"ini perintah wali Lo gak bisa bantah," ucap Bulan tanpa melihat Reza, membuat Reza bingung dengan Bulan.
"Dia marah? lah gue salah?" gumam Reza.
Tepat pukul 15.00 pembelajaran bagi kelas XII telah selesai, semua siswa tersenyum gembira karena sudah setres dengan materi-materi tentang ujian karena sebentar lagi ujian bagi kelas XII akan berlangsung.
Bulan keluar dari kelasnya begitu saja tanpa berkata sedikitpun dari mulai pembelajaran hingga selesai, bahkan saat istirahat pun Bulan tak mau ikut padahal kemarin-kemarin Bulan biasa saja hal itu membuat Intan heran.
"Aku heran deh sama Bulan? dia lagi berantem sama Reza? tanya Intan kepada pacarnya mungkin saja Bagas tau.
"Mana gue tau?emang gue emaknya," ucapan Bagas membuat Intan naik darah.
"gitu ya lo sekarang," Intan berlari meninggalkan Bagas.
"Mulut-mulut salah lagi kan lo," Bagas menepuk mulutnya karena salah ngomong.
Reza menarik tangan Bulan. "Lan lo kenapa sih? gue ada salah?" tanya Reza kepada Bulan karena dia heran dengan temannya ini, tak seperti biasanya Bulan seperti ini.
"Lan jawab jangan diem aja, diem lo bikin gue pusing. Jangan bikin gue takut."
"Lo takut gue marah? karena apa? gue bukan pacar lo gak usah lo takut," Bulan menjawab dengan sedikit kesal.
"yaudah kita pacaran aja," jawaban singkat dari Reza.
"lo gila," Bulan pergi begitu saja, dia sangat kesal dengan Reza. Pacaran? Belum pacaran saja Reza sudah membuat hatinya sakit, apakah kata-kata Reza tadi jujur atau hanya main-main agar Bulan tak kesal.
"lah malah pergi anak monyet," Reza pergi berusaha mengejar Bulan, namun Bulan sudah keburu masuk mobil hitam.
"Tumben dia di jemput." gumam Reza.
Bulan memasuki rumahnya dan orang tuanya, sudah seminggu dia tinggal disini karena perintah orang tuanya. Saat Bulan memasuki ruang tamu Bulan melihat Kelvin beserta orang tuanya tak lupa orang tua Bulan.
"Wah ada apa nih rame-rame? Mentari di lamar?" tanya Bulan dia berharap bahwa yang menikah dengan Kelvin bukan dirinya, Bulan sudah mengetahui bahwa Kelvin akan di jodohkan dengan dirinya. Bulan tak mungkin menikah dengan laki-laki yang di sukai adiknya, Bulan mengetahui perasaan Mentari karena Bulan tak sengaja melihat buku diary Mentari yang menceritakan semua tentang Kelvin.
"Jaga mulut kamu!" bentak ibu Bulan.
"ya maaf," Bulan duduk di samping Mentari yang tertunduk.
"Mungkin maksud dari kedatangan kami sudah di ketahui nak Bulan, maksud kamu disini mau ngelamar nak Bulan," Jelas papa Kelvin membuat Mentari menegang kini telah sampai dirinya harus merelakan seorang yang dia cintai dengan kakaknya.
"Gak mau, saya sampai kapanpun tidak akan mau. kenapa tidak Mentari saja? Mentari mencintai anak bapak," jelas Bulan.
"Tapi gue sukanya lo,dan Mentari gak bisa memaksakan perasaannya. Sampai kapanpun gue enggak bakal mau nikah sama jalang." ucapan Kelvin membuat ayah Bulan sangat marah namun ayah Bulan tak bisa marah, karena bisnis ayah Bulan ada di tangan Kelvin.
"jaga omongan kamu Kelvin!" Bentak mama Kelvin, mama gak suka lihat kamu berkata kasar dengan wanita.
sedangkan ibu Mentari menarik Mentari dan mengajaknya ke kamar.
"Jaga omongan lo bangsat, adik gue orang baik-baik. Dan Lo gak bisa memaksakan perasaan gue ke lo, sampai kapanpun gue gak bakal suka sama Lo. pergi Lo dan keluarga Lo dari sini," usir Bulan.
"Oke, jangan sampai kalian menyesal," ucap Kelvin lalu pergi serta diikuti kedua orang tuanya.
"ayah lihat kan? orang kek gitu yang ayah inginkan menikah dengan putri ayah?" tanya Bulan kepada ayahnya, dia tak habis pikir dengan ayahnya.
"kamu bukan putri saya." padat dan jelas jawaban dari ayah Bulan, ayah Bulan pergi meninggalkan Bulan begitu saja.
"Ayah apa salah Bulan sampai saat ini ayah benci Bulan?" butiran kristal turun ke pipi Bulan, Bulan duduk lalu memeluk lututnya.
"kata orang cinta pertamanya ayahnya, tapi ayah yang mematahkan cinta Bulan kepada ayah. Kenapa yah?" gumam Bulan.
Sedangkan Mentari merasa bersalah kepada kakaknya, mungkin saat itu dirinya tak egois mungkin kakaknya tidak di benci oleh orang tuanya. Namun Mentari takut untuk menjelaskannya.