Reza ragu untuk pulang karena dia yakin pasti rumahnya sama seperti biasa kosong bagaikan rumah hantu, dia memutuskan untuk pergi kesebuah warung kecil di pinggir jalan.
Reza mengambil minuman dingin lalu membayarnya, saat minuman sudah di tangan Reza pergi ke tempat duduk yang berada di samping warung. Reza tak sengaja melihat seorang anak kecil yang tengah berjualan koran tanpa menghiraukan panas semangat anak kecil itu tak runtuh, Reza kembali mengingat gadis itu gadis yang selalu manja dengan dirinya gadis yang dia temui pertama kali di jalan hingga perasaan itu tumbuh hingga sekarang.
Reza memutuskan menghampiri gadis kecil tersebut tidak lupa dia membelikan minuman dingin. "Dek ini buat kamu," Reza memberikan minuman dingin tersebut lalu membantu membawa koran dari tangan mungil gadis kecil itu.
Reza mengajak gadis kecil tersebut ke tempat duduk yang dia tempati tadi. "Nama kamu siapa?" Tanya Reza kepada gadis kecil tersebut.
"Ana kak," Ana menjawab dengan ragu-ragu dia takut dengan orang asing yang tiba-tiba mengajaknya duduk ini.
Karena melihat wajah takut anak Reza berfikir untuk memberikan dik tersebut permen, "enggak usah takut sama kakak, kakak enggak gigit kok."
Ana hanya mengangguk, lalu mereka berbicara saling bertukar cerita.
"Ternyata dia bawel juga kek Bulam." Gumam Reza.
Reza memutuskan untuk pulang setelah berpamitan dengan Ana serta membeli semua koran Ana, Reza berharap dengan dirinya membeli koran Ana bisa pulang cepat.
Dari Ana Reza belajar, bahwa uang bukanlah segalanya namun uang bisa membeli segala. Walaupun uang bisa membeli segalanya tapi tidak dengan kasih sayang, Reza merasakan itu dirinya tak merasakan kasih sayang seperti orang lainnya. Mendapatkan barang-barang mahal itu hal kecil bagi Reza, namun tidak dengan waktu orang tuannya dia harus memohon-mohon agar orang tuanya menemaninya dirumah tapi hasilnya nihil. Kedua orang tuanya tetap pulang bekerja sampai tengah malam dan pergi bekerja pagi buta.
Reza memasuki rumah bak istana, saat sampai di dalam rumah mewah tersebut Reza sangat terkejut melihat sebuah vas yang tiba-tiba mengenai kepalanya. Akibat dari lemparan vas tersebut kepala Reza terluka membuat Reza terjatuh hingga pingsan.
Mama Reza menghampiri putra semata wayangnya dengan mata berair, sakit rasanya melihat putranya dengan darah yang mengalir. Dirinya memang tak pernah ada untuk Reza, namun ibu tetaplah ibu dia akan sakit saat melihat anaknya terluka. Mama Reza memeluk Reza dengan butir kristal berjatuhan.
"Dasar laki-laki kejam," maki-maki mama reza, lalu memanggil satpam rumahnya dan membawa anak semata wayangnya ke rumah sakit.
Setelah kejadian kemarin yang membuat Reza harus rawat inap di rumah sakit, Reza tak mengabari teman-temannya.
Sedangkan di koridor rumah sakit seorang gadis cantik tengah berlari dengan perasaan khawatir. "Bisa-bisanya bocah tengil itu gak ngabarin gue,"
Saat sampai di kamar tujuannya, gadis itu dengan marahnya membanting pintu hingga mengeluarkan suara keras.
"Anak setan lo, ini rumah sakit dongkol," maki laki-laki yang tengah di rawat di kamar tersebut.
"Lagian sih lo, di rumah sakit malah gak ngabarin. Kalau lo ngabarin gue kan bisa ikut enggak sekolah." Terang Bulan dengan wajah cemberut membuat Reza gemas.
"Duh kok temen gue lucu gini sih," Dimas mencium pipi Bulan membuat pipi sang empu merah.
"Temen doang ternyata," gumam Bulan.
"Apa lo bilang?" Tanya Reza.
"Enggak-enggak apa," Bulan mengambil bubur di samping ranjang lalu menyodorkan ke Reza, Bulan berniat menyuapi Reza karena mengerti keinginan Bulan Reza langsung membuka Mulutnya.
Reza meneguk teh hangat yang di berikan Bulan"Lan tau gak teh manis ini rasanya pahit," Reza berusaha ingin menggoda Bulan.
"Masak?coba gue cobain," Bulan mengambil alih teh tersebut lalu meneguknya.
"Enggak rasanya manis," terang Bulan.
"Enggak Lan manisnya udah kabur," lagi-lagi Reza membuat Bulan.
"Kabur?" Tanya Bulan dengan alis berkerut.
"Manisnya udah lari ke senyum lo," lagi-lagi Reza mampu membuat pipi Bulan merah padam.
"Gue heran sama tuhan, kenapa bisa-bisanya menciptakan manusia kek lo. Cantiknya gak ketulungan manisnya apalagi gak usah di tanya lagi, cuma satu jeleknya kalau marah kek Mak lampir." Lagi-lagi Reza menggoda Bulan, namun kata-kata Reza kali ini membuat Bulan bingung dia harus marah atau senang satu lain Reza memujinya namun satu sisi dia mengejek Bulan.
"Gue bingung harus marah atau seneng Za,"
"Gak usah bingung, lo cukup sayang gue aja," Reza sangat senang menggoda Bulan rasanya satu hari tanpa menggoda Bulan, bagaikan sayur tanpa garam "hambar". Reza gemas dengan pipi Bulan yang sedang merah seperti ini.
"Cup"
Reza mencium pipi merah Bulan membuat jantung Bulan tak terkontrol, Bulan bingung harus melalukan apa.
Bulan memutuskan keluar dari kamar inap Reza untuk pergi ke toilet, rasanya Bulan tinggal di sisi Reza dia akan mati berdiri.
"Hahaha," Reza tertawa puas melihat pipi merah Bulan serta tingkah lucu Bulan yang pergi begitu saja.
Bulan mencuci mukanya, rasanya pipinya sangat panas. "Semua ini gara-gara lo Za, gue gila anjir lama-lama kalau gini terus," Bulan sangat tak kuat dengan perilaku dan godaan Reza, perasaan yang Bulan pendem sekuat tenaga kembali meronta-ronta.
"Dasar jablay Lo Za, lama-lama gue bisa suka beneran sama Lo," teriak-teriak Bulan dalam kamar mandi membuat orang-orang di luar kamar mandi terkejut.
"Mbak kalau teriak tolong di kondisikan," teriak pengunjung rumah sakit, seketika Bulan ingat bahwa dirinya dengan di rumah sakit.
"Maaf ya mbak," teriak Bulan kembali, dia lupa bahwa dia di tergur agar tidak berteriak .
"Arghh," Bulan mengusap wajahnya kasar.
Bulan memutuskan kembali ke kamar inap Reza, dia juga tidak enak meninggalkan Reza tiba-tiba.
Bulan berjalan melewati kamar demi kamar Sepajang perjalan Bulan melihat banyak remaja yang tengah inap di rumah sakit ini, Bulan iri melihat kasih sayang orang tua mereka yang di berikan saat anaknya sakit. Dirinya saja tak pernah di jenguk saat sakit."Boleh ya gue tukar orang tuanya ke bank?" Batin Bulan.
"Astaga Bulan Lo untung masih punya orang tua," batin Bulan lagi.
Saat sampai di depan ruang inap Reza rasanya runtuh sudah pertahan Bulan, saat melihat Reza berciuman dengan seorang gadis yang Bulan tak kenal. Baru saja Bulan di terbangkan oleh Reza namun sekarang dia di jatuhkan sejatuh-jatuhnya.
"Ternyata lo udah punya cewek Za, pantes aja lo nganggep gue cuma temen," Bulan pergi dari kamar inap Reza dan memutuskan untuk pulang .
Sedangkan di kamar inap tersebut Reza dan Rizka gadis asing yang berada di kamar tersebut, terus melakukan ciuman kerinduan tersebut. Reza maupun Rizka sangat menikmati ciuman tersebut, tanpa ada niatan melepaskan tautan satu sama lain. Reza terus memperdalam ciuman tersebut.