Chereads / Mencintai Setengah Hati / Chapter 1 - PROLOG

Mencintai Setengah Hati

Puspita92
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 40.7k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - PROLOG

PROLOG

Tahun 2008...

"Mbak.. Mbak..!" Seorang pemuda menyapa, memberhentikan langkahku saat hendak berangkat ke Sekolah.

"Eh.. i-iya. Kenapa ya Mas?" Tanyaku

"Bisa minta tolong panggilkan Santi?" Ucapnya.

Aku melihat dari ujung kaki sampai ujung kepala. Seorang pemuda berkulit putih, tak begitu tinggi memakai seragam hijau muda. Gaya nyentrik poni sapu lidi yang sedang trend tahun ini. Aku yakin, dia bukan anak sekolah negeri.

"Sebentar ya, Mas."

Aku berlalu dan menaiki anak tangga. Kostan ku memang berada di lantai dua. Untuk lantai satu atau lantai bawah khusus untuk pekerja kantoran atau orang dewasa, yang tak perlu penjagaan khusus seperti anak remaja.

'Baru saja aku menuruni tangga, sudah naik lagi. Untung masih ada waktu, sebelum aku terlambat ke sekolah. Anggap saja mencari pahala.' Gumamku dalam hati.

Mbak Santi memang cantik, pantas saja banyak teman lelaki yang mencarinya. Apalagi teman lelakinya kali ini mengendarai motor V-ixion yang saat ini tengah populer di kalangan remaja. Rupa tak jadi masalah, tapi apa yang dikendarailah yang jadi pemenang hati. Bagaimana tidak, mereka akan pamer dan merasa bangga dengan pemuda yang notabanenya anak orang kaya.

Tok..

Tok..

Tok..

" Mbak... Mbak Santi..."

" Apa Mel... " Sahutnya

Aku membuka sedikit celah pintu kamarnya. Ku lihat Mbak Santi tengah mengoleskan lippgloss dan menyisir rambutnya yang berwarna. Mbak Santi termasuk gadis cantik di kostan. Ia kakak satu tingkatku, tapi berbeda sekolah. Mbak Santi jarang berada di kost, biasanya ia memilih pulang pergi ke rumahnya di daerah desa. Kostan menjadi tempat singgah di kala lelah.

"Itu mbak, ada yang nyari'in dibawah. Laki-laki naik motor V-ixion merah. Rambutnya seperti sapu lidi." Aku menarik nafas jeda sebelum melanjutkan bicara. "Mbak Santi cantik, putih dan sexy kok mau sih pacaran sama dia?" Kataku hati-hati.

Tak langsung menjawab, Mbak Santi berlalu memastikan siapa yang ku maksud.

"Bentar ya Ton," Teriaknya pada pemuda di lantai bawah yang sedang menunggunya.

Mbak Santi masuk ke kamar dan melanjutkan kesibukannya menata rambut.

"Hush ada aja kamu Mel, dia itu temenku, temen sebangku. Dia itu baik banget, mau antar jemput aku. Terus royal pula, kadang aku nebeng dia kalau pulang ke rumah. "

Aku mematung menatapnya.

"Halah mbak, jaman sekarang baik pasti ada maunya. Paling-paling juga ada rasa sama Mbak Santi. Enggak mungkin cuma sebatas teman." Tawaku meledak membayangkan mbak Santi yang rupawan bersanding dengan lelaki tadi.

"Heleh..heleh.. Kamu aja cantik, putih, udah kaya artis asia tapi pacarmu juga.... Ah! Biasa aja." Mbak Santi tersenyum mengejek.

"Ck! Eit...Namanya juga cinta." Selorohku.

"Wes sana berangkat, gosip aja kamu nih!" serunya.

Aku bergegas menuruni tangga, berlari menyusuri jalanan. Ku pandang sekilas pemuda tadi, tak lupa memasang senyum ramah tamah.

Jarak kost dan Sekolah kurang lebih lima ratus meter. Tak begitu jauh, hanya tinggal menyebrang jalan raya melewati halte angkutan umum lalu berbelok di persimpangan.

Melodi Falenda, langkahnya mengalun di tengah terik matahari. Rambutnya hitam alami tergerai panjang. Wajah oriental asia memancarkan sinar. Seulas senyum menonjolkan lesung pipi. Tak ayal banyak lelaki mendekati.

🌺🌺🌺

Tahun 2009...

"Mbak, bisa titip motor? Ban motor ku tubbles, jam segini enggak ada tukang tambal ban buka."

Suara laki-laki membuyarkan lamunanku.

Ku lihat jam bulat di dinding, pukul delapan malam. Memang benar, tak kan ada tukang tambal yang buka.

"Bisa Mas, sampean masukkan motornya, parkir di pojok sana ya, Mas!" Aku menunjuk tempat kosong di sudut bagian belakang.

Tempat penitipan ini sebenarnya ruko yang diubah menjadi tempat usaha parkiran motor dan penitipan barang. Karena lokasi yang strategis dekat halte bus dan minimnya angkutan desa, memudahkan masyarakat untuk berpergian tanpa khawatir pulang tengah malam.

"Maaf mbak, disini aman enggak ya?" Tanyanya membuatku geleng kepala.

"Insyaallah aman Mas. Disini dilengkapi CCTV serta nota dan kartu untuk pengambilannya. Tanpa nota dan kartu, motornya enggak bisa di ambil begitu saja. Semua ada prosedurnya." Jelasku padanya dengan penuh pengertian.

"Ada nomer telfon yang bisa di hubungi, Mbak?"

Aku terdiam sejenak.

"Ada Mas, itu!" Lagi, aku menunjuk banner berukuran 10x2 meter yang tertera contact person dan beberapa prosedur penitipan.

Melodi membuka lembaran nota dan mulai menulis.

Plat nomer : P xxxx XX

Merk motor : V-ixion

Melodi mengamati sekilas lelaki di depannya, lalu berganti melirik motornya. Wajah lelaki ini biasa dengan kemeja merah motif kotak-kotak, gaya rambutnya.. ah! Lagi dan lagi gaya rambut sapu lidi. Kenapa trend ini belum hilang juga, bayangan andika kangen band langsung melintas begitu saja.

"Nama ?" Tanyaku padanya

"Tono ."

Ish..ish.. jaman sekarang namanya masih gaya tempoe doloe.

"Alamat?" Tanyaku lagi

"Jalan cinta, Kecamatan Asmara." Jawabnya datar.

Ia bergegas pergi setelah menerima nota dan kartu, sesekali berbalik memandangku. Membuatku salah tingkah dengan seulas senyum darinya.

'Ah! Mas kamu bukan typeku...' Batinku.