Chereads / Pak Guru Aku Mencintai Mu / Chapter 52 - Bab 52

Chapter 52 - Bab 52

"sayang...! Jangan...!" letih rasanya saat aku harus bicara seperti ini setiap harinya, ia tak bisa tak melakukan ini, baginya belum bahagia bila belum memeluk ku.

Selalu saja sikap nya yang begitu menjengkelkan membuat aku bertepuk jidat, kadang tak pernah aku membayangkan ia seperti kebanyakan lelaki/peria lainya yang bersikap dingin bak raja dengan rupa yang aduh...

Aku tak bisa membayangkan sesaat aku melihat wajah nya.

Ya mau bagi mana lagi.

Toh aku juga sangat mencintai nya, te..he...!

"sana aku mau ganti pakaian."

Ucap ku menyuruhnya keluar dari kamar sesaat aku berganti pakaian. Tapi ia terus saja diam di pintu kamar sembari bersender di kusen.

"apa yang kamu malu in sih toh kita juga pernah mandi bareng dan melakukan itu." ucapan itu membuat wajah ku menjadi memanas aku lalu dengan paksa menyuruhnya keluar dan menutup pintu kamar secepat mungkin,

Ah... Rasa nya jantung ku mau copot dan...

AH... AKU MALU SEKALI...!

"udah?" tanya ia lalu menyuruh ku duduk di pangkunya, sudah berapa kali aku menyuruh nya agar tak berbuat seperti ini, ini sungguh memalukan sekali,

"rambut mu harum."

Dengusan nafas nya menerobos celah rambut ku dan kurasakan hangat di kulit kepala ku, ia terus saja memainkan rambutku, memelintirkannya, lalu mencium nya aku cukup risih bila diperlakukan seperti ini.

Lagi-lagi pelukan erat ke pinggangku oleh nya, dagunya yang ia letakan di pundak kanan ku. Nafas itu, nafas nya memburu menyentuh kulit leher ku,

"cu...cukup!" ia tertawa sesaat aku berkata seperti itu kemudian menggoda ku dengan beberapa omongan yang menjurus ke hal dewasa.

Aku tak bisa menghindar saat ia mulai melalukan itu di leher ku, membalikkan tubuhku ke hadapan nya, lalu... Lagi-lagi lidah itu bermain di dalam nya.

Seberapa pun aku menikmati kebersamaan ini, aku akan selalu memikirkannya.

hilang disaat tak tepat, disaat aku ingin tetap berada pada titik ini, semakin hari ke egoisan menjadi bertambah besar, walau aku mendapatkan kabar bahwa ini bisa saja berubah namun, rasanya ini sungguh tetap membuat ku merasa cemas, tak henti aku membicarakan itu dan selalu memaksa ia untuk mengecek keadaan nya.

Aku tak bisa, aku masih trauma akan kehilangan.

Jujur aku memang sangat trauma akan hal itu, dulunya aku bisa menutupi ini dengan sangat meyakinkan namun, perlahan-lahan aku gagal menutupinya.

Ayah ku meninggal karena penyakit, begitu juga ibu dan sekarang apa ia juga akan...? Jika aku menarik benang ini, aku cukup yakin apa yang ada di dekat ku tak akan bisa lebih lama dari apa yang aku inginkan.

Aku tak ingin lagi hidup dalam kesedihan dan menjadi dingin lagi, aku tak ingin membeku dan menutup diri dari penyesalan dan trauma, ia bagai pengobat trauma ku namun ia juga yang membuat trauma itu kembali kepada ku.

Kamu bagi hujan itu sendiri, menyegarkan diri ku, namun juga dapat membuatku demam

Huh... Aku tak bisa bersikap normal disaat aku mengetahuinya. Sungguh aku tak akan pernah bisa lagi bersikap seperti itu, aku hanya bisa tersenyum dalam kebohongan ini.

"ada orang yang berkata pada ku, semakin kamu menikmati sesuatu semakin kamu tau banyak rasa yang ada di dalam nya, baik itu rasa manis, asin pahit atau pun asam."

Ania Assandra