Chereads / Pak Guru Aku Mencintai Mu / Chapter 58 - Bab 58 (Alternative ending.)

Chapter 58 - Bab 58 (Alternative ending.)

Air mataku tak dapat berhenti, aku ingin bertemu denganmu, aku ingin lagi dipeluk dan dicium mu

Cahaya musim Kemarau terlihat sama seperti di hari itu.

Dimana aku tak bisa melupakan kenangan itu.

Aku tak dapat mengucapkan selamat tinggal kepadamu, aku belum sempat lagi bergurau kepada mu.

Meski kau sudah tak ada, aku tetap menjalani hidup ini dalam kesendirian, dan tersenyum kepada dunia keras ini.

Sambil melepaskan tangan, kamu tak bisa berkata hanya bisa tersenyum kepada ku dengan kamu waktu itu terbaring lemas.

Kamu yang membuatku kesal mulai melangkah dengan cerianya, menjahili tanpa alasan

Aku hanya bisa mengejarmu dan selalu melihat sosokmu, dan membalas semua kejahilan dari mu.

Tanpa aku menyadari dirimu yang menyembunyikan air mata, kamu perlahan-lahan menghilang disetiap kedipan dimata ku.

"Aku merasa sangat bahagia"

Dengan cepatnya suara itu menghilang bagaikan angin.

Aku pun memanggil namamu

Mengingat kembali senyum itu cukup membuatku merasa sedih, dan lagi-lagi aku masih rindu akan diri mu

Air mataku tak dapat berhenti, aku ingin berada di sisimu

Kehangatanmu yang lembut itu masih terasa di tubuh ku.

Kita bertemu dengan hal yang tak terduga

Dan melalui berbagai kebahagian yang tak tertahankan

di desa ini juga telah banyak mengalami perubahan

Di jalan yang biasa kita lalui, aku melihat langit seorang diri

Air mataku seolah tak tertahankan saat aku...

"Aku takkan melupakan cinta ini."

"Ania bangun..."

"Ah? Tertidur lagi?"

Tiba-tiba ia mengagetkanku, sungguh aku begitu kaget, dan... Kenapa wajahnya begitu dekat dengan ku sih?

"Biarpun kamu itu pacar tersayang ku, tapi kalau kamu tidur dikelas aku tak bisa tak menghukum mu, nanti sepulang sekolah kamu ke ruangan ku." Bisiknya, lalu pergi dari tempat dimana aku duduk.

Ih... Nyebelin dasar moster...!

Huh... Sore begitu panjang bagi ku, aku dimarahinya di ruangan guru, tak henti ia memarahiku, hemzzz... Terlintas ide ku untuk menjahili nya.

Ku kerlingkan mata ku kepadanya, menggoda nya, namun itu tak berhasil malahan ia makin memarahiku, dengan agak kesal aku pun bergegas keluar ruangan guru setelah ia selesai memarahiku itu.

"dasar guru killer."

Ucapku dan entah ia mendengarkannya, tiba-tiba ia menarik lengan ku, dan menyeret ku ke suatu tempat.

"Oh... Udah berani ya."

"kamu sih, apa kamu menganggap aku ini pacar atau Cuma anak SMA yang jatuh hati kepada gurunya sih?"

"Maaf bila itu membuat mu merasa jengkel, tapi aku ingin tetap menjadi guru yang bisa menjadi panutan dan bisa di handalkan, aku memarahi mu karena aku sangat menyayangi mu, jika aku tidak memarahi mu yang lain akan berkata, ya wajar saja ia kan pacarnya pak Tio wajar saja ia tak dimarahi oleh beliau. Apakah kamu ingin mereka berpikir seperti apa yang aku pikirkan tadi?"

Mendengar itu aku mengetahui nya, maksudku bahwa ia ingin bersikap adil pada siapa pun, mungkin kah begitu? Entah lah.

"Maaf aku tak mengetahui maksudmu itu."

Tiba-tiba ia memeluk dan ingin menciumi ku, "jangan... Ini masih di lingkungan sekolah." Ucapku spontan.

"jadi kalau diluar sekolah boleh aku melakukan itu?"

"Ti, tidak juga, itu... JUGA TIDAK BOLEH!"

Teriak ku, spontan ia menutup mulutku

"shittt jangan teriak nanti kedengaran yang Lainnya loh."

Hari ini tak akan bisa aku gantikan dengan apa pun, tersenyum dan tertawa bersama di sepanjang jalan saat pulang sekolah, dengan matahari yang mulai turun, kami bergandengan tangan.

Bercerita tentang banyak hal, langkah kaki dan bunyi hentakkan sepatu ke jalan beton semen yang berukuran kecil, kami selalu begitu setiap harinya.

Pundaknya menjadi tempat terenak bagi kepala ku untuk direbahkan, mencoba menggoda nya dengan gombalan, atau pun meniup telinganya atau pun juga memainkan hidung nya sampai kemerah-merahan.

Hari itu tak akan luput dari kenangan kami berdua, jika aku selalu menjahilinya dia akan membalasnya.

Begitulah kami berdua setiap harinya. Mewarnai kisah kasih kami di SMA, menjalin cinta dengan status guru dan murid tak membuat kami menjadi membuat jarak, makan siang bersama, dengan saling menyuapi satu sama lainnya, kadang ada kejahilan di dalam suasana romantis itu.

Bianglala berputar, awalnya aku takut, karena ini begitu besar dan tinggi.

Namun genggaman tangannya meruntuhkan ketakutan di dalam diri ku.

Kenapa sih ia harus melakukan ini disaat waktu yang tak tetap.

Mencium ku dengan begitu rakus aku tak bisa menghindarinya.

Bisakah ini begitu menyenangkan untuk seterusnya? Aku harap begitu.

Huh... Menikmati ciuman ini sungguh membuat ku melupakan waktu, ya tentu saat kami menyudahinya aku tak tau bahwa kami hampir menyudahi satu putaran roda kincir yang besar itu.

Dan akhirnya kami tertawa cekikikan...

"Emzzz... gimana soal novel yang kita buat? apakah aku akan mati dalam cerita itu?

"tentu dalam garis besar, kamu akan mati bahkan aku sudah menyudahi satu cerita itu, dan kamu pun sudah mati, maksudku dalam cerita itu."

"kayaknya terlalu memaksakan, di point ini banyak terjadi kesedihan."

berdiskusi tentang pekerjaan yang kami lakukan, membuat ku selalu merasa nyaman disisi nya, atau...

"gara-gara ini aku tadinya tidur dikelas."

"iya-iya maaf, aku terlalu memaksakan untuk kamu menyudahi nya (membuat cerita novel.)"

"pak guru... kapan bapak akan melamar aku?"

tanya ku sepontan kepadanya. aku tau ia begitu kaget, karena menanyai itu di waktu yang tak tepat.

"bisakah kamu menunggunya seperti cerita ini."

aku begitu bahagia saat ia mengatakan itu,

"benarkah?"

"tentu."

Selesai.