Chereads / Pak Guru Aku Mencintai Mu / Chapter 54 - Bab 54

Chapter 54 - Bab 54

Tangan-tangan ku terasa begitu sakit, tergores benang layangan yang mengulur dengan sendirinya, waktu itu aku sangat kaget, tiba-tiba saja layangan itu lepas dari genggaman ku.

Rintik hujan membuat gaduh diatas atap rumah, beradu dengan logam aluminium.

Namun ini sungguh menentramkan hati ku. Ia begitu sibuk sedari tadi, beberapa kali ia mondar-mandir ke sana-kemari.

Aku tak tau apa yang ia lakukan, toh aku malas bila harus beranjak dari tempat tidur ini. Namun, karena rasa penasaran dalam diri ku, aku pun akhirnya menghampiri dirinya dan bertanya tentang apa yang ia lakukan itu.

"oh... Ya... Cuma gini aja. Ahahaha..."

Entah lah aku juga tak mau mengetahui nya, toh ini bukan urusan ku, aku pun berniat pergi dari kekacauan yang ia lakukan, namun di cegahnya, kata nya bisakah aku menemani dirinya disini?

Sebenarnya aku hanya ingin berbaring saja di kasur empuk itu, namun karena suatu alasan aku pun mengiyakan nya.

Lalu aku duduk di sebelah nya memperhatikan apa yang ia lakukan, ia begitu fokus akan pekerjaan nya, mungkin ia tak tau bahwa aku sedari tadi memperhatikannya, menggergaji, memaku, mengukur.

Ia seperti tukang sungguhan dari bentuknya aku bisa menebak apa yang akan ia buat itu.

"sayang... emangnya bisa?"

Tanya ku, sesaat itu jadi. Bukankah ia akan membeli hewan peliharaan setelah semua ini menjadi kacau.

"enggak aku gak mau memelihara hewan kok. Ini aku akan berikan kepada anak bi nur."

"eh... Aku kira kamu akan..."

Belum sempat aku melanjutkannya ia sudah dengan cepat menutup mulut ku sembari tersenyum ia mencoba mencium kening ku.

"Nanti aja saat kita punya anak." Ucap nya, aku merasa bersalah akan hal ini, aku tak bisa memberi itu sapai saat ini, aku belum bisa.

Sebenarnya aku menginginkannya juga namun, tuhan masih belum memberikannya.

Huh... Apakah nanti ini akan menjadi sesuatu yang buruk di dalam kehidupan keluarga kami?

"eh... Kenapa kamu murung?"

Aku tak ingin ini menjadi buruk, namun aku juga belum bisa memberikannya kebahagiaan lebih.

"aku tak tau masalahnya apa, tapi itu mungkin salah ku. Jadi aku Minta maaf bila ada perkataan atau sikap ku yang membuat mu bersedih."

Jika saja aku tak berada pada satu titik menyedihkan ini, mungkin pikiran kami akan tertuju pada hal itu, memiliki anggota keluarga baru, mungkin itu lah hal yang akan kami lakukan.

Namun, hidup itu seperti daun, pada akhirnya akan lepas dan meninggalkan ranting pohon lalu terjatuh dan membusuk, menghilang dengan sedikit jejak yang ditinggalkan.

Aku tak yakin pada saat itu ia berkata jujur atau pun berbohong, aku hanya berpikir mungkin ia tak ingin aku begitu khawatir tentang dia lebih jauh lagi.

Namun, aku tak bisa tak mengkhawatirkan itu, dimana disaat aku sudah mengetahuinya, tak ada pilihan lain selain berjalan menurut petunjuk yang aku dapatkan, aku selalu cemas disaat kami memeriksakan ini, tentang nya... Yang kemungkinan sembuh?

Aku sungguh merasakan kejanggalan didirinya, beberapa kali aku melihat gerak-gerik yang mencurigakan, tentang obat, aku tak pernah melihatnya meminum obat itu, masih tak berkurang sedikit pun, namun saat aku bertanya kepada dokter, dokter menjawab semua menujuh arah yang baik, arah yang baik?

Ini sungguh tak masuk akal, ini seperti ada kesepakatan dalam sebuah rahasia itu.