Chereads / Pak Guru Aku Mencintai Mu / Chapter 56 - Bab 56

Chapter 56 - Bab 56

"selagi kami berusaha untuk membuat obat, bisakah anda tak begitu mencemaskan ini?"

Bagai mana aku tak mencemaskan hal ini, aku tak bisa terlalu percaya kepada mereka, namun aku juga tak bisa melakukannya sebaik yang aku bisa.

Ia hanya menyuruhku untuk bersabar dan menunggu semua ini, sembari dokter bekerja untuk itu.

"Ah... Sekali lagi kita harus seperti ini."

Ucapnya, namun kapan kita pernah diposisi ini sebelumnya. bukannya ini yang pertama?

"Beginilah kehidupan, tempo-tempo akan pasang dan bisa saja surut."

"Aku tau kamu selalu menangis di belakang ku. Aku tahu itu, namun aku sengaja membiarkannya, karena aku ingin melihat kamu menangis karena aku, ya dari itu aku tahu bahwa kamu mencintaiku melebihi aku mencintai diriku sendiri."

"Jika ini berakhir menyedihkan, masihkah angin itu berhembus dan menggelitik kulit mu?"

Kadang seperti ini lah ia memakai kalimat yang tak bisa aku pahami secara langsung, dan karna dia juga aku ikut-ikutan memakai sebuah kalimat kiasan setiap aku tak bisa berkata terus terang.

"Aku tak yakin, namun jika angin itu berhenti menggelitik kulit ku. Apa yang harus aku lakukan untuk itu?"

Sepertinya ia tak bisa menjawab pertanyaan itu, entah apa yang ia pikirkan itu, ia terlihat begitu tak bahagia, nampak dari raut wajahnya itu.

"huh... Bisakah kamu mencari arah angin baru?"

Tak mungkin aku mencari itu, aku tak ingin dihembuskan angin dari arah yang lain, Tolong katakan itu hanya candaan agar aku tak begitu tersakiti.

"Aku tak bisa..." Ucapku setelah ia membisikan sebuah kalimat menyakitkan ditelinga ku, Mana bisa aku menggantikan nya dengan yang lain.

Ini tak akan pernah aku lakukan, TAK AKAN PERNAH!

"kenapa? Bukankah kamu masih tetap disini?"

Hari ini sungguh membuat ku bersedih, aku putuskan untuk kembali ke rumah ku yang dulu, aku tak ingin bertemu dengannya sebelum ia menarik perkataannya itu, aku tak habis pikir ia bisa-bisanya berbicara seperti itu, disaat ia harus seperti ini, apakah aku mencintainya hanya sebatas ini saja, kalau benar sudah lama aku akan meninggalkannya di saat ini.

"Ania... Bangun... Ibu masak in sup kesukaan kamu loh cepat dimakan nanti keburu Dingin."

"Hah...! Bukannya ibu sudah... Lama meninggal?"

"Hus... Kamu menyumpahi ibu nih?"

"habiskan makanannya, sudah itu tolong ambil kain dirumah buk yus, ibu ada pesanan untuk membuat baju batik."

Huh... Aku masih ingin berbaring namun, ibu terus saja memaksa ku, jika aku tak mengiyakan nya, ia akan mengomel dari A sampai Z nantinya.

Huh... Menyebalkan, kakak mana sih biasanya ia yang melakukan ini.

"ini Bu kainnya, Kalau boleh tau kakak ke mana ya?"

"Eh... Kamu ini pikun apa salah minum obat? Kakak mu kan sudah lama menikah."

Sungguh aku baru menyadari ini.

Dan ini mengejutkan, ia menikah dengan gurunya sendiri, ini seperti pernah terjadi tapi dimana ya...?

Entah aku seperti pernah merasakan ini tapi aku tak tau kapan itu.

"ibu...!" aku tau ini suara siapa, ini tak lain suara panggilan dari kakak, ya rupanya ini benar dan... TAK INI TAK MUNGKIN! PAK GURU?

Jadi suami kakak ku tak lain adalah pak guru? Ini tak mungkin...

AAAAAA...

Aaaah...

Rupanya itu semua hanya mimpi disaat aku tersentak dari tidurku, dan "YA TUHAN HANTU..."

Dengan cepat ia mendekap mulut ku.

"untung saja aku menemukan mu disini, aku pikir aku tak akan pernah bertemu lagi dengan mu." Ucapnya memeluk ku dengan erat.

"aku juga minta maaf pada pak guru karena telah pergi disaat pak guru menginginkan keberadaan ku di samping pak guru."

Dan juga... Tentang mimpi itu mungkin aku memetik pelajaran yang berarti, bahwa tentang aku tak ingin ia pergi atau bersama dengan orang lain (wanita yang dicintai) selain diriku seorang.