Chereads / Pak Guru Aku Mencintai Mu / Chapter 51 - Bab 51

Chapter 51 - Bab 51

Mungkin kamu tak merasa begitu jauh, Jalur sempit menanjak di kehidupan ini, Kamu mungkin tak merasakan perbedaan nya, Kecuali saat kita beranjak dewasa dalam artian tak sebenarnya, Kemungkinan kita tak kan bertemu lagi adalah nol, Aku selalu mencari kalimat yang tepat dalam memaknai kehidupan ini.

Namun, Sangat aneh, tak ku sangka tutur kataku Begitu amat kurang dan tak mengena, aku selalu berkata apa ada nya tanpa mementingkan keindahan bahasa.

Bila besok kamu tersenyum, aku pun ikut tersenyum.

Kita akan mengalami suasana yang berbeda dari sepi di pagi esok, berdua kita dengan aku menyender di pundak mu, menunggu detik demi detik di hari akhir hari ini di setiap kehidupan ini.

Tak perlu kembali, tak perlu bersedih dan memeluk ku, aku tau ini sungguh menyakitkan, aku juga merasakan semua ini Meski ada kata bertemu kembali tapi ini tetap menyedihkan bagi kita.

Aku masih ingat saat kamu memulai semua itu, dan menjadi bermakna bagi ku Dan langit kemerahan yang terjadi saat pulang sekolah.

Kamu menunggu ku di pintu gerbang, aku sangat malu saat itu, dan enggan bertemu denganmu, Meski takdir mengharuskan kita bertemu dan mengikat janji sakral.

Kita sudah menghabiskan waktu bersama, setidaknya di awal dan di akhir.

Maka, bila semua memudar, maka matahari tenggelam, maka langit menjadi hitam, Semuanya tak kan sia-sia.

Jika ku pikir tentang pertengkaran kita, itu hanya rasa kasih sayang dari kita berdua, indahnya dirimu, serta masa kita, semua akan berakhir.

Semuanya adalah hari-hari yang berharga Walaupun hanya kenangan yang tak kan berubah, Jika aku sudah mulai lupa itu semua.

Kita hanya perlu melakukan satu tindakkan, mencoba bertemu dalam alam mimpi Hanya satu, itu saja Tak perlu kembali, sudah hampir sampai dan tak perlu bersedih akan perpisahan Tak ada yang memiliki hidup lebih lama dari apa yang ditakdirkan.

Meski berusaha untuk tegar, tiap kali aku selalu goyah.

Terus berlari mengejar bayangan mu, Kata perpisahan tak terasa tepat. Meski takdir mengharuskan kita jauh.

Matahari terbenam terakhir yang mengikat kita Tak kan pernah terlupa, meski semua memudar Semuanya tak kan sia-sia.

"Ah..! Aku memimpikan itu?" sungguh berat bagi ku untuk bersikap normal setelah aku mengetahui itu, aku pikir ini mudah namun saat aku bertindak sesuai hati ku ini cukup sulit dan penuh beban, walau pun begitu ia tetap saja bertingkah seperti biasanya, aku sedikit bisa melupakan itu dan larut dalam setiap canda tawa bersama dirinya, seberapa kali aku melakukan itu dan seberapa kali aku menemani dirinya mengecek keadaan dirinya, ini cukup membahagiakan, tentangnya yang kemungkinan sembuh.

Aku tak henti mengengam tangan nya dengan rasa gembira dan memeluknya setelah itu, bagi ku tiada bahagia yang lain selain mengetahui tentang kondisi dirinya yang semakin hari terus membaik.

Tidur dalam pelukan nya, dengan hati yang tak bisa membendung kebahagian.

Aku rasa saat aku tertidur aku tersenyum sampai pagi.

"Jangan...! Kamu tak akan bisa, kamu akan mengacaukan semua nya." Ucapku melarang nya untuk membantu ku di dapur, tapi ia sungguh keras kepala, bebarapa kali aku memarahi dan melarang nya namun akhirnya aku yang harus menggalah.

Huh... rasanya ini sungguh menjengkel kan bagi ku, dan akhirnya ini akan menjadi kacau.