Sejak pernikahan ini aku dan dia berbagi keluh kesa dalam sebuah cerita, betukar pikiran walau pun kadang ada sedikit ketegangan dalam berbagai hal namun, ia selalu mengalah di saat itu juga, lalu menghiburku dengan candaan.
Ia memang bertingkah seperti anak kecil disaat ia mau atau pun mode manja nya.
Namun, kadang ia juga menampakkan kedewasaan di saat diperlukan.
Ia mengajarkan ku akan pentingnya perjuangan, membuat impian setinggi mungkin biarpun terlihat mustahil untuk digapai.
"semakin banyak kegagal semakin kita tau apa arti perjuangan itu sendiri."
Ucapnya dulu kepada ku.
Aku, ingatan ini masih lekat dalam kepala ku, betapa murni nya senyuman nya, ia begitu manis walau wajah/rupanya seperti kebanyakan orang-orang pada umumnya.
Waktu itu aku tak pernah membayangkan kejadian ini, maksudku menikah dengan guruku sendiri bahkan aku tak pernah berpikir bahwa aku akan memiliki hubungan sedalam ini, maklum saja bahkan aku juga tak pernah menjalin hubungan dengan laki-laki layaknya sepasang kekasih di usia remaja.
Bagi ku dulu belajar adalah hal terpenting aku juga tak mempunyai banyak teman akrab hanya ada dua orang teman akrab saja yang selalu ada untuk ku, tapi sekarang entah kemana mereka berdua itu, mungkin mereka terlalu sibuk dengan urusan masing-masing sekarang ini.
Cerita ini sungguh indah bagi ku, hidup penuh dengan kebahagian, mewarnai jalanan hidup dengan penuh warna-warni, bak pelangi.
Kadang aku lupa akan kemungkinan terburuknya dikala aku merasa melayang bahagia hingga ke awan.
Semua penuh akan kebahagian, dengan dirinya yang penuh warna, mewarnai diriku dengan sifatnya.
Aku ingat waktu itu dirinya bak senja yang mewarnai desa ini dengan warna jingga.
Tanpa nya mungkin desa ini langsung jadi malam yang gelap, dan mungkin aku juga akan menjadi gelap.
Aku selalu menceritakan dirinya, bukan berarti aku tak mempunyai cerita ku sendiri namun tanpa nya mungkin diriku hanya lah gadis biasa saja.
Atau pun saat dewasa aku hanya wanita dewasa saja.
Adanya ia membuatku bisa meraih impian, karena ia selalu menyemangatiku dikala aku terpuruk, kata yang selalu ia ucapkan saat aku terpuruk.
"Tak apa kok, kamu tetap hebat."
Selalu saja ia akan mengatakan itu.
Malam ini bintang berbinar dilangit malam, heningnya suara, detik waktu terus berjalan, hampa terasa menemani dirinya yang tengah terbaring tak sadarkan diri, sudah 5 bulan lamanya ia koma berbaring dirumah sakit
Dokter bilang ini penyakit yang sudah lama ia derita, namun aku baru tau dan ia tak pernah memberi tahuku.
Aku selalu menunggu kesembuhannya, menunggu ia sadar dan terbagun dari tidur panjangnya, setiap hari hanya ini yang bisa aku lakukan menemani dirinya, bercerita entah cerita ku itu dapat ia dengar atau tidak.
Tangan yang dingin, selalu aku genggam saat aku menjenguknya melihat keadaan dirinya selepas kegiatan keseharianku.
Coba saja ia bersikap lebih jujur kepada ku mungkin ia tak akan begini jadinya, mungkin saja sekarang ini...
Tidak maksudku 5 bulan yang terlewati ini kami isi dengan canda tawa penuh kebahagian dan tentunya berisik khas sifat nya.
Andai saja ia tak terlalu menyepelehkan hal ini dan tak bersikap egois akan kesehatannya ini mungkin aku tak ah...
Maksudku ia tak akan seperti ini.
Percumakan kalau apa yang ia cari (uang) hanya akan habis untuk menyembuhkan dirinya.
"Cepatlah bangun sayang. Aku menunggu mu, aku akan selalu menunggu kamu."