"Kemana sih?".
Tanya ku saat ia mengajak aku untuk pergi entah kemana garangan.
Tapi saat aku mengulangi beberapa pertanyaan tadi ia hanya diam, dan tersenyum kepada ku.
Huh!
"Sampai..." ucap nya,
"makan yuk".
Anjaknya, saat kami turun dari dalam mobil.
Kemudian kami memesan makanan,
"enak?".
Tanya ia
aku hanya menganguk saja, karena memulut ku masih dipenuh oleh makanan, melihat itu ia hanya bisa menampar kening nya sendiri.
Setelah selesai makan, ia mengajak ku lagi ke suatu tempat, katanya ini kejutan buat ku.
Dalam perjalanan aku membayangkan seberapa terkejutnya aku saat sampai di tujuan.
Dan ternyata...
"Ha!."
Dengan ekpresi biasa saja, maksud ku apa yang aku bayangkan tak sesuai dengan kenyataan. Maksudku lagi, saat ia berkata bahwa ini adalah kejutan untuk ku.
Sebuah pantai?
Ah... Tak ada yang menarik bagi ku, namun ia begitu bersemangat, aku tau itu dari wajah nya.
Lalu ia mengajak ku untuk bermain air laut.
Hah! Sia-sia saja aku membayangkan semua itu tadinya.
Namun saat aku dan dia lagi asiknya main air laut, tiba-tiba ia berlutut di hadapan ku, memegangi sebuah kotak, kayaknya sih kotak cincin, lalu membuka kotak itu seraya berkata "Mau kah kamu menikah dengan ku?".
Ya tuhan...!
Aku tak dapat berucap dikala itu,
"Terima, terima, terima".
Kudengar suara pengunjung lain berkata seperti itu.
Ada merasa malu sekaligus bahagia, saat ia berkata sedemikian itu, di tonton pengunjung lain dipantai itu, mereka bersorak kepada ku agar menerima lamaran itu.
"Ya, aku akan menikah dengan pak guru".
Ucap ku menerima lamaran itu, ini kali pertamanya ia melamar ku secara langsung dan ditempat umum.
Saat mendegarkan ucapan ku, dengan cepat ia bangkit dan memeluk ku,
orang-orang yang melihat kami pum ikut bertepuk tangan, ada juga yang bersiul, dan ada juga yang berkata cium-cium.
Mendegarkan kata "cium" saja sudah membuat ku malu.
"Bukan kah kita sudah mau menikah, kenapa harus melamar ku lagi sih?".
Tanya ku saat dalam perjalan pulang.
"Biar romantis".
Ucap nya cekikikan, romantis dari mana? Malahan ke arah memalukan.
"Bangun! Kita sudah sampai".
Ah!
Rupanya aku ketiduran, lalu dengan agak pusing aku mencoba untuk berjalan,
"Eh!".
"Yuk".
Ucapnya memapah tubuhku, dan mengantarkan ku sampai kedalam rumah.
Hari-hari terus berlalu begitu saja, sampai surat kelulusan telah di bagikan kepada kami, siswa-siswi kelas tiga lulus semua, tentu saja lulus semua.
Heheheh...
"Selamat."
Ucap pak guru kepada ku,
"kami nya gak di ucapin selamat pak, masa Cuma pacarnya".
Kata teman sekelasku.
"iya, iya. Selamat buat kalian yang sudah lulus, ingat ini hanya awal dari perjalan yang kalian tempuh".
Nasehatnya kepada kami semua, lalu entah dari mana mereka berbondong-bondong menyalami pak guru.
Bahkan murid dari kelas lain ikut menyalami dirinya, bahkan para murid permpuan ada yang memeluk dirinya.
"Eh...! Jangan peluk nanti Ania marah lo"
ucap beliau saat melihat aku yang mulai tak bisa mengontrol emosi.
Aku yakin saat itu aku merasa cemburu melihat beliau yang dipeluk murid-murid perempuan itu.
"Biarin, sebelum janur kuning melengkung semua masih bisa ditikung".
Ucap dari salah satu mereka.
"Bagus... Nanti jangan temui aku".
Kata ku kesal lalu pergi dari ke rumunan itu, melihat aku yang pergi dari tempat itu, dengan cepat ia mengejarku.
"maaf... Jangan marah dong".
"gak aku gak marah, Cuma sebel".
Rasanya ini menyesakan bagi ku, apakah ini yang namanya cemburu?
rasanya kami sudah menyatu dalam nama cinta.