Chereads / Pak Guru Aku Mencintai Mu / Chapter 27 - Bab 27

Chapter 27 - Bab 27

Tak terasa malam datang, aku terbagun dari tidur karena tengorokan ku sangat kering.

Ku lihat ia tak ada lagi di tempat tidur "mungkin sudah bangun."

Gumam ku.

Ah...

Air yang melewati tengorokan begitu menyegarkan,

rupanya ia sedang mengerjakan sesuatu, nampak begitu serius,

mungkin sedang mengkoreksi soal-soal, pikirku sedemikian rupa.

Dengan inisiatif sendiri, aku membuatkan teh hangat untuknya.

"Terimakasih sayang."

Ucap nya dengan senyum penuh gula, Astaga...

Apakah aku akan kena diabetes?

"Kamu kan yang nyoretin wajah ku?."

Tanya ia, aku Cuma bisa menyengir saja.

Dan tiba-tiba saja ia memeluk tubuhku, mengambil hendphone di saku celana nya, "ckrek."

Suara kamera hendphone.

Aduh... sebenarnya aku adalah tipe orang yang tak suka berpoto atau berselfi ria seperti kebanyakan orang, karena aku malu melakukan kegilaan itu.

Manja dengan suami adalah hal biasa yang kerap dilakukan oleh pasangan suami-istri, apa lagi yang baru menikah, ya begitu lah aku, selalu mengacukan dirinya saat sedang mengerjakan tugas nya.

namun... Kadang aku pun ikut membantu dirinya, menulis cerita, atau pun hanya memasukan beberapa ide dalam cerita, yang akan ia buatkan novel itu.

Kadang aku juga harus membantu ia disaat mendia sosial nya di banjiri komenan dari para pengemar nya, ya! dia cukup terkenal di kalangan pencinta novel.

"Pak!"

Seru ku kepada nya saat ia hendak kedapur, ia menoleh dan bertanya apa yang ingin ku katakan padanya.

"tak ada."

Ucap ku cengegesan.

Sungguh aku suka saat mengerjai dirinya.

Menonton, bermain geme.

Selalu itu yang kami lakukan saat hari libur, "AH! Masa draw sih?."

"Ya, sapa suruh ngelanggar di kotak pinalti, kan jadi draw. Hehehe..."

padahal waktu itu aku hampir menang,

ya, aku cukup pandai bermain game sepak bola, karena waktu kecil aku suka memainkan nya di rental ps,

ya hanya itu lah hiburan yang kami punya waktu dulu.

Mau main sepak bola di dunia nyata?

Tak kan mungkin di sepanjang jalan hanya ada hamparan sawah, dengan lahan yang sempit. Kalau pun ada, ini cukup jauh dari rumah ku.

Walau pun aku perempuan tapi aku suka dengan dunia game, mungkin kebanyakan teman-teman ku adalah laki-laki?

Mungkin saja, hanya saja orang-orang memandang aneh kepada ku.

Etsss... Tapi aku tak lah tomboy, aku perempuan peminim kok.

"Ah! Kan harus adu pinalti deh."

Aku sembunyikan stik dalam baju ku, agar ia tak dapat melihat ke arah mana bola akan ku tendang.

Hehehe...

orang-orang (kalian) pasti tau dengan hal ini.

"Ya... Kalah deh."

Rupanya pak guru hebat dalam hal tebak-menebak.

"hukumannya?"

dengan paksa aku menerima hukuman nya.

"Anu. Kurang".

Ah! ada-ada aja, terpaksa aku mengulangi itu, ah rasanya bibir ku menjadi basah, air liurnya membasahi bibirku, kulihat wajahnya memerah.

Aduh...

Imutnya pak guru kalau lagi malu-malu, padahal aku juga pernah seperti itu.

"Lagi."

Setelah berkata sedemikian itu, tubuh ku dipeluk olehnya,

Oh...

Leher ku di ciumi nya,

ah... Rasanya sungguh hangat, dan gelih.

Terbuai dalam dekapan nya, aku merasa melayang.

Tubuhku mulai berkeringat,

"pak..."

ucap ku lirih menahan gejolak yang ada dalam diri,

ya tuhan... Aku tak bisa mengontrol diri ku lagi,

ah... Pak guru, nafasnya sudah memburu.

"Lanjut?"

tanya ia,

aku hanya menganguk lemah, lalu tubuh ku di gendongi nya, bejalan ke kamar, lampu kamar yang ia nyalakan, melihat wajah nya yang tak sabaran akan sesuatu.

egh!

Dalam dekapan nya, dalam malam sahdu, rasa nya kami terus menyatukan diri, dalam, sedalam-dalam nya.

Hingga tak terhitung beberapa kali kami melakukan hal ini.

Hingga lelah menghantui dan kami tertidur pulas dalam pelukan hanggat.