Chereads / Pak Guru Aku Mencintai Mu / Chapter 29 - Bab 29

Chapter 29 - Bab 29

Beberapa waktu ini aku disibuk kan dengan mendaftar kuliah, awalnya aku tak ingin masuk ke univeristas milik suami ku, tapi ia memaksa untuk mendaftarkan diri kesana.

Dengan penjagaan yang begitu ketat, aku dijaga bak ibu/istri presiden, orang-orang melihat ke arahku, dengan tatapan yang tak aku mengerti.

Aku tau suami ku begitu kaya, tapi ini teralu berlebihan, di kala aku dijaga dengan begitu ketat oleh pengawal pribadi, sedangkan ia masih bisa bebas.

Aku ingin masuk ke universitas dengan usaha ku sendiri

namun... Ia tak lah begitu, pikiran kita berbeda, sampai-sampai aku tak menegur nya untuk 3 hari.

Aku cukup kesal atas perlakuan yang berlebihan ini.

Aku yang dulu bisa berjalan dengan bebas, kini semua sepertinya sulit untuk melakukan sesuatu.

Ah... Kapan ia menyewa pengawal ini sih?

Hanya itu yang bisa ku tanyakan dalam hatiku.

Saat kami dirumah aku tak menemukan satu pun pengawal yang menjaga rumah kami.

"Huh... Capek nya."

Ucapku saat sampai dirumah, rupanya ia belum pulang.

Mungkin ia masih ada kerjaan?

Rumah yang besar ini, cukup membuat ku lelah saat harus berjalan hanya untuk mengambil air minum saja,

sementara ia masih bekerja, aku mulai menyiapkan sarapan.

Kulkas sebesar lemari pakaian, dapur yang sebesar rumah ku, ini cukup menguras tenaga, bila harus bolak-balik mengambil sesuatu.

Jam berganti ia pun pulang, yang pertama ia lakukan saat ia melihat ku, tak lain dan tak bukan pasti memeluk ku dan mencium keningku.

Membantu ku menyiapkan sarapan.

Tapi, bukan membantu sih, tapi lebih tepatnya mengacaukan pekerjaan ku didapur, merepotkan!

Mengobrol, atau pun menonton film, selalu kami lakukan setiap waktu luang.

"Gimana pendaftaran nya?." Tanya ia kepada ku,

tentu saja jawaban nya sangat kacau, aku yang awalnya tak ingin hubungan ku dengan beliau di ketahui banya orang akhirnya ya... Kalian tau lah.

"Aku mau yang itu."

Saat aku melihat sebuah iklan di tv, mendegar itu.

Dengan cepat ia memegangi perutku,

"kamu hamil?" tanya ia, lalu dengan cepat aku memukul dan berkata bahwa aku tak sedang ngidam.

Ada-ada saja beliau ini, baru aja nikah masa aku sudah hamil sih.

Kan gak jelas banget.

Karena pembicaraan tadi, kami pun bersempakat untuk menunda kehamilan ku, katanya sesudah kuliah aja aku hamilnya.

Hemz... ide yang bagus, sebenarnya aku juga ingin fokus dulu di pendidikan ku.

Oleh sebab itu kami pun mengikuti keluarga berencana, dan menunda kehamilan ku.

Ah... Rasanya berat badan ku mulai naik, aku cukup lelah saat harus melakukan suatu pekerjaan.

Kadang aku hanya tidur-tiduran saja sambil menunggu kepulangan nya.

Bermain game di kamar hanya itu yang aku lakukan.

Yang aku herankan adalah, rumah sebesar ini tak satu pun ada ART-nya, apakah ia termasuk orang yang mandiri atau pelit mengeluarkan uang?

Hanya tuhan dan dia lah yang tau.

"sayang..." paggilnya.

Aku lalau menyahut panggilan itu.

"Hem... Udh gak sabar ya."

Dan tiba-tiba ia naik di atas kasur kemudian menindih tubuh ku,

ah... Rasanya ini salah paham, aku tak bermasud mengodanya.

Namun, ia berpikir kebalikan nya.

Aku cukup lelah meladeni dirinya di kamar itu, punggung ku teras ingin patah, aku rasa aku tak sangup berjalan lagi.

"Gendong."

Rengek ku kepadanya.

Meminta untuk digendong olehnya, dan tentu saja ia akan melakuan itu.

"mau mandi bareng?"

Goda nya, lalu menceburkan ku ke air.

Berrrr... Dingin, aku lupa untuk memanaskan air.

Huh... Rasanya dingin sekali,

"eh!" aku sedikit terkejut saat ia sudah berada di belakangku, memeluk dan menguyuri air ketubuh ku.

Ya, rasanya kemesraan ini akan tetap berlanjut.