Chereads / Pak Guru Aku Mencintai Mu / Chapter 34 - Bab 34

Chapter 34 - Bab 34

Kakak ku hari ini berkunjung kerumah.

"harusnya yang lebih muda mengunjungi yang tua." Ucapku dan mempersilahkan nya untuk duduk,

menghidangkan apa yang ada,

kami mengobrol melepas rindu,

sedangkan suami nya mengobrol dengan pak guru,

entah apa yang mereka obrolkan itu, tak lama mereka pun pulang,

tak lama ia pamit pulang

katanya karena masih ada yang ingin mereka kunjungi.

Kakak kini telah pulang,

aku merasa kini rumah ini begitu sepi,

hanya ada aku dan pak guru.

"Bukankah besok adalah hari peringatan kematian ibu mu."

Ucap pak guru kepada ku,

lalu kami berencana untuk pergi mengunjungi makam ibu besok.

Ah. Apa mungkin kakak...?

Mungkin saja, sebab itu ia terburu-buru.

Sudah satu tahun ia (ibu) pergi meninggalkan ku,

terbaring beralaskan tanah,

dengan nisan tertancap di gundukan tanah yang kini mulai berumput itu,

nisan kayu ini harus lah ku ganti agar nama nya tak dimakan rayap dan tak memudar bila terkena hujan dan panas,

aku selalu terbayang tentang kenangan dimasa dulu,

di mana ia penuh canda, tawa dan selalu tersenyum kepada kami. Kini itu hanyalah kenangan,

aku hanya bisa mengusap nisan yang bertulis namanya,

aku hanya bisa menyirami tanah kuburan nya dengan sebotol air yang ku bawa,

aku hanya bisa menaburkan bunga di atas tanah kuburan nya,

aku hanya bisa berdoa agar ia selalu tenang dan bahagia di sisi Tuhan.

Saat aku pulang,

aku hanya terbawa dalam kesedihan,

lalu aku mencoba mengunjungi rumah kami, rumah penuh dengan kenangan.

Masuk kedalam kamarnya,

harum bau tubuhnya masih dapat ku hirup.

Buat Ania.

Mungkin saat kamu membaca surat ini kamu sudah menikah, atau pun sudah tua dan memiliki cucu.

Maaf bila pernikahan kalian ibu tak lagi ada di samping kalian,

menemani dan melihat kalian,

ibu tau di saat-saat itu kalian gugup,

karena ibu juga pernah merasakannya.

Maaf bila ibu tak pernah sekali pun berbicara tentang penyakit yang ibu derita.

ibu tak ingin kalian terbebani dengan hal ini.

Ibu waktu itu hanya ingin melihat senyum dari kalian,

walau pun penyakit ini mengerogoti tubuh ibu, ibu tak akan mengeluh,

sebab ibu hanya ingin melihat senyum dari kalian.

Oh ya apakah orang yang menjadi suami mu tetap orang yang sama?

Ibu harap begitu.

Salam dari ibu, untuk Ania asandra.

Kehilangan sesuatu sangat lah menyakitkan bagi diri, terbawa dalam kesedihan adalah hal yang wajar, karena itu adalah sifat alami manusia, mencoba tak terlalu lama larut dalam kesedihan adalah hal yang tepat.

Namun kadang itu juga tak begitu mudah dilakukan.

Masih sama tak ada beda, aku dan dia.

Cerita yang tak berubah, ia masih sama selalu saja seperti itu, bercanda kepada ku.

Mencoba menghiburku saat aku merasa sedih, atau mendiam kan diri ku untuk sesaat agar aku dapat menenangkan diri ku, kadang aku bertanya pada diri ku, bagai mana dengan nya, apakah ia (diri nya) tak pernah merasa sedih?

Aku tak tau hanya dialah yang tau akan diri nya sendiri.

"Memcoba tetap tegar walau cobaan terus menerpa diri, adalah hal yang tepat untuk di lakukan.

Namun, terlalu tegar dan tetap tersenyum di depat orang yang kita sayangi adalah suatu kebohongan.

Membuka diri dan menceritakan masalah kepada orang yang kita sayangi itu sangat baik untuk di lakukan, sebab dia (orang yang kita sayangi) akan menyemangati diri kita untuk kembali kepada apa yang kita jalani (harapkan). "

Ania asandra.