Langit biru cerah, tanpa banyak awan yang menutupi kecerahan itu.
Kuliah?
aku pikir ini hal yang menyenangkan namun, tidaklah menyenangkan sama sekali.
Bayangan mulai mengecil, panas terik mantahari menyengat tubuh, keringat mengucur deras bercak di baju.
Rasa bosan mendegar penjelasan dari dosen, Owa...
Aku tak henti menguap, rasa ngantuk, sekaligus bosan menghantui diriku.
Akhirnya usai sudah, saatnya pulang.
Titttt, tittttt...
Suara kelakson mobil menusuk telinga, Aduh...!
Ia menunggu ku tepat di depan pintu gerbang, semua menoleh ke arah kami, saat aku menghapiri dirinya, dengan memakai jas, ia menyuruh ku cepat masuk kedalam mobil.
Aku bertanya kenapa ia memakai jas, katanya ia baru saja menghadiri rapat bulanan di perusahannya.
Huh... Seperti rapat antar guru saja, pikirku.
Aku ingin tidur, begitulah pikirku.
Namun, ia selalu mengacaukan niat ku, tak henti ia membuka paksa kedua mataku, AGHHHHHHH...!
Aku benar-banar kesal di buatnya.
Tak bisakah aku memejamkan mata ku untuk beberapa saat saja?
Akhirnya aku pun tak bisa tidur, mata ku rasanya sangat berat, saat kami menonton film, kantuk ku tak bisa ku tahan lagi, dan akhirnya...
Saat aku terbangun, aku menyadari aku tertidur di pangkuannya,
"Tak apa tidurlah."
Ucap nya menyuruh ku untuk tidur lagi, dengan mengelus rambutku.
"Aku tak pernah membayangkan aku akan menikahi muridku."
Ucapnya, mendegar itu, aku mulai menatapi wajah nya dan bertanya apakah ia tak ingin menikah dengan ku?
"Aku tak pernah membayangkan bahwa kamu akan menikah denganku."
Sambungnya,
"Namun, semua itu adalah yang terbaik, yang pernah tuhan berikan padaku, aku pikir cukup begini saja aku tak menginginkan apa-apa lagi didunia ini, cukup kamu saja."
Ucapan itu, membuat aku tersipuh malu, kemudian ia mendekati wajah nya ke wajah ku, dalam posisi menduk wajah nya begitu dekat, ia tersenyum, dan berbicara cukup kecil kepada ku.
Hari ini hujan turun, dari semalaman
hujan tak menampakkan pertanda akan berhenti,
pagi yang begitu dingin
kami berdua hanya berbaring di kasur, menyelimuti diri dengan kain, atau memakan Mie dalam kemasan Cup.
Menonton tv, atau pun memainkan game.
Siang hari, hujan masih tak kunjung berhenti, kami hanya tidur-tiduran di kamar.
perut mulai keroncongan, aku berniat untuk memasak makanan untuk kami berdua, namun tangan ku di pegang olehnya, mencegah ku agar tetap di sisinya.
"Aku lapar."
Ucapku, mendengar itu ia melepaskan pegangan tangannya.
Ha... Aku rasa ia mengikuti ku, dan benar saja saat aku menoleh ke arah belakang, ia sudah tepat berada di belakangku.
Ya tuhan...
Punya suami seperti nya membuat ku lelah.
Membantu katanya, namun ia hanya mengacau saja, aku menyuruh ini yang ia kerjakan itu,
aku pikir dia dulu pandai masak,
namun sekarang aku cukup yakin bekal yang ia bawakan untuk ku dulunya pasti...?
Ah...
Kalian juga pasti tau apa maksudku.
Dalam hidup, rasa lelah menghantui di tengah perjalanan.
Mencoba untuk beristirahat, namun orang lain sudah jauh meninggalkan diri.
Mencoba mengejar, namun rasa letih menderu tubuh.
Urat-urat kakai mulai nampak, berwarna hijau, menonjol dikulit.
Hidup tak perlu berpatokan pada orang lain.
Apa yang di anggap benar, kerjakan lah, selama itu baik untuk diri.
Mencoba mengejar kehidupan orang, hanya membuang-buang waktu.
Manusia ada batasan, melampaui batasan hanya akan membuat diri tersakiti.
Ingat usaha tak akan menghianati diri.
Tak lah buruk seseorang melainkan ia menyerah akan usahanya sendiri.
Jangan berpikir diri sendiri itu rendah, dan jangan juga berpikir diri sendiri itu tinggi.
Karena itu tak lah bisa membuat apa yang ada menjadi bermakna.
hidup hanya seperti daun, jika muda ia begitu kokoh saat angin bertiup.
namun saat ia mulai menua, tak ada angin pun ia akan terjatuh ketanah.