"Sayang... Ini taruh dimana."
Barang-barang ini sungguh berat, beberapa kali aku memanggilnya namun saat itu ia tak merespon panggilan ku sama sekali.
Aku coba menghampiri nya, saat aku selesai mengemasi barang-barang itu.
Rupanya ia tertidur pulas,
"pak, apakah bapak mencintaiku." Aku mencintai nya, bagi ku dunia itu adalah dia itu sendiri.
***
"Bagai mana mungkin?."
Namun ia hanya diam lalu melanjutkan pekerjaan nya, aku tak tau apa yang ia pikirkan.
Aku coba menatapi wajah nya, tampaknya ia begitu salah tingkah saat aku mulai mentatap nya dengan penuh keraguan.
"Masa?"
Ia mengangukan kepalanya, membenarkan apa yang ia ucapkan tadi nya, aku cukup kesal tapi...
Ah...
Gemesnya suami ku, tangan ku tak berhenti mencubit pipinya, aku sungguh gemas.
mencoba memahimi satu sama lain nya, adalah cara untuk tetap pada jalur yang dinama kan cinta.
"SAYANG...!"
selalu saja seperti ini saat ia baru pulang dan tak melihat ku di dalam rumah, kan padahal aku sedang mengangkat pakaian yang aku jemur.
"Ah! jangan peluk aku lagi sibuk."
Ucapku saat ia mulai seperti biasanya, memeluk ku secara tiba-tiba dan tanpa alasan
"Aku kangen."
Ucapnya berbisik ditelinga ku,
kangen?
Padahal baru setengah hari saja ia tak bertemu dengan ku, masa ia sudah kangen? Ada-ada saja pak guru ku ini.
"Pria idaman itu seperti apa? Wajahnya? Hartanya?
Bagiku, pria idaman itu adalah seorang yang mau untuk hidup bersama.
Bagi ku bapak lah peria idaman itu."
Ucap ku saat ia bertanya seperti apa peria idaman yang ada dalam pikiranku.
"Bagi ku, tak perlu tampan atau pun kaya, yang penting kamu ada untuk ku, lagian aku sudah terbiasa hidup dalam kemiskinan."
Ku ucapkan kalimat itu di telinganya, sebenarnya aku malu dengan apa yang aku ucapkan itu.
Tapi aku beranikan diri agar ia tau bahwa aku sungguh mencintai nya.
"Mungkin kata-kata yang aku ucapkan tak terlalu tersampaikan kepada bapak yang mendengarkan nya, namun ini lah aku, aku selalu jujur saat berbicara cinta, cinta antara aku dan pak guru."
Aku mencoba memeluknya, dalam pelukan itu aku rasakan kehangatan,
"apakah salah bila aku mencintai mu?"
ia tak menjawab melainkan membalas pelukan itu,
"rasanya aku cukup khawatir."
Tapi aku tak ingin melanjutkan ucapan itu, aku mencoba perlahan-lahan memahami dirinya.
Aku mencintainya, ia adalah cinta pertama dan mungkin juga yamg terakhir, aku tak ingin melepaskan nya, namun bila ia lepas sendiri aku... Sungguh aku akan menyesalkan itu sampai kapan pun.
Jalan masih panjang, namun cintai ini sudah semakin besar, wadah penampung cinta kami kini mulai penuh.
Malam gelap, dingin, namun kini mulai berbintang dan hangat.
Sepi nya malam kini berubah jadi begitu ramai akan ulahnya, ada-ada saja tingkah yang kulihay dari nya, ia begitu kekanak-kanakan, apakah masa kecilnya dulu...?
Hem... Aku tak tau juga.
"Tidur yuk"
Eh! Aku cukup terkejut, maksudku sudah 2 minggu ia tak mengajaku... Anu. Aku malu membicarakannya.
Seperti biasa tubuhku di gendong oleh nya,
"Anu, cukup lama kita tak melakukannya jadi aku cukup gugup."
Ia hanya tersenyum, wajar saja katanya karena kami terlalu sibuk dengan urusan kami masing-masing selama beberapa minggu terakhir ini.
"Jika mencari sesuatu kita pasti akan bersusah payah untuk mendapatkan apa yang kita cari itu, tapi saat kita sudah mendapatkan nya kadang kita membiarkan nya menjadi pajangan saja, tapi saat apa yang kita miliki di ambil orang, kita akan marah dan kemudian setelah itu menyesal."
Pak guru