Chereads / Pak Guru Aku Mencintai Mu / Chapter 23 - Bab 23

Chapter 23 - Bab 23

Aku tak yakin.

Namun, ini lah kisah asmara ku, menjalin hubungan dengan seorang guru di sekolah tempat ku menimba ilmu, aku tak pernah membayangkan nya.

Tapi ini cukup nyaman saat aku berada di sisinya, walau kadang ia suka begitu manja pada ku, ingin memeluk ku lah, mencium, atau pun menjahili ku.

Kadang aku berpikir siapa yang sebenarnya dewasa sih?

Aku atau dia?

Mungkin ini seperti sebuah kesalahan, maksudku orang-orang pasti berpikir bahwa hubungan ini... Aku tak ingin mendegarkan ocehan mereka.

Bagiku, selagi ada cinta dan bukan hubungan sedarah, menurut ku sih sah-sah saja.

Dengan lambat hubungan kami pun diterima di pikiran mereka, mungkin karena mereka juga berpikiran ini tak ada hubungan degan diri mereka, atau mereka menaruh rasa segan pada pak guru, yang telah membuat desa ini sedikit demi sedikit ke arah yang maju.

Aku selalu malu saat ia menatap wajah ku, katanya sih wajahku itu tak pernah bosan untuk di lihat, kadang-kadang ditengah itu ia mencium kening ku, mengelus rambutku atau pun mencubit hidung dan pipiku.

Rasa debar di dada selalu ku rasakan, kapan ini akan berhenti?

Entahlah, mungkin saat langit berubah warna menjadi unggu, atau air laut menjadi tawar?

Yang artinya mustahil,

huh...

Aku selalu merasa nyaman dan bahagia saat ia berada disisi ku,

namun... Kadang rasa khawatir akan semua ini, dalam satu titik aku merasa ada hal yang tak ku ketahui.

Aku tak berani menanyakan ini kepada nya, namun ,ku harap ini tak menjadi suatu yang buruk.

Embun pagi membasahi daun-daun.

Cahaya mentari mulai terbit di timur.

Aku terbangun, dalam mimpi indah.

Pekatnya kabut, menutupi jalanku.

Namun...

Sebuah tangan menarik ku dari kabut itu.

Ia tersenyum lalu menuntunku, untuk menembus kabut.

Saat matahari mulai meninggi.

Perlahan-lahan kabut itu hilang, bersama dengan dirinya.

Aku pun terdiam.

Lalu aku berteriak memangil dirinya.

"AKU MENUNGGU MU SAAT PAGI DATANG DAN KABUT MENUTUPI NYA!".

Teriak ku.

Namun saat pagi mengulang, kabut datang.

Ia tak pernah lagi datang kepadaku.

Sebuah puisi yang ditulisnya aku baca dan aku mencoba memaknai puisi terebut, namun... Saat makna itu ku dapat, aku merasakan sangat sesak dalam dadaku.

Huh... Menyia-nyiakan suatu kebahagian yang ada didepan mata, dengan suatu yang belum pasti adanya, bukankah ini akan menjadi penyesalan untuk ku.

"jangan memeluk ku".

Selalu saja aku ucapkan kalimat itu, saat ia mendekap tubuhku, hangat terasa hangat dalam dekapan itu, ku rasakan nafas nya yang begitu hangat.

"Aku tak sabar menunggu hari itu".

Ucap nya.

Aku hanya tertawa geli seakan ia kebelet untuk menikah.

Jari tangan ku yang ia remas, kami duduk berpangkuan saat menonton film yang ia sebut anime itu.

Rasanya ini begitu nyaman, tak henti ia menyiumi kepala bagian belakangku, terus seperti itu.

Menonton film itu, aku sesekali berteriak hiteris.

Melihat itu ia hanya tertawa lalu mencium pipi ku dan kemudian menutup mataku dengan telapak tangan nya.

Ah... Rasanya ini terlalu memalukan, bila harus seperti ini.

Tak terhitung berapa film yang kami tonton dari jam 9 pagi ia kesini (rumahku) sampai jam 4 sore.

Ah... Rasanya mengasikan, aku tak ingin ini selesai begitu saja, ku balikan tubuhku, menghadap dirinya, lalu perlahan-lahan aku dekati wajah ku.

"cup"

kecupan hangat menghangat kan suasana di sore itu, bibir nya ku rasakan begitu lembut.

Cerita ini begitu indah untuk ku.

Lalu kami sudahi semua itu.

"Tumben kamu memulai terlebih dahulu". Ucapnya, aku hanya bisa memalingkan wajahku menahan malu.