Chereads / Pak Guru Aku Mencintai Mu / Chapter 20 - Bab 20

Chapter 20 - Bab 20

Kadang dalam renungan aku berpikir tentang kedua orang tua ku yang telah tiada.

Seperti ada yang kosang dalam hati ku, Sebenarnya aku selalu menyibukan diri dalam bebarapa titik agar aku tak merasakan kehilangan dalam artian kesepian.

Aku selalu berdoa agar mereka berdua bahagia di kehidupan selanjutnya sesudah kematian.

Kadang aku menangis dalam kamar, memeluk bingkai poto bergambar diri mereka, hanya ini yang bisa ku lakukan saat rasa rindu tak bisa ku tahan lagi, ada kala nya juga saat aku terlalu lelah aku berbicara pada gambar mereka berdua seolah-olah mereka mendegarkan dan berada di dekat ku.

Dari hati paling dalam aku berharap mereka mendegarkan keluh kesah ku dalam tangisan menyertai perkataan ku.

Kadang aku menyempatkan diri untuk mengunjungi kuburan mereka, membicarakan tentang kehidupan yang aku jalani ini, aku selalu melakukan pembicaraan itu di setiap aku datang menemui mereka.

Rasanya baru kemarin aku melihat senyuman dari keduanya, dan tak menyangka ini begitu cepat terjadi.

Tapi itulah kematian ia akan datang pada yang hidup.

Liburan yang diberikan hanya ku habiskan untuk belajar dirumah, ditemani pak guru yang selalu berkunjung kerumah ku,

"jangan peluk".

Ucap ku menyuruhnya agar tak memeluk diri ku, karena aku sedang fokus belajar.

Akhirnya hari menegangkan itu pun kini sudah didepan mata, rasa gugup menghampiri semua murid kelas tiga, membuka soalan yang begitu memusingkan, keringat dingin terus becucuran lalu dikeringkan mengunakan tisu.

'ini tak boleh kotor, ini tak boleh lewat garis". Begitu lah kata yang terlintas dalam benak semua murid kelas tiga.

Waktu berasa lebih lama, pengawas UN dari sekolah lain tak henti melihat gerak-gerik kami.

Semua sunyi hanya sesekali ada suara batuk dari arah belakang mungkin karena tengorokan nya kering.

Bulatan pengsil ke lembar jawaban kini mulai banyak, Hitam pekat.

Melihat lagi soal kalau-kalau ada yang salah membukatkan jawaban di kertas jawaban itu.

Kepala ku terasa ingin meledak, saat menemukan soal yang tak pernah diajarkan oleh guru, "jawab A atau B?". Begitu lah ucap ku dalam hati, sambil memutar-mutarkan pensil ditangan.

Atau "cap, cip, cup".

Bagi yang tak tau jawaban apa yang harus ia pilih?

Walau pun aku tak mengunakan cara yang kedua itu, bagi ku itu adalah cara yang tak masuk akal karena potensi benarnya sangat sedikit saja.

Hah... Akhirnya hari ini selesai dengan dua mata pelajaran UN.

Masih banyak waktu yang tersisa dari hari ini, untuk itu akan ku gunakan untuk belajar.

"Ania...!" Teriak pak guru dari kejauhan.

Memangil diriku, lalu menghampiri ku dan mengajak ku untuk memakan bekal yang ia bawakan,

"rezeki".

Ucap ku ketika ia membuka bekal itu dan menyuruh ku untuk memekannya, namun sebuah pikiran untuk menjaili nya terlintas dikepala ku.

"aduh... Tangan ku keram". Ucap ku kesakitan, tentu saja ini hanya bohongan.

Sambil memegangi tanganku ia memperhatikan tangan ku itu.

Lalu...

"Aaaak". Kata ia menyuruh ku mengaga.

"Ammm..."

"Dasar manja".

Ucap nya memainkan hidung ku, aku tersenyum ke padanya dengan tetap berpura-pura kesakitan dibagian tangan ku.

Aku yakin ia tau dan sebenarnya ia membiarkan ini berlanjut.

Akhirnya ia terus menyupi makanan itu kepada ku, aku cukup senang saat ia menyuapi ku, rasanya ini sangat membahagiakan dalam diri ku.