Chereads / Pak Guru Aku Mencintai Mu / Chapter 4 - Bab 4

Chapter 4 - Bab 4

Sepulang sekolah, dengan masih dalam keadaan capek.

Aku medapat kabar dari kakak lewat selembar kertas yang ia taruh di meja makan, yang berisi tentang ibu yang dirawat dirumah sakit.

Aku sontak kaget mengetahui bahwa ibu sedang dirumah sakit, dengan cepat aku berganti pakaian dan menujuh rumah sakit, ya walau pun tak tau dirumah sakit mana namun aku cukup yakin dimana ibuku dirawat, karena hanya satu saja rumah sakit yang ku ketahui di sini.

"ibu...!"

ucapku sesaat masuk keruang perawatan ku lihat kakak yang sedang menemani ibu yang terimpus dan mata ibu yang terpejam, aku menanyakan ke kakak ku tentang keadaan ibu, dan ia menjawab bahwa ibu dalam keadaan tak baik dan membutuhkan operasi secepat mungkin, masalah nya bukan terletak pada operasi namun, masalah nya uang untuk memulai operasi, yang harus menelan biaya 10 juta. mungkin bagi orang kaya ini tak lah menjadi hal besar, namun bagi kami sekeluarga jangan kan uang sepuluh juta memegang uang satu juta utuh pun kami sangat jarang.

Waktu itu aku tak memiliki apa-apa, maksudku, aku tak bisa berbuat banyak akan keadaan ibu ku, aku hanya bisa duduk di ruang tunggu dengan wajah yang tak begitu enak dipandang, aku sangat yakin waktu itu wajah ku begitu buruk untuk dipandang.

Tiba-tiba saja ada seoarng yang menyapa ku, terdengar suara seorang laki-laki bertanya sedang apa aku disini, aku pun menoleh kearahnya, rupanya Pak guru, lalu ia duduk disebelah ku dan mengajak aku ngobrol, aku hanya menanggapi obrolan itu dengan ucapan

"ah!"

atau

"iya"

karena pikiran ku saat itu sedang teralihkan ke ibuku yang sedang dirawat.

"Apakah kamu mau dengan tawaran ku tadi, lumayan loh 20 juta untuk anak seusia mu pasti cukup banyak". Ucap nya mendengarkan itu aku seperti mendapatkan hembusan angin segar dengan cepat aku menyetujui itu, ia cukup senang mendegarkan aku menerima tawarannya, dan berkata bahwa besok aku mulai bekerja untuknya.

Ke esokan harinya, sesuai janji aku berangkat ke alamat yang ia berikan, harusnya hari libur ini aku gunakan untuk bertapa dalam kamar alias tiduran, namun karena menyangkut ibu, aku pakasakan diri mengikuti arus ini.

Waw... Sungguh rumah yang sangat besar untuk seorang guru, aku kaget melihat rumah dengan nampak dari depan cukup mewah bergaya klasik pintu gerbang yang menjulang tinggi sekitar dua kali lipat tubuh ku, lalu aku melihat satpam dan memanggilnya lalu bertanya apa alamat yang ku bawa ini adalah benar, dan tentu saja jawaban nya.

"iya".

Lalu aku bilang aku mempunyai janji dengan pemilik rumah ini, dan meminta tolong agar ia membukakan pintu gerbang.

Waw... Rupanya ini lebih hebat jika masuk ke dalam dengan halaman depan yang cukup luas seperti taman kecil, lalu satpam itu mengantar kan ku ke dalam dan menyuruh ku menunggu di ruang tamu, sedangkan dia memanggil seorang pembantu di rumah itu dan sepertinya menyuruh pembantu itu untuk mengabari kedatangan ku kepada pemilik rumah mewah ini, aku masih saja kagum dengan isi rumah ini maklum saja aku hanya bisa mengagumi ini dengan keadaan ku sekarang.

"Eh... Ania rupanya".

Ucap pak guru itu dan mempersilahkan aku untuk duduk.

walau, sebenarnya sedari tadi aku sudah duduk namun karena ini kebiasaan orang-orang Indonesia yang begitu ramah terhadap tamu, makanya ini menjadi formalitas untuk sambutan bagi orang yang menggunjungi rumah seseorang.