Aku yakin ini adalah sesuatu yang membahagiakan, terlebih lagi ibu ku sekarang ini cukup sehat.
Semua ini begitu mengembirakan bagi ku, tapi...
Aduh... Dia selalu saja datang kerumah setiap akhir pekan, dan akhirnya ibu dan kakak mengetahui hubungan kami, awalnya mereka tertawa terbahak-bahak, bagai mana tidak mereka tak pernah membayangkan aku yang selalu hanya belajar-belajar saja, tiba-tiba jatuh cinta, terlebih lagi dengan guru sekolah ku sendiri, mereka selalu mengejek ku setiap ada kesempatan.
Kami berdua, maksudku aku dan pak guru hanya bisa tertunduk menahan malu jika di tatapi oleh keduanya, dengan agak tersenyum mereka selalu mengejek kami berdua, tapi yang aku heran ibu tak melarang hubungan kami ini, saat ku tanyai tentang ini, ia hanya bilang wajar saja namanya juga cinta tak perlu ia harus melarang nya.
Aku sedikit legah mendengar ini, tapi...
"dan kamu kan sudah tua". Ucap ibu cekekikan, ya aku tau aku tua, umur ku sudah masuk 19 tahun, ini karena dulunya aku sempat berhenti bersekolah karena tak ada biaya untuk melanjutkan sekolah waktu itu.
Membayangkan umur yang sudah tua di akhir kelas dua ini,
dan juga aku... Bulan april ini sudah masuk 20 tahun.
Wajar saja ibu tak menentang hubungan kami ini, toh bila di hitung Cuma beda selisih 5-6 tahun dari usia kami berdua.
Namun... Kakak lah yang paling sering mengejek ku, ia berkata lebih baik pak guru untuk nya saja, karena sepantaran dengan nya, katanya sih gitu, tapi aku tak akan bepikir untuk memberikan pak guru kepadanya, tak akan pernah!
Awalnya aku dan pak guru hanya menghabiskan waktu akhir pekan dengan begini saja, maksudku ia yang selalu duduk dirumah dan kami hanya bisa berbicara dengan batasan saja, karena aku yakin ibu dan kakak selalu menguping pembicaraan kami berdua.
Akhirnya karena ibu dan kakak sudah muak dengan wajah kami bedua, mereka menyuruh kami untuk jalan-jalan keluar seperti kebanyakan sepasang kekasih di akhir pekan.
Namun... Aku sedikit takut bila ini akan di ketahui banyak orang dari sekolah kami.
"Tenang mereka tak akan melakukan itu". Ucap nya begitu tenang, namun aku tidak, aku masih saja melihat kesana-kemari sembari menyuapi makanan ke mulut ku.
Aku rasa ini akan menjadi hal yang mendebarkan bila ada orang yang mengetahui hubungan kami ini.
Ia masih saja santai, aku berpikir apa kah hidupnya setenang ini, masih bisa-bisanya ia memasang wajah santai dan seakan tak peduli dengan hal ini,
"cium."
Ucap nya memberi kan pipi kanan nya ke pada ku, namun aku hadang dengan tangan, lalu dengan sedikit berbisik kepadanya aku katakan ini terlalu begitu cepat, lagian aku gugup harus melakukan ini, walau pun tak ada seorang pengujung di restoran ini, aku cukup heran akan ini.
Lalu bertanya kepada nya.
"ini rumah makan ku, dan aku berpesan kepada mereka agar tak menerima tamu di waktu ini".
Hah... Ini cukup gila, dan wajar saja ia begitu tenang sedari tadi, rupanya ini toh,
aduh... Ada-ada saja dia ini.
Aku tak menyangka ia sekaya ini, dan terlebih lagi ia adalah seorang guru, dan mengapa ia ingin menjadi guru, sedangkan ia sudah sekaya ini?
"sekolah itu juga sekolah milik ku".
Eh... Aku hanya bisa menganga saat ia bilang begitu, lalu ia berkata bahwa itu karena ia ingin menetapi janji mendiang kedua orang tua nya agar membantu anak-anak pedesaan untuk bisa bersekolah dengan layak.
Mendengar itu aku cukup yakin bahwa keluarganya cukup dermawan.
rupanya masih ada orang kaya yang tak melupakan masyarakat menengah seperti kami ini, rupanya masih ada.