Chereads / Pak Guru Aku Mencintai Mu / Chapter 11 - Bab 11

Chapter 11 - Bab 11

Bagi nya membantu orang-orang adalah hal yang membahagiakan, baginya jika ia masih bisa maka ia akan terus membantu orang-orang, rupanya aku tak salah mencintai nya.

"jadi kamu tenang saja, lagian masyarakat desa ini tak begitu peduli akan hal ini". Ucapnya, iya aku tau maksudnya, bahwa warga desa tak akan memandang buruk dalam hal cinta berbeda umur, bagi mereka selama masih ada kata cinta itu masih diperbolehkan.

Lalu ia berkata lagi bahwa ia ingin memajukan desa ini, desa kelahiran kedua orang tuanya, memajukan dalam artian bukan membuat gedung-gedung, dan mengusur rumah warga atau pun membuat lahan sawah menjadi alih fungsi.

Ia ingin tetap seperti ini dengan beras sebagai sumber pendapatan warga.

Mendengarkan itu aku menyarankan ia untuk ikut mencalonkan jadi kades, tapi ia hanya tertawa dengan ucapan ku itu, dan mengetuk-getuk kepala ku, ia bilang jika ia jadi kades itu cukup merepotkan, lebih baik mendidik sumber daya manusia dari pada harus langsung menjadi kades.

Dan tiba-tiba, ia mencium ku, aku kaget namun aku tak perlu menghindar karena aku juga sebanarnya menginginkan nya, akhir nya ciuman pertama ku aku berikan kepada nya, cukup lama kami melakukan itu, sampai kami harus menghentikannya karena kekurangan nafas.

"Cie, cie..." suara dibalik arah belakang kami berdua, aku pun dengan cepat melihat, rupanya mereka adalah pegawai rumah makan itu.

"Cie... Bos ageresif sekali."

Ucap salah satu dari mereka, yang tak lain adalah kepala rumah makanan itu, aku pun jadi malu, dan hanya bisa menudukan wajah ku, saat perbuatan kami dilihat oleh mereka.

Begitu juga dengan nya ia hanya bisa membawa ku pergi dari rumah makan itu, dan kepergian kami di iringi siulan dari mereka.

"Dasar pegawai kepoan".

Ucap nya di tengah, setengah lari dari rumah makan itu, ia hanya bisa meminta maaf dan mengatakan bahwa mereka semua adalah teman semasa kuliah, wajar saja mereka berbuat seperti ini, dan selebihnya ia tak sadar bahwa ia menciumi ku saat masih berada di rumah makan itu.

"Aduh... Pasti esok mereka akan mengejek ku habis-habisan".

Ditengah perjalanan itu ia masih saja menyesali itu, dan tiba-tiba ia menyenderkan ku di sebuah pagar tembok, lalu ia melakukan nya lagi, dan ia yakin bahwa waktu ini tak ada orang yang melihat kami, lalu kami melakukan itu lagi rasanya sunguh nyaman.

Rasanya aku tak ingin ini begitu cepat usai.

Setelah itu kami pun melanjutkan jalan-jalan dengan bergandengan tengan, dan kepala ku yang ku rebahkan di pundak nya, rasa nya ini sangat nyaman bila berada disisi nya.

Waktu yang kami lalui di akhir pekan pun begitu cepat berlalu, senin tiba, awal jam di gunakan untuk upacara bendera, jam pelajaran pertama adalah pelajaran kesukaan ku, matematika.

Dan dilanjutkan PKN selama empat jam, lalu fisika dengam sisa waktu yang ada.

Pulang sekolah aku gunakan untuk mengerjakan membuat cerita yang akan dijadikan sebuah Novel, sudah setengah perjalanan yang aku tempuh, artinya bulan pun ikut berganti, dan hubungan kami sudah memasuki sekitar 2 bulan lebih, tak banyak berubah dan masih tetap sama, kadang ia juga tanpa sungkan memarahi ku bila apa yang ku kerjakan tak sesuai dengan nya, dan begitu juga dalam pelajaran, kali ini ia bisa menepis apa yang ku lakukan untuk mengoda diri nya, dengan cara hukuman layaknya murid di hukum oleh guru, ya 100 kata maaf di lembaran buku.

Huh... Menyebalkan! kali ini aku harus menang.