Akhirnya sebuah cincin ia kenakan dijari ku, padahal aku tak begitu ingin menganti cincin perak ini, dan aku akan selalu menjaga cincin perak ini.
Rasanya hubungan kami semakin hari makin maju ke arah yang lebih serius.
tepatnya sebelum UN ia membawa paman dan bibi nya untuk menemui ku dan aku juga di dampingi paman dan bibi dari pihak ayah ku.
Apakah ini sebuah lamaran, mungkin belum karena ini tak seramai yang aku duga sebelumnya.
"Baikalah kita sudah menentukan tanggalnya, dan untuk berbagai hal kita kembalikan kepada mereka".
Ucap paman ku.
Ah...! Ini sih lamaran nama-nya, kata ku dalam hati, lalu aku lihat ia dan memberi isyarat kepadanya.
"Bukankah ini cepat?". Ucapku menanyakan perihal ini.
"apakah sedari tadi kamu tak mendegarkan?". Kini ia yang malah bertanya kepada ku.
Lalu aku menoleh ke arah kakak selepas mereka (paman dan bibi dari masing-masing pihak pulang).
Namun kakak tak menjawab melainkan hanya bermesraan dengan suami nya, ya sudah menjadi S-U-A-M-I Nya.
Dan tak lama lagi mereka akan pindah ketempat tinggal baru, dan aku sendiri di sini.
Eh... Kenapa aku harus membicarakannya, bukankah aku tadi menanyakan perihal lamaran?
Namun nampak nya pak guru cukup senang, lalu dengan perasaan senang yang ia bawa pulang.
Huh... Rasanya aku masih muda dalam titik ini, walau umur ku sudah 20 tahun, menyebalkan.
UN saja belum usai maka dia sudah berani melamar ku.
Namun aku cukup senang karena ia serius dengan hubungan ini, seperti...?
Tak usah dipikirkan lagian dengan secara tak langsung aku sudah menerima lamarannya.
Hari ini cukup sampai disini, aku ingin mengistirahtkan tubuh dalam mimpi yang indah.
Pagi datang menerpa wajah ku dari balik gorden yang tak tertutup sempurna aku bangun membuka mata melihat cahaya mentari pagi yang menyilaukan, langit cerah secerah harapan yang ingin ku gapai, suara jangkrik kini mulai hilang berganti suara merdu burung-burung.
Sepi sunyi.
Mungkin kakak sekarang ini sedang berpelukan dengan suaminya, ingin rasanya aku mengintip namun aku takut ini akan mejadi hal yang memelukan.
Aku pun bergegas untuk besiap berangkat ke sekolah,
"Owah..."
aku masih mengantuk, saat aku membuka pintu rumah kulihat wajah orang yang ku kenal sudah berdiri di depan rumahku, yang sontak membuatku tak bersemangat ke sekolah, dasar pak guru.
Gerutu ku, apakah ia ingin berangkat kesekolah bersama?
Tentu saja iya.
Rasanya aku tak bersemangat, hu...
Aku mencoba sedikit menjauh darinya agar orang tak mengira bahwa kami mempunyai suatu hubungan.
Namun biar pun bagai mana aku terus menjahui nya saat berjalan bersama ia terus saja mendekati ku, dan karena itu aku pun menyerah dan hanya bisa mengikuti apa yang ia inginkan.
"pak?".
Saat ia mengandeng tangan ku di tengah perjalanan.
Aku coba untuk melepaskannya namun gengaman nya terlalu begitu kuat.
Aku tak bisa melepaskannya.
Dasar... Pak guru.
Sesampai di sekolah, orang-orang memperhatikan kami dengan tatapan yang aku tak tau maksudnya, aku pun hanya bisa menunduk kebawah aku tak berani menatap kedapan.
"Dah."
Ucap nya setelah mengantarkan ku kedapan kelas dengan sedikit melambai kan tangan nya kearah ku.
Ya tuhan apakah nanti akan ada berita di sekolah ini?
"Silahkan masuk nyonya".
Ucap teman kelas ku denggan candaan kepada ku lalu tertawa tebahak-bahak.
Aku hanya bisa menunduk kan kepala dan berharap ini tak akan terjadi.