Tak henti mereka mengejek ku dengan sebutan tuan putri, Aku rasa ini memalukan.
"Kami sudah lama tau nya kok".
Ucap lina kepada ku dan tak henti tertawa, heh... Jadi selama ini mereka sudah tau.
Yah tuhan mau taruh dimana wajah ku ini.
Rasanya hari ini aku tak fokus pada apa yang guru ajarkan melainkan selalu di ejek oleh mereka.
Huh... Sebaikanya saat pulang nanti aku harap tak bertemu dengannya, kuharap begitu.
Rasa nya aku tak mau dan sedikit cangung bila harus bertemu dengannya.
Akhirnya ia tak menunggu ku pulang, dengan cepat aku melangkahkan kaki melewati pintu gerbang.
Berjalan dengan gerakan cepat.
"Ania sayang...". suara ia memanggil ku dari kejauhan dengan berat aku menoleh ke arah nya, sedang apa aku katanya.
Ya tentu pulang jawab ku agak ketus kepadanya.
Lalu ia tarik tangan ku dan menyuruhku untuk masuk kemobil,
huh... Sungguh menyebalkan.
"Dah, dah..."
lambaian tangan nya mengiringi kepergian nya.
Semua terasa berat untuk hari ini, aku berharap besok tanah akan terbelah dan dia tak akan bisa menemuiku.
eh...! Jika tanah terbelah mungkin dia akan menemuiku dengan cara menaiki helikopter?
Huh... Rasanya begitu sih namanya juga orang kaya.
Aduh... jadi aku tak bisa menghindari nya untuk kapan pun.
Hari mulai gelap aku tertidur dalam dinginya malam.
Mudah-mudahan besok tak akan terjadi hal-hal yang memalukan.
Terbangunkan pagi sinar matahari melewati celah dinding kayu rumahku.
Air yang begitu dingin membasahi sekujur tubuh.
Tak ada beda dari hari-hari biasa, sawah yang menguning kini berganti dengan taman lain.
Riak air kini terdengar begitu kecil.
Musim mulai berubah, dan kami sebagai murid kini mulai fokus dalam belajar.
Hanya menghitung hari saja kami akan melaksanakan UN, Huh rasanya aku sangat gugup bila membayangkannya, apakah aku bisa sedikit lebih baik saat UN tiba?
Mungkin saja.
Semua siswa-siswi kelas tiga kini mulai memfokuskan diri pada perbaikan nilai, menambah jam pelajaran, dan melaksana kan TO untuk terakhir kalinya, angap saja ini geladiresik, untuk senin depan.
aku kini hanya tefokus pada satu titik saja, yakni UN.
Aku yakin seberapa pintarnya aku bila berhadapan pada UN aku juga akan gugup.
Walau pun pak guru selalu membantu ku dalam belajar, namun itu belum cukup.
Huh! Rasanya aku tak akan tenang sebelum UN ini selesai, tak maksudku saat surat kelulusan ditangan ku.
Jam demi jam berganti, aku sangat lelah sungguh aku sangat lelah karena terus belajar, tanpa sadar sejenak aku menutup mata ku.
Namun tiba-tiba ia membangunkan ku dengan cara yang mengagetkan ku.
Sebelum semua ini selesai mungkin aku tak akan bisa tidur.
Mungkin aku lelah namun pak guru juga sama hal nya dengan ku, aku tau ia begitu kelelahan juga.
Ya aku tau itu dari sorot mata nya yang sayu. Menahan lelah dalam dirinya.
Ini sedikit membuat aku khawatir dengan inisiatif aku mendekati nya menyandarkan kepalanya ke bahu ku, perlahan-lahan tangan ku mengelus rambut harumnya hingga ia benar-benar tertidur.
Aku pun merasakan hal yang sama, namun sebisa mungkin ku tahan rasa kantuk, namun sepertinya rasa kantuk itu menguasai diri.
"uwah...".
aku menguap tak henti namun tetap saja aku menahan mata ku agar tak terpejam.
Namun...
Aku ikut terlelap bersama nya dalam waktu itu.