Chereads / Pak Guru Aku Mencintai Mu / Chapter 16 - Bab 16

Chapter 16 - Bab 16

Aku tak yakin namun bila ini terjadi maka...

Huh... Jangan dipikirkan aku harus tetap fokus dalam satu titik dulu.

Aku pun menanyakan perihal itu kepada kakak ku, benarkah ia mau menikah dan mengapa ia tak mengabari ku terlebih dahulu, bukankah ini terlalu mendakak.

Mendengar penjelasnya membuat ku tak bisa berbicara dalam waktu itu, aku tau maksudnya, membayangkan tak ada orang tua lagi di sisinya, aku tau ini sebagai langkah awal untuk dirinya agar tak larut dalam kesepian.

Aku pun hanya bisa memberi semangat dalam keputusan yang sudah ia ambil itu.

Tapi di sisi yang berbeda aku merasa kesepian jika harus berpisah dengannya, mungkin saja ia akan tinggal di tempat lain, aku cukup yakin akan hal ini.

Huh... Rasanya ini membuat otak ku menjadi sedikit tak bekerja.

"Aku menerima tawaran bapak".

Ucap ku yang tak tau lagi harus berkata apa, atau mengucap kan kalimat apa.

"pffttt". Ia tertawa mendengarkan perkataan ku,

"tawaran?". Ucap nya lagi, aku hanya bisa menunduk lalu ia raih dagu ku dan mendongakan wajah ku ke arahnya, lalu berbisik kepada ku, yang membuat ku tertegun.

"Terimakasih".

Hanya itu yang bisa ku ucap sambil menyapu air mata ku, yang entah kapan ia menetes.

Rasanya aku cukup nyaman disisinya, mudah-mudahan ia menjadi yang terbaik dari yang aku pilih untuk menemani ku kelak.

Semua hanya sedikit berubah, walau pun aku merasa tak ada yang berubah dari sekeliling ku.

Lagit biru? Tentu saja.

Atau pun tanah kering yang kini mulai berumput?

Dalam benak aku selalu berpikir apakah dititik ini aku akan terhenti?

Malam tanpa bintang, atau pun siang dengan panas menyengat tubuh.

Dengan pak guru yang selalu di dekat ku, mengajari ku tentang banyak hal atau pun kakak dan pacarnya yang kini tak malu lagi menampak kan kemesraan nya kepada kami.

Sekitar satu minggu lagi kakak akan mengadakan repsesi walau pun ini hanya sebagai formalitas saja menurut ku.

"Jangan peluk, aku masih mengerjakan soal". Ucap ku kepada pak guru namun ia tak menghiraukan perkataan ku, dan tetap saja masih memeluk ku.

"aduh...!". Jerit nya saat paha nya ku cubit kuat mungkin tapi tetap saja masih memeluk ku.

Rasanya menjengkelkan bila mempunyai pasangan yang selalu manja.

Huh... Menyebalkan, namun aku cukup nyaman dalam pelukan beliau.

Tak ada waktu lagi.

Begitu lah pikir ku saat kami lebih sering tak bertemu karena aku yang selalu menghabiskan waktu dengan mengikuti jam tambahan, walau kadang ia menitipkan bekal makanan kepada teman sekelas ku, dan kalian tentu tau, bahwa ini akan menjadi berita hangat.

Dasar ia tak bisakah berhati-hati dalam bertindak.

Merepotkan.

Sungguh ini merepotkan sekali, jam sudah menunjukan pukul 5 sore para siswa yang mengikuti jam tambahan pun tak sabar ingin cepat-cepat pulang.

"kenapa menunggu nya disini sih?". Ucap ku sedikit ketus saat ia menunggu ku di pintu gerbang lalu menyuruh ku naik kedalam mobil, untuk apa mengantarku dengan mobil sih?

Bukanya rumah ku dekat dari sekolah?

Pikir ku.

Aku pikir ia akan langsung mengantarku pulang,

rupanya...

Hah! Lagi-lagi kejutan datang dari nya.

Kami berada di sebuah tempat perhiasan, yang jauh dari desa.

"terserah".

Ucap ku kepada nya saat ia mencoba untuk menyuruhku memilih sebuah cincin, toh cincin perak ini masih jadi cincin kesukaan ku, dan rasanya aku tak ingin melepaskan nya.