Chereads / Sang Pengacara "TRIAD" / Chapter 11 - "The Tudors"

Chapter 11 - "The Tudors"

Abigail Prasasti.

Ia adalah putri dan anak pertama Alex dari Sisca. Ia terlahir dengan paras cantik dan tumbuh menjadi seorang wanita yang selalu menarik perhatian publik. Parasnya memang rupawan. Namun yang menonjol dari Abi adalah sikapnya yang elegan. Tidak pernah rasanya publik menemukan Abi mencari sensasi demi popularitas.

Abi memang selalu menghindar dari semua aksi cari panggung. Beberapa menganggapnya sombong. Munafik. Tapi semua itu tidak menyurutkan langkahnya untuk teguh pada pendiriannya.

Abi pensiun setelah menikah. Ia ingin mengabdikan dirinya kepada keluarga dan mengejar passion-nya sedari kecilnya dibidang fashion.

10.41

Saat ini Abi sedang berada di Paris. Tepatnya di stasiun Paris Gare de Lyon. Ia akan menghabiskan waktu liburan ini untuk menikmati bulan madu kedua bersama Surya. Ia berencana ke kota Turin Italia siang ini. Rencananya ia akan tiba di Turin Porta Susa sekitar pukul 16.17.

Abi celingukan mencari suaminya. Mereka harus segera menaiki kereta cepat TGV (Train à Grande Vitesse) untuk mencari tempat duduk. Namun Surya tiba-tiba menghilang. Mungkin beli cemilan. Begitu pikir Abi. Ia pun segera menaiki kereta itu lalu mencari tempat duduknya.

"Scusami, questo posto e libero?" terdengar suara berat disamping Abi yang menanyakan apakah kursi disampingnya kosong. Abi menoleh kearah suara itu sambil keheranan. Ini bukan bis umum. Tiba-tiba Abi tersenyum lebar.

Ternyata Surya.

"Si prego!" jawab Abi tertawa sambil mengiyakan.

"Accomodati..." lanjutnya sambil tersenyum lebar dan mempersilahkan Surya untuk duduk.

Abi dan Surya tertawa riang sepanjang perjalanan. Mereka ingin napak tilas di kota Turin. Dulu Abi memang menempuh studi fashion di NABA kota Milan. Namun ia pertama kali bertemu Surya di kota Turin.

Saat itu Abi menemani ayahnya yang berkunjung ke Italia untuk menonton pertandingan Juventus vs Ajax. Tidak disangka mereka bertemu mahasiswa Indonesia yang juga menonton pertandingan Liga Champions itu.

Surya saat itu memang sedang menempuh studi master hukum di Universitas Utrecht. Pria itu pintar, tampan dan jago menyanyi. Membuat Abi mabuk kebayang dan akhirnya menikah setelah setahun menjalin hubungan.

"All'hotel Torino Centro" ujar Abi kepada supir taksi saat keluar dari stasiun. Ia minta diantarkan ke Hotel Torino Centro.

"Va bene, le metto le valigie nel cofano" sahut supir taksi menyanggupi sambil memasukkan dua buah koper ke bagasi.

"Mi scusi, è la strada più veloce? Mi hanno detto che sarebbero stati solo dieci minuti" ujar Abi agak cerewet. Ia mengatakan kepada supir taksi itu untuk mengambil rute terpendek karena jarak hotel dekat stasiun.

"In Italia dieci minuti non sono esattamente dieci minuti. C'è molto traffico!" ujar supir itu kesal sambil menggerak-gerakkan tangannya. Menurutnya, di Italia, 10 menit itu bukan berarti cepat karena jalanan sangat macet.

Abi ingin membantah. Namun Surya mencubitnya. Abi mengaduh keras sembari tertawa. Si supir terlihat kesal dan menginjak pedal segera meninggalkan stasiun itu.

Suatu kenikmatan bisa melihat suaminya tertawa bahagia. Sudah terlalu lama Surya dilanda stress karena pekerjaan dikantornya. Tak henti-hentinya ia mengusap lengan suaminya itu.

Abi bukannya tidak bersyukur. Saat ini Surya adalah pengacara senior yang membawahi divisi korporat. Abi sangat bangga terhadap suaminya. Ia memang sangat pintar dan tajam dalam berpikir. Namun belakangan ini ia dilanda stress yang sangat tinggi. Belum lagi karena harus bekerjasama dengan Adam. Sosok yang tidak begitu baik dalam berinteraksi. Sosok yang tidak pernah cocok dengan suaminya yang selalu berapi-api dalam berbicara namun mempunyai hati yang sensitif.

Marasurya Belabangsa.

Pria hitam 47 tahun ini adalah anak bungsu yang berasal dari keluarga militer. Ayahnya adalah Jenderal Setiadi Belabangsa. Sementara kakaknya adalah Marsekal Muda Boemi Belabangsa. Kakek dan buyutnya juga tentara. Hal ini membuat Surya terasing dalam keluarga ketika ia memutuskan menjadi pengacara.

Tapi tidak ada yang bisa memaksa Surya. Bakatnya memang didunia hukum dan dia sangat piawai dalam berbicara. Ia memiliki tingkat konsentrasi terhadap detil yang tinggi sehingga mampu melihat kesalahan sekecil apapun. Namun Surya memiliki hati yang perasa. Suatu hal yang membuat hubungannya sering renggang dengan rekan kerjanya. Terutama Adam. Partner litigasi yang juga iparnya. Ketidakcocokan kedua orang ini sudah diketahui oleh seluruh kantor. Sering terdengar kata-kata keras dari ruang meeting karena mereka berdebat. Tidak ada yang mengalah karena keduanya sangat pintar dibidangnya. Sayang tidak ditunjang oleh kedewasaan yang seharusnya ditunjukkan oleh atasan.

Keributan itu bertambah parah belakangan ini. Mereka sedang memegang kasus perceraian yang berhubungan dengan merger salah satu perusahaan terbesar di Asia. Banyak konflik dalam perkara perceraian itu. Hal ini tentu sangat berpengaruh terhadap strategi penanganan hukum. Divisi litigasi meminta proses merger ditunda sementara divisi korporat justru meminta sebalik. Akhirnya keriuhan terjadi sepanjang hari. Baik dikantor. Maupun dirumah.

"Honey, please dong ahhh...jangan marah terus" bujuk Abi beberapa hari yang lalu. Saat itu Surya pulang dengan membawa kemarahan terhadap Adam.

"He's sooooooooo stupid!"

"Nunduk aje kerjaannya. Diem. Tapi nyelekit sekalinya ngomong!"

"Hiiihhhhhhh!!" cerocos Surya mengepalkan tinju.

"Gue bogem juga deh tu bocahh!" sergahnya dengan gusar.

Saat itu Abi sedang menyiapkan teh bagi Surya di dapur. Ia hanya bisa terkikik pelan mendengar kegusaran suaminya.

Satu-satunya yang pernah dibogem mentah adalah Surya sendiri.

Surya memang pernah dihajar oleh Adam karena menyangka Surya selingkuh dengan anak kantor. Semuanya sudah beres sekarang. Adam sudah meminta maaf karena tidak memiliki bukti apapun. Tapi semu itu membuat Abi terharu. Adam memang pembela diriny nomor satu.

"Pooooor my hubby" batin Abi geli sambil menyodorkan teh hijau kesukaan Surya. Ia mengusap lembut wajah suaminya yang memerah itu.

Adam adalah pria yang sangat polos. Ia memang bukan tipe lelaki yang ramah dan mempesona seperti laiknya para pria yang sering ditemui Abi. Ia hanya berdiri disitu. Teguh akan keyakinannya sendiri. Tidak perduli akan pikiran orang terhadap dirinya. Tapi setidaknya ia memiliki sikap yang pasti akan setiap hal.

Sementara Surya adalah pria masa kini yang selalu merasa malu jika tidak bertindak serta berpikir objektif. Selalu berusaha mengakomodir permintaan orang namun tetap memberikan pertimbangan yang matang dan jelas. Kritis namun tetap mengayomi. Tipe pemimpin yang bisa mengubah kebijaksanaannya jika tidak diterima publik. Akhirnya disatu sisi ia terlihat tidak mempunyai sikap yang jelas.

Keduanya merupakan aset terbesar diperusahaan. Mungkin hanya waktu yang bisa membuat mereka akur. Mungkin juga tidak. Abi tidak tahu. Namun satu hal yang pasti, mereka berdua adalah dua dunia yang sangat dicintai Abi apapun yang terjadi.

TING!

Abi terbangun dari lamunannya. Bunyi ponsel itu berasal dari grup keluarga. Abi tersenyum. Mereka pasti meminta Abi untuk mengirimkan foto-fotonya di Eropa. Ia pun menyentuh layar ponselnya untuk membaca pesan itu. Tiba-tiba mukanya berubah seputih kapas.

"ADAM!" jeritnya tidak terkendali.

************************

Suster RSPI itu hendak membantu seorang kakek dihadapannya untuk menulis. Ia nampak kesulitan. Namun niat itu diurungkan. Si kakek yang nampak memeluk cucunya itu terlihat menggelengkan kepalanya sambil tersenyum kearah suster. Suster itu menurut sambil tersenyum hangat lalu menunggu dokumen itu diserahkan kembali kepadanya.

"Kek...aku mau ganti nama, Kek" suara anak kecil disamping kakek itu berbicara. "Waduh, ganti nama apa, yang?" jawab kakek itu sambil mengekeh.

"Tony Stark"jawab cucunya lugu. Si Kakek spontan melepaskan pulpen dan tergelak kemudian memeluk cucunya itu. Ia mengacak-acak rambut cucunya dengan gemas sambil tidak berhenti mengekeh.

"Abisan namaku jelek, Kek"

"Aku sering di-bully teman-teman"

"Sultan Panci Sultan Panci. Gitu, Kek"

Si kakek tersenyum lebar. Kemudian ia mengangguk serius tanda mengerti. "Boleh, sayang. Tony Stark bagus ya" kata si kakek. Lalu si Kakek nampak berpikir sejenak dengan wajah lucu.

"Tapi nama Sultan Panji Prasasti lebih bagus lho. Artinya seorang pemimpin yang mempertahankan keyakinannya"

"Sultan itu khan raja. Panji itu pasukan. Prasasti itu lambang keyakinan yang kuat" cucunya nampak mendengarkan dengan seksama.

"Nah kalo Tony Stark itu artinya apa?" gurau si kakek sambil mencubit pipi cucunya.

"IRON MANNN...wusshhh!!" jawab Sultan menirukan jagoannya terbang. Si kakek kembali mengekeh.

Superhero yang sudah berumur hampir seratus tahun itu memang hebat. Stan Lee mampu menciptakan brand yang tak lekang oleh zaman. Suster itu ikut tersenyum. Lalu ia menerima dokumen dari kakek itu dan kemudian pamit keluar ruangan.

Adam Prabu Prasasti, pasiennya, masih belum sadar diri. Serangkaian pemeriksaan sudah dilakukan mulai dari organ dada seperti paru, jantung, mediastinum, diafragma sampai dengan organ diperut seperti hati, limpa dan ginjal. Obat seperti analgesik, antibiotik, neuromuscular blocking agent sampai obat peningkatan kekebalan tubuh juga sudah diberikan. Sayang pasien itu belum juga sadar diri. Namun Dokter Richard tetap optimis. Menurutnya Adam beruntung karena luka tembak dibagian perutnya tergolong dapat disembuhkan. Hal ini karena jarak tembak yang jauh membuat kerusakannya tidak parah.

Tiba-tiba pintu kamar terbuka. Seorang wanita cantik bertubuh tinggi masuk kedalam ruangan bersama seorang pria yang menggendong anaknya.

"Abigail Prasasti" batin suster mengenali tamunya.

Abi memang cukup terkenal sebagai seorang artis yang sekarang menjadi desainer baju pesta. Rancangannya unik karena terinspirasi fashion era dinasti Tudor yang glamour.

Salah satu produk ikonnya adalah gaun pesta yang diberi nama "The Arrogant Aragon". Sebuah gaun inspirasi dari farthingale yang digunakan Catherine of Aragon, seorang putri asal Spanyol, yang dinikahi King Henri VII tahun 1509. Namun pernikahan tersebut dibatalkan karena Raja berselingkuh dengan Anne Boleyn sekitar tahun 1546.

Bedanya dulu gaun tersebut terbuat dari linen dan rotan namun sekarang dibuat dari kain berkawat. Hal itu membuat gaun tetap lebar namun bisa memberikan keleluasaan gerak bagi pemakainya.

Ironisnya, salah satu produk ikon Abi lain yang laku keras adalah tas mungil bernama "Boleyn Case". Tas yang mana selalu dibeli bersamaan dengan gaun Aragon. Abi merasa geli sendiri bila mengingat itu.

Geli bercampur miris sebenarnya.

Mengingat kehidupan keluarganya tidak jauh dari konflik dinasti The Tudors. Ibunya adalah Catherine of Aragon. Sementara, menurut Abi, ibunya Adam adalah Anne Boleyn.

Setan pelakor!

Semua perjalanan cinta ibu dengan ayahnya memang diceritakan dengan gamblang ke Abi. Cerita saat Tante Dian merebut ayahnya yang sudah siap menikah dengan ibu. Hanya dengan embel-embel lebih muda dan pintar.

Akhirnya ibu menyerah. Apalagi Tante Dian saat itu memang seorang artis yang sedang naik daun. Whatever lah. Abi tidak mau perduli lagi. Tapi ia sebal sendiri dengan ayahnya yang gatel. Ga nyangka pria kerempeng peot itu dulu suka mempermainkan wanita. Pikir Abi sebal.

Tapi memang itulah alasan Abi sampai sekarang tidak bisa akrab dengan Tante Dian. Selalu ada jurang. Sebaik apapun Tante Dian terhadapnya. Benaknya selalu terbayang teganya Tante Dian merebut ibunya yang hanya anak seorang penjual kue.

Namun ketidakcocokan Abi hanya terhadap si tante yang enggak cantik cantik amat itu. Abi tidak pernah punya masalah dengan yang lainnya. Terutama Dhayfa. Seorang wanita berhijab yang sangat rendah hati. Ia istri Adam. Wanita itu selalu menjadi sahabat karib di kala senang maupun susah.

"Hai Ifa!" tegur Abi sambil mencium pipi Dhayfa yang datang menyambutnya itu.

Mereka nampak berbincang. Abi memeluk erat Dhayfa sambil meneteskan air mata. Namun wanita itu nampak tegar. Ia mengusap pipi Abi sambil menatapnya penuh haru. Setelah itu ia nampak mengambil tasnya lalu menghampiri sang kakek. Kelihatannya Dhayfa sudah mau pulang.

"Kakek sayang, Sultan pamit dulu ya. Sudah harus les sore ini" ujar Dhayfa.

Si Kakek nampak tersenyum dan melepas Sultan dari pelukannya. Kemudian ia mencium pipi Dhayfa. Mata si Kakek tidak lepas kearah Sultan. Lalu ia melambaikan tangannya ketika pintu tertutup. Ia pun mengalihkan pandangannya ke arah Abi dan keluarganya.

"Hai sayang" panggil si kakek pada Andrea, anaknya Abi yang digendong Surya. Ia kemudian mencium pipi Abi dan Surya. Nampak jelas sorot kelelahan pada mata si kakek. Abi merasa kasihan. Ia mengelus pelan rambut ayahnya itu.

"Papa kenapa ga pulang? Biar Abi yang jaga Adam, Pa" ujar Abi sambil memijit tangan ayahnya.

Abi tahu tragedi penembakan itu dua hari kemarin. Ia yang baru saja sampai Turin langsung mengemas kembali kopernya untuk segera kembali ke Jakarta. Surya yang tidak pernah cocok dengan Adam ternyata sama sekali tidak membantah. Justru ia yang sibuk mengurus segala urusan pertiketan dan akomodasi.

"Gapapa, sayang. Papa sehat kok" jawab si kakek sambil tersenyum menenangkan. Abi mendesah sambil mengangkat bahu.

Papanya memang sangat menyayangi keluarga. Selalu bersedia meluangkan waktu untuk anak cucunya walau pekerjaan menggunung. Semuanya lebih mudah ketika ia memutuskan pensiun. Kadang ia muncul mendadak dirumah anak-anaknya hanya demi bertemu cucunya.

"Bagaimana proses merger?" ujar si kakek mengalihkan pandangan kearah Surya. "Prosesnya ditunda, Pa. Tapi Due Dilligence masih jalan" jawab Surya sambil menurunkan Andrea dari gendongan.

Surya kemudian menerangkan bahwa saat ini proses due dilligence sedang memeriksa serangkaian masalah tenaga kerja, properti dan perizinan. Sementara hutang perseroan serta dokumen transaksi masih ditunda mengingat Lauw Enterprise memblokir seluruh dokumennya untuk keluar.

"Siapa yang perintah untuk blokir?" tanya si kakek mengeryitkan kening.

"Robert" jawab Surya.

Si kakek nampak berpikir. Jika Robert membunuh Edward demi memuluskan merger tentunya ia tidak akan memblokir dokumen perusahaannya untuk diperiksa. Tentunya seluruh proses due dilligence akan dipercepat agar proses merger bisa cepat selesai. Kalau hanya menunda proses untuk menyelamatkan muka saja tidak salah. Tapi blokir dokumen? Ini ada yang salah. Itulah yang menjadi kebimbangan si Kakek. Ia pun melirik kearah mantunya yang sedang menjelaskan tentang detail merger.

"Saya tidak butuh itu" batin si kakek.

Intuisinya mengatakan semua ini hanya permainan belaka dengan tujuan lain yang belum diketahui. Siapa dan kenapa? Tidak ada yang bisa menjawab. Tidak Adam yang pintar. Atau Surya yang detail oriented.

Akhirnya si kakek meraih ponsel yang tergeletak dikursi sofa. Ia menghubungi sebuah nomor. Ia butuh seseorang untuk menyelidiki beberapa hal di Hong Kong. Tempat Robert dan Jaden bermukim.

"Power tends to corrupt. Absolute power corrupts absolutely"

Adagium itu diungkap Lord Acton pada suratnya ke Uskup Mandell Creighton ditahun 1887. Lord Acton menyorot para negarawan yang mempunyai kekuasaan mutlak namun enggan dikritik. Tendensi ini menunjukkan perilaku korupsi atau penyelewengan kekuasaan yang besar jika dibiarkan.

Hal yang sama juga pernah dikatakan William Pitt the Elder, mantan Perdana Menteri Inggris, yang berpidato didepan kongres UK pada tahun 1770:

"Unlimited power is apt to corrupt the minds of those who possess it"

Semua ini membuat fokus Alex tertuju pada satu orang. Ia adalah CEO. Pemegang kekuasaan terbesar di sebuah perusahaan raksasa Asia.

Robert How.