Chereads / Sang Pengacara "TRIAD" / Chapter 13 - "The Hung Society"

Chapter 13 - "The Hung Society"

Hong Kong saat ini memiliki sekitar 100 restoran kelas bintang Michelin. Namun jika harus memilih satu restoran legendaris maka Fang Fang adalah pilihan yang pertama muncul dalam kepala. Pilihan menunya sangat khas Asia dan memiliki rasa yang kaya serta orisinil.

Tempat inilah yang selalu menjadi pilihan kaum jet set untuk makan siang. Tidak terkecuali Vivian Wong. Sosialita asal Jakarta yang malang melintang di Singapura dan Hong Kong. Menghabiskan uang milyaran untuk kesenangan tiada batas. Ia pun terlihat memasuki restoran itu beberapa menit yang lalu.

Vivian dipilih Sulaiman menjadi target pertama penyelidikan karena sering terlihat bersama Jaden Kuok dan Robert How di acara para sosialita. Vivian bisa menjadi pintu gerbang untuk menyelidiki mereka. Mustahil menembus barikade pengawalan para bodyguard kedua pria biliuner itu.

Hanya Vivian yang bisa leluasa dekat. Lagipula ia memang terkenal dekat dengan keluarga Lauw. Malah dari rumor yang beredar, Vivian menyerahkan anaknya untuk diadopsi oleh biliuner Edward Lauw yang gay. Hal ini membuat profil Vivian menjadi sangat menarik dan relevan untuk diselidiki lebih lanjut.

Kabar burung tentang Angel ini selalu dibantah oleh Vivian. Namun media gosip tidak langsung percaya. Mereka beramai-ramai melakukan investigasi yang justru menemukan fakta lain yang mencengangkan.

Vivian adalah istri simpanan seorang bos Triad yang terkenal sadis, James Gwan.

Sulaiman tentu tidak percaya begitu saja. Ia dulu pernah ditugaskan di OCTB (Organized Crime and Triads Bureau) saat masih di kepolisian. Itu adalah sebuah Satgas Kepolisian Hongkong spesialis pemburu Triad.

Keberhasilan terbesarnya dahulu adalah menangkap penyelundupan ikan Napoleon alias Humphead Wrasse. Ikan asal Filipina dan Indonesia ini tidak boleh diperjualbelikan karena termasuk ikan langka yang dilindungi dalam konvensi internasional CITES Appendix II. Tapi Triad sering memperjualbelikannya dengan cara lelang di Pasar Sai Kung.

Salah satu petinggi Triad yang ditangkap dan diperiksa saat itu adalah James Gwan. Ia adalah suami yang sangat setia pada istrinya, Kate Lam.

Kate sendiri adalah seorang istri yang kebetulan juga merupakan putri kesayangan Timothy Lam. Seorang grand master Triad dari klan Glory Four Seas. Alias bos besarnya James. Artinya? Jelas bunuh diri jika James memiliki istri simpanan.

"Lobby LKF Tower. 55 D'Aguilar Street"

Sulaiman mengirim laporan pesan bergambar Menara LFK itu kepada Clara. Ia sedang menanti sosok Vivian yang sedang makan siang di Fang Fang lantai 8 menara itu.

Sambil menunggu benaknya kembali kepada Triad. Sebuah organisasi kuno yang terbentuk sejak tahun 1760.

The Hung Society.

Triad dulu bernama "Tian Di Hui" atau langit, bumi dan manusia. Mereka awalnya adalah organisasi massa yang bertujuan untuk menggulingkan kekaisaran Manchu era Dinasti Qing. Setelah itu mereka terpecah dan banyak memiliki cabang seperti Lotus Family, Blue Orchid, 888B, Glory Four Seas, Red Dragon, Shanghai Star dan lainnya.

Banyaknya cabang membuat Triad sempat jatuh. Lahan bisnis mereka menjadi tidak terkordinir karena terlalu banyak pemimpin dan pemain tunggal. Mereka juga saling menghancurkan. Seakan lupa dengan 36 sumpah setia yang pernah mereka ucapkan dan junjung tinggi.

Kondisi ini membuat narkotika, ladang emas mereka, sempat disikat kartel asal Mexico pimpinan Javier Riquelme. Mereka bahkan sanggup menguasai Golden Triangle. Sebuah wilayah segitiga emas seluas 950 ribu km2 antara Myanmar, Laos dan Thailand yang menghasilkan heroin di kawasan Asia. Javier pun membunuh banyak pemimpin Triad yang terpecah belah. Kemudian menyatukan berbagai klan dalam satu komando dibawah kartel miliknya.

Prostitusi juga tenggelam. Namun karena tehnologi. Kaum wanita lebih memilih menjadi freelancer dengan menggunakan media sosial untuk menjajakan diri. Mereka tidak perlu lagi membayar setoran ke germo atau pemilik hotel. Lagipula mereka sudah muak dengan sistem Shi Gong ala Triad dimana sistem ini membolehkan anggota Triad untuk menguji calon pelacur sebelum dijadikan dagangannya.

Penyelundupan, pemerasan, pemalsuan sampai perdagangan gelap lainnya ikut tergerus dengan makin piawainya kepolisian Hong Kong dalam mengantisipasi kejahatan. Majunya perekonomian negara itu juga membuat banyak orang tidak dapat direkrut Triad. Akhirnya mereka pun kekurangan pekerja.

Kembali ke asal.

Itulah yang harus mereka lakukan. Akhirnya 10 tahun yang lalu mereka berinisiatif melakukan ritual kuno. Merefleksikan yang sudah mereka lakukan dan saling introspeksi. Semua diwajibkan untuk mengesampingkan ego demi kejayaan organisasi yang juga keluarga besar bagi mereka.

Hasilnya?

Sekarang Triad menjadi seperti negara dalam dongeng. Invisible state. Tidak terlihat namun orang tahu mereka punya penduduk dan pemerintahan sendiri. Para klan Triad tetap berdiri sendiri namun selalu tunduk pada keputusan tertinggi dibawah dewan pemimpin. Persis seperti PBB yang mengorganisir perdamaian dunia.

Mereka bahkan memiliki satelit yang menjadi pusat kontrol mereka. Satelit mereka mengelilingi bumi untuk mengatur semua urusan berjalan dalam satu komando. Akhirnya mereka kembali menguasai Asia. Bahkan dunia.

Seluruh data ponsel disadap sehingga prostistusi bisa dikordinir. Penjualan senjata maupun barang ilegal lainnya meningkat tajam karena tidak ada yang dapat mengawasi dark web. Penjualan narkoba juga tidak perlu dilakukan dijalan seperti dulu. Delivery cukup lewat drone ditempat yang sudah disetujui. Polisi terpaksa bekerja keras karena pergerakkannya selalu terpantau.

Semuanya serba canggih. Hebatnya, tidak ada yang tahu siapa pemimpin Triad sebenarnya. Gosip hanya bisa menunjukkan para menterinya belaka. Namun tidak pemimpinnya. Semua dijalankan dengan rantai komando namun selalu terputus jika diurut keatas. Misteri adalah senjata mereka.

The United Triads

Tiba-tiba mata Sulaiman menyipit melihat sosok berbaju putih yang berjalan tidak jauh didepan. Ia nampak anggun mengenakan baju terusan berwarna putih. Umurnya yang hampir 60 tahun benar-benar tidak nampak karena kemajuan tehnologi. Pahanya yang panjang dan putih nampak terlihat mulus tertimpa matahari siang yang cerah. Wajahnya masih mulus dan kencang. Zaman ini banyak orang yang bisa membeli kecantikan dan kesehatan sehingga umur menjadi lebih panjang. Tapi itu untuk orang kaya.

Seperti Vivian ini...

Pikir Sulaiman melihat Vivian yang keluar menuju lobby dan memasuki sebuah taksi. Sulaiman membuntutinya. Ia segera masuk ke sebuah taksi dan menyuruh supir untuk mengikuti mobil didepannya. Taksi Vivian terlihat menyusuri Wyndham Street. Lalu berbelok melewati Restoran Pizza dan memasuki Lower Albert Road.

"Mau kemana dia?" pikir Sulaiman.

"Ling Gallery?" tebak Sulaiman. Sosialita Indonesia memang banyak yang mengunjungi gallery perhiasan paling terkenal di Hong Kong itu.

Ternyata tidak. Vivian ternyata terus menelusuri jalan sampai Ice House Street yang cukup jauh dari LKF Tower. Dan sekarang malah menuju Queens Road Central. Sulaiman terus memotret. Semua ini akan dijadikan bukti laporan untuk kliennya.

Akhirnya taksi Vivian berhenti disebuah bangunan private club yang terletak di Des Voeux Road. Sulaiman berhenti agak jauh. Setelah membayar taksi ia berjalan mendekati tempat itu. Ia mengitari bagian belakang bangunan itu dan mencari pintu masuk.

Sayang semua pintu terkunci. Namun dilihatnya sebuah tangga yang mengular kelantai atas. Perlahan ia naik dan berhenti disebuah tembok berpintu yang tidak terkunci. Ia membukanya perlahan. Ternyata tempat beristirahat para karyawan klub itu. Terlihat beberapa pekerja yang sedang mengobrol sambil merokok. Mereka tidak memperdulikan ketika Sulaiman berjalan melewati mereka. Sulaiman pun dengan leluasa mengambil seragam kerja yang tergantung dan menuruni tangga kebawah.

Vivian nampak berada disisi kanan lantai restoran itu. Ia terlihat sedang bercengkerama dengan dua orang pemuda. Tangan mereka terlihat menggerayangi tubuh Vivian. Sulaiman risih melihatnya. Namun ia mahfum ketika menebar pandangan kesekelilingnya. Tempat ini ternyata perkumpulan para jet set senior yang mencari kehangatan daun muda.

Sulaiman memperhatikan secara seksama posisi Vivian dan para tamunya. Ia menunggu waktu yang tepat. Sulaiman punya rencana. Ia pun mengeluarkan sebuah ponsel dari kantung celananya. Ponsel yang sama persis seperti milik Vivian. Perlahan ia melepaskan seragam kerjanya dan berlagak seperti tamu yang mabuk. Kemudian ia berjalan mendekati meja itu. Hanya ada satu kesempatan yang harus dimanfaatkan.

Dari jarak semeter Sulaiman dapat mendengar suara Vivian yang mengobrol dengan kedua pemuda itu. Mereka nampak saling tertawa. Rambut Vivian dibelai secara bergantian. Mereka nampak mesra.

Sulaiman semakin mendekat. Kemudian sengaja terpeleset didekat Vivian. Dengan gerakan kilat ia menukar ponselnya dengan milik Vivian yang tergeletak di meja. Sulaiman segera berdiri kemudian berlalu. Tidak lupa meminta maaf atas keteledorannya.

Tidak ada yang memperdulikannya.