Dibuka sejak tahun 1928, The Peninsula memang salah satu pelopor hotel mewah dikawasan Asia. Nuansa klasik dengan ornamen fresco dengan struktur plafon yang tinggi merupakan ciri khas hotel itu. Keindahan makin terasa ketika pemandangan kamar langsung disuguhi pelabuhan Victoria yang menakjubkan.
Namun bukan itu yang membuat Sulaiman menyewa kamar hotel ini. Kebetulan malam ini akan dilakukan ritual Triad. Vivian akan datang. Dan Sulaiman harus mengintainya.
Ruangan yang digunakan untuk ritual nanti memiliki luas 377 m2. The Peninsula Suite. Sangat mewah. Namun sayangnya kemewahan itu menjadikan ritual tidak seindah dan semistis dahulu. Sekarang anggota baru hanya diwajibkan membayar uang iuran kepada master. Setelah itu membaca 36 butir sumpah. Kemudian resmilah ia menjadi anggota Triad. Selanjutnya pesta perayaan. Benar-benar tidak sakral.
Sulaiman melirik jamnya. Masih ada dua jam lagi sebelum ritual itu dilaksanakan. Masih ada waktu untuk makan malam. Sulaiman pun memilih restoran yang ada dihotel itu. Cukup membingungkan karena beberapa restoran dihotel kelas atas itu sangat menggiurkan. Pikiran Sulaiman pun melayang.
THE GADDI'S
Disini para pengunjung dapat melihat aksi chef beraksi didapur. Tapi rasanya Sulaiman tidak berselera untuk makan hidangan Perancis malam ini. Begitu juga dengan Chesa yang spesialis keju Swiss atau Imasa yang khas Jepang.
SPRING MOON
Menyajikan makanan khas Canton. Kelas bintang Michelin. Tapi hari ini terlalu penuh dengan antrian orang yang mengular sampai keluar pintu.
THE VERANDAH
Penuh wanita cantik. Menarik sekali. Tapi Felix Bar berada dilantai 28. Dekat dengan Peninsula Suite dilantai 26. Sulaiman pun langsung menuju restoran rooftop itu.
Ritual itu sendiri akan dilaksanakan pukul 21.21. Dua puluh menit dari sekarang. Namun sampai saat ini Vivian belum bisa mengakses ponselnya yang mati mendadak. Ia butuh undangan ritual yang dikirimkan khusus kepadanya. Tanpa undangan itu tentunya ia tidak dapat masuk.
Vivian sudah ke counter khusus ponselnya. Namun butuh waktu untuk mengembalikan seluruh data yang hilang. Begitu kata petugas counter. Apalagi aplikasi khusus seperti "UT21" yang membutuhkan pengunduhan ulang. Memang semuanya lebih teratur saat ini. Walau menyisakan kerumitan bagi yang tidak mengerti tehnologi seperti Vivian.
Sejak unifikasi klan Triad beberapa tahun yang lalu, semua anggota diwajibkan untuk memiliki aplikasi khusus bernama "UT21". Aplikasi ini merupakan salah satu perwujudan dark web yang tidak bisa diakses semua orang. Tidak bisa disadap dan yang merupakan sumber informasi para anggota dalam menjalankan pekerjaannya.
Sayangnya aplikasi ini tidak mudah diunduh ulang. Membutuhkan waktu untuk memverifikasi identitas sampai akhirnya disetujui oleh administrator. Sangat menyulitkan padahal Vivian sudah harus masuk kedalam ruangan ritual itu.
************************
Sulaiman memiliki berbagai macam alat pengintai. Mulai dari ballpoint, kacamata, ponsel sampai dengan chip dan drone. Ia tinggal memilih alat sesuai dengan situasi yang dihadapinya. Dan kemarin ia cukup beruntung. Ponsel Vivian sama persis dengan ponselnya yang sudah dilengkapi alat pengintai. Apalagi ponsel Vivian tidak dipasang stiker atau case yang spesifik. Vivian tidak akan curiga walau ponselnya tertukar.
21.08.
Sulaiman menatap jam dilayar ponsel milik Vivian itu. Tidak terlalu banyak informasi yang ia peroleh. Kecuali undangan ritual malam ini. Unik. Dan sangat Triad.
"Mengundang 21 tamu. Dimulai pukul 21.21. Dihadiri grand master yang merepresentasikan angka 21. Dari perkumpulan Tian Di Hui yang mendewakan angka 21"
Angka 21 memang selalu diasosiasikan dengan Triad. San Chu alias grand master memiliki kode 489 yang bila dijumlahkan (4+8+9) adalah 21. Melambangkan segitiga alias trinity yang agung berupa langit, bumi, dan manusia. The Triple Union Society.
21 => 2 + 1 = 3
Sulaiman berusaha mengumpulkan kembali fokusnya. Ia menarik napas. Sudah waktunya masuk ke ruangan ritual itu. Kemudian Sulaiman berjalan mendekati penjaga pintu. Ia mengeluarkan ponselnya sambil menunjukkan undangan ritual.
Penjaga itu nampak mengerenyitkan keningnya. Ia menunjukkan ponsel itu kepada teman sesama penjaga. Mereka memperhatikan Sulaiman dari atas sampai bawah dengan tatapan curiga. Sulaiman menahan napas. Tapi ia tetap menatap wajah kedua penjaga itu dengan angkuh. Akhirnya karena antrian yang cukup mengular, kedua penjaga itu pun terpaksa mempersilahkan Sulaiman untuk masuk. Sulaiman pun mendesah lega. Ia masuk dengan segera. Tiba-tiba matanya menyipit. Suasananya tidak seperti yang ia kira.
Ternyata tidak ada kemewahan. Hanya ada keheningan dalam doa dan syair yang terdengar sayup memuja Guan Yu. Lalu dilihatnya sebuah altar pemujaan didepan ruangan. Nampak seorang wanita yang duduk dikursi roda yang memakai pakaian serba putih. Kepalanya terlihat ikatan berwarna merah dengan bentuk segitiga meruncing keatas. Rupanya wanita itu seorang master of ceremony alias Heung Chu yang direpresentasikan dengan angka 438. Posisinya persis dibawah grand master.
"Bradley Chan" panggil wanita itu sambil membaca sebuah kertas berwarna merah.
Seorang anak muda berdiri dan melepas alas kakinya. Ia lalu berjalan kedepan. Namun langkahnya terhenti ketika dua orang pria menyilangkan pedang diatas kepalanya. Itu adalah lambang gerbang ujian sebelum menjadi anggota. Ada tiga gerbang yang melambangkan ujian. Tiap gerbang tertulis pedoman yang wajib diingat oleh setiap calon anggota.
Gerbang pertama:
"Jangan pernah masuki pintu ini jika kamu tidak setia"
Gerbang kedua:
"Sebelum gerbang Kesetiaan dan Kebenaran maka seluruh manusia adalah sama"
Gerbang ketiga:
"Melalui lingkaran Surga dan Dunia maka lahirlah para pahlawan Hung"
Rangkaian prosesi berjalan senyap dan khidmat. Semua orang memperhatikan dengan seksama. Sulaiman pun diam-diam mengambil kesempatan itu untuk mengambil beberapa foto. Ia hanya punya waktu sebentar sebelum para penjaga sadar bahwa ia bukan tamu yang diundang. Sementara itu diluar nampak Vivian marah besar pada penjaga pintu yang melarangnya masuk.
"It's already twenty one members inside, mam"
"I don't care! Don't you know who I am???" bentak Vivian.
Sejujurnya mereka tidak mengenal Vivian. Wanita itu memang anggota klan ini. Petinggi pula. Namun mereka hanya tahu nama karena bentuk wajah wanita ini sangat populer. Semuanya sama. Maklumlah, operasi plastik membuat wajah menjadi mirip semua saat ini.
Para penjaga itu pun saling bertatapan. Mereka tentunya tidak bisa memberikan akses masuk kepada wanita didepannya ini. Jumlah tamu sudah mencapai kuota.
Kecuali ada penyusup...
Mereka saling berpandangan dengan paras pucat pasi. Mereka segera menghambur kedalam ruangan. Mereka ingat dengan sosok wanita yang tadi mengaku Vivian Wong. Mereka pun menyisir ruangan itu.
Sementara itu suasana ruangan masih khidmat. Bradley Chan sedang membaca 36 sumpah setia dari sebuah kertas yang dilumuri darah hewan kurban. Kertas itu lalu dibakar dan dicelupkan ke dalam secangkir wine. Bradley pun meneguknya. Setelah itu nampak sejumlah pedang diangkat tinggi-tinggi ke udara. Menandakan prosesi ritual pengangkatan anggota baru telah usai.
Bradley Chan akhirnya resmi menyandang nomor 49.
4 x 9 = 36
Alias jumlah sumpah Triad.
Tepuk tangan pun membahana. Para tamu memeluk dan memberi selamat kepada Bradley. Kedua orang tuanya nampak tertawa bahagia.
Sementara itu para penjaga hanya menemukan wig, syal, kacamata serta long dress merah dikamar mandi. Ditinggal begitu saja diatas lantai marmer itu.
Dipojok ruang, nampak sebuah patung pahatan karya seniman Tiongkok, Sun Yi, terlihat seperti tersenyum mengolok kedua penjaga itu.
Mereka pun terduduk lemas.