Chereads / Sang Pengacara "TRIAD" / Chapter 17 - "Heung Chu"

Chapter 17 - "Heung Chu"

Alex kaget bukan kepalang.

Berulang kali dilihatnya beberapa foto yang dikirimkan Sulaiman itu. Dilihatnya dari berbagai sisi. Diperbesarnya objek foto itu berulang kali. Ia masih saja tidak percaya.

"Tidak mungkin..." gumam Alex dengan mulut terbuka lebar. Ia benar-benar terhenyak.

Sosok wanita didepan altar berpakaian serba putih itu sangat familiar. Namun sosok wanita petinggi Triad itu sama sekali tidak disangkanya. Bola mata Alex kembali menyipit memperhatikan sosok itu.

"Angel?" batinnya.

Alex tidak merasa aneh ketika melihat foto Vivian Wong dalam ritual itu. Ang Bun sudah menginformasikannya beberapa hari yang lalu. Vivian adalah Triad.

Tapi tidak dengan Angel.

Padahal posisi Angel sebagai Heung Chu itu sudah sangat tinggi. Hanya selevel dibawah grand master. Mustahil jika Ang Bun tidak mengetahui ini. Angel adalah master ceremony dari setiap ritual Triad.

Alex ingin meminta konfirmasi Ang Bun. Namun foto ini sangat sensitif dan tidak boleh tersebar kemanapun. Akhirnya Alex mengeluarkan ponselnya. Ia mengirim pesan kepada Ang Bun. Meminta waktu untuk bertemu dengannya. Kemudian pikirannya mengembara.

Angelica Wong.

Alias Angel Lauw sejak ia diadopsi Edward. Ia terakhir ditemui Alex sekitar 5 tahun yang lalu saat ia menikah dengan Robert. Acara resepsinya diadakan di Graha Pondok Indah. Ia cantik bagai bidadari hari itu. Nampak terbang dengan gaunnya yang berwarna putih gading.

Saat itu pula status Angel yang diadopsi Edward dari Alex diketahui sang istri. Semuanya diceritakan Vivian. Ia bercerita tentang kejadian di Hotel Lauw berpuluh tahun itu dengan lengkap. Setiap detail. Semua. Ia memang mabuk berat saat itu. Dan ternyata ingatannya sangat tajam. Salut.

Nevermind. Sudah berlalu.

Saat ini setahu Alex, Angel aktif sebagai design interior untuk seluruh proyek property Edward. Ia masuk review beberapa majalah property top di Asia. Namun yang paling diingat Alex adalah saat Angel memukuli seorang wartawan yang tanpa sengaja memotret anaknya Justine. Ia nampaknya memiliki masalah dengan emosinya yang tidak terkendali.

Hanya itu yang Alex tahu. Selebihnya benar-benar gelap. Alex memang tidak dekat dengan Angel. Ia juga tidak mengerti mengapa tidak merasa sedikitpun ada chemistry dengan putrinya itu. Tapi toh Alex selalu menyempatkan dirinya menanyakan Angel ke Edward. Melalui Edward-lah Alex tahu perkembangan putrinya itu dari kecil sampai sekarang.

Tapi tidak dengan keterlibatannya dengan Triad.

Apalagi sampai menjadi Heung Chu. Itu jabatan tinggi yang tidak bisa semudah itu didapatkan seseorang. Perlu waktu, perjuangan, pengorbanan dan dedikasi tinggi untuk mendapatkan kepercayaan itu.

Edward tidak mengatakan apapun. Begitu pun Ang Bun yang tidak memberikan informasi apapun. Padahal United Triads memiliki informasi lengkap para anggotanya. Kecuali Angel tidak tergabung di klan yang sama. Pikir Alex kembali.

TING!

Alex segera melihat ponselnya. Ternyata Ang Bun bisa bertemu dirinya. Tapi harus di Hong Kong karena kesibukannya yang tidak bisa ditinggal. Alex nampak mempertimbangkan beberapa hal. Bola matanya berputar. Ia punya beberapa janji dengan kliennya yang lain. Tapi permasalahan ini sangat urgent dan harus dibicarakan empat mata.

Setelah mempertimbangkan beberapa hal akhirnya ia memperhatikan kembali layar ponselnya. Kemudian ia menyatakan kesanggupannya. Besok siang ia akan menemui Ang Bun. Sekalian Sulaiman Chow. Batin alex.

"Putar arah. Kita ke Bandara sekarang" ujar Alex kepada Pak Abdul.

Kemudian ia menghubungi sekretarisnya untuk mengatur keberangkatannya ke Hong Kong. Ia juga mengabari istrinya kalau hari ini ia tidak pulang.

Alex lalu menyandarkan punggungnya. Ia menarik napas panjang. Pertemuan dengan Ang Bun akan membicarakan banyak hal. Bukan hanya Angel dan Vivian. Tapi juga kemungkinan keterlibatan Jaden dalam kematian Edward.

Beberapa jam yang lalu Alex sudah bertemu dengan Maleek, ayah Dhayfa. Pria Syria itu mengenal baik Abu Daud yang dulu pernah bekerjasama dengan dirinya.

Menurut Maleek, Abu Daud memang menyayangkan ketika Edward mengambil alih tankernya tanpa putusan pengadilan. Namun sebenarnya tanker itu milik perusahaan Jaden yang dioperasikan memakai nama Abu Daud yang dipinjam namanya alias nominee belaka.

"Tanker tersebut juga sebenarnya harus diserahkan kepada perusahaan Edward untuk pelunasan utang mereka" ujar Maleek. "Tapi Jaden sepertinya berusaha untuk mengulur waktu agar pelunasan hutangnya bisa melebur karena merger" lanjut Maleek.

"Fraud" ujar Alex menanggapi penjelasan Maleek.

"Pastinya..." balas Maleek singkat sambil mencari sesuatu di tasnya.

"You need to read this..." lanjut Maleek sambil memberikan copy gugatan Kuok Industries.

Gugatan itu berisi permintaan perusahaan Jaden yang hendak membatalkan perjanjiannya dengan Lauw Enterprise. Alasannya karena perjanjian berat sebelah. Alex hanya membacanya sekilas lalu mengembalikan copy itu kepada Maleek.

"Saya sudah tahu, Pak. Ini ada dalam dokumentasi merger kita" jawab Alex sambil menghela napas berat.

"Hukum memang sering disalahgunakan oknum untuk kepentingan pribadi" lanjutnya.

"Bagi oknum yang ingin mengulur waktu pembayaran utang biasanya akan menggugat. Intinya agar mereka bisa buying time"

"Semua ini legal, Pak. Repotnya disitu. Tidak terlihat lagi yang benar dan yang salah"

Maleek mengangguk. Pikirannya kembali mengembara. Mengingat semua kenangan Aleppo yang hancur karena perang. Lalu ia mendesah pelan.

"War was legal. Slavery was legal. Never use legality as a guide to morality"

Alex setuju dengan Maleek. Frasa yang pas untuk menggambarkan kondisi hukum dan masyarakat selama ini.

Ugly truth. Batin Alex masygul.

Namun diskusi dengan Maleek hari ini membuka sebuah fakta baru. Hubungan Angel dan Jaden ini bisa jadi rangkaian motif yang menentukan. Bukan tidak mungkin mereka bekerja sama. Mungkin pembunuhan Edward. Bisa juga akal bulus merger untuk menghapus utang. Inilah yang harus dibicarakan dengan Ang Bun.

"Tapi Angel???" batin Alex masih tetap tidak percaya.

************************

Vivian nampaknya tidak menyadari ponselnya tertukar. Ia mungkin berpikir ponselnya mengalami reboot semata. Mungkin karena terlalu banyak aplikasi. Hal ini tentu menguntungkan Sulaiman yang leluasa memantau Vivian. Termasuk saat ia menemui Robert How dan Jaden Kuok tadi pagi. Tidak ada yang baru. Sulaiman pun sudah menginformasikan semua ke kliennya.

Vivian adalah anggota Triad. Robert dan Jaden adalah pasangan kekasih. Dan mereka sering berdiskusi tentang merger perusahaan.

Tapi Sulaiman tidak menemukan indikasi bahwa mereka melakukan persekongkolan untuk membunuh Edward. Semua yang mereka lakukan adalah sah serta legal. Sulaiman pun sudah mempersiapkan laporan akhir untuk kliennya. Ia puas akan hasil kerjanya. Semuanya lancar sesuai yang diinginkan.

Ia tidak tahu...

Seluruh komunikasinya dengan mudah tersadap oleh UT21. Darimana lagi kalau bukan ponsel Vivian yang dicurinya. Akhirnya seluruh komunikasi dan langkahnya mudah diantisipasi. Termasuk kedatangan Alex ke Hong Kong.

"Alex Prasasti tiba jam 00.05. Jemput dan tahan" terdengar suara diujung sana.

"Lalu habisi Sulaiman Chow" ujarnya kembali.

Cimenk menyanggupinya. Kemudian ia membuka laptop untuk memeriksa saldo rekeningnya.

Ia kembali tersenyum puas.