Chereads / Sang Pengacara "TRIAD" / Chapter 20 - "The Mafia"

Chapter 20 - "The Mafia"

"Hey man" tegur Maleek begitu nada ponselnya tersambung. Tidak ada respon.

Namun sambungan telepon itu tidak diputus. Dengan sabar Maleek menunggu. Sepuluh detik berlalu penuh keheningan. Akhirnya...

"Yep" jawab seorang pria diujung sana sekenanya setelah sekian lama terdiam.

"ASSHOLE!!!" timpal seseorang dibelakang pria itu.

Kemungkinan Ismael. Suaranya terdengar cukup jelas karena menggunakan speaker phone. Maleek menahan senyum. Namun ia tidak menanggapinya.

"I need your help" sambung Maleek kemudian.

"After all you've done to us?!" ujar seorang pria diujung sana dengan nada agak keras.

Mungkin Enver. Atau Bogdan. Entahlah. Pastinya bukan Dukagjin yang tidak pernah mengeluarkan sepatah katapun selama ini.

"I said I'm sorry..." kata Maleek pendek. Tidak terdengar jawaban. "Guys..." ujar Maleek.

"No!" ujar pria itu singkat dan hendak menutup telepon.

"The Triad will pay you big" jawab Maleek cepat.

Diam cukup lama.

"Ardjan?" panggil Maleek. Tidak ada respon. Namun Maleek masih menunggu. Ia yakin mereka akan membantu.

"I'm listening..." jawab Ardjan dingin.

Maleek kemudian menjelaskan bahwa ia diinformasikan jika Alex menghilang bagai ditelan bumi di Hong Kong. Ia tidak muncul saat hendak bertemu salah satu petinggi Triad yang bernama Ang Bun. Prediksi Maleek, Alex disandera karena mengetahui informasi super penting tentang pembunuhan Edward Lauw, seorang taipan yang dilindungi Triad.

"Why don't they free him by themselves?" tanya Ardjan disisi sana.

"The Triads have an agreement that forbid a raid without a clear cause" terang Maleek. Ang Bun needs us to find the cause. His team will help us to free the hostage once they got proof" jelas Maleek.

Ardjan kembali diam.

"Why not police?" tanya Ardjan setelah beberapa lama.

"Might already been on the kidnapper's side" jawab Maleek. Ardjan terdiam diujung sana.

"So what's the plan?" ujarnya kemudian.

Maleek menarik napas dalam. Pikirannya melayang ke ide yang sudah dikemasnya seharian ini. Ide yang berasal ketika ia dan keluarganya membebaskan sepupu mereka yang ditahan tentara FSA.

Ang Bun saat ini akan mencari informasi keberadaan Alex dengan melacak nomor ponselnya. Itu perkara gampang. Setelah lokasi diketahui maka tim akan mencari keberadaan Alex kemudian mengevakuasinya dengan bantuan tim Ang Bun. Itu masih gampang.

Mungkin akan terjadi aksi kekerasan karena dua gangsters akan beradu. Tapi ini masih normal. Tim sudah terlatih. Namun masalah bisa runyam ketika penyekapan dilakukan ditempat umum alias hotel. Ini tidak gampang. Akan banyak korban jika terjadi pertempuran didalam hotel. Saat itulah ide Maleek akan digunakan.

Bermain drama.

"If that Argo's ideas costed us, I will kill you with my bare hands" seloroh Ismael kesal terdengar diujung sana.

"What Argo movie?" ujar Maleek berlagak bodoh.

"Who said movie?" jawab Ismael cepat diujung sana.

Dulu sepupu Maleek, Kareem, ditahan tentara FSA karena dianggap membela Presiden Bashar Al-Assad. Akhirnya keluarga Maleek sepakat untuk bermain drama sebagai Palang Merah untuk mengevakuasi Kareem.

Sayang tidak ada tentara yang percaya. Mereka malah sibuk menggoda Manar, kakaknya Kareem, yang memang jelita. Mereka sibuk mem-bully Maleek yang berusaha menyakinkan mereka bahwa dirinya dari Palang Merah.

Namun tiba-tiba terlihat Kareem lari keluar. Ia berhasil dibebaskan Jamal yang menyelinap masuk kerumah itu memanfaatkan kelengahan para tentara. Keberhasilan ini membuat Maleek yakin idenya bisa digunakan.

"I'm out!"jerit seseorang dengan nada kesal.

"I can't! I'm out!

"Tupoy celavek!" terdengar suara Ismael diujung sana.

Pria berusia 75 tahunan itu terdengar mengumpat tidak keruan. Sementara Ardjan hanya menarik napas panjang. Ia mengetuk-ngetuk jari ke meja. Maleek menunggu. Ia tahu idenya konyol. Tapi ia tidak punya ide lain.

"We're going old school. Like we always do" suara Ardjan terdengar berat.

"Your idea might not bad. We could consider soon we know the location"

"Ok!" jawab Maleek tersenyum lebar merasa menang atas Ismael.

"I need night visions, AK-47, Benelli, FN, Magnum and Remington" lanjut Ardjan kemudian.

"It's not a bloody war for the love of God!" pekik Maleek tiba-tiba.

"Take it or leave it" gumam Ardjan.

Hening cukup lama.

"...and where the hell should I find those stupid ass weapons?!" desah Maleek lelah.

"Your problem. Not mine" pungkas Ardjan sambil menutup telepon.

************************

Maleek sudah meninggalkan dunia hitam sejak tiga puluh tahun yang lalu. Ia mengatakan kepada Ardjan bahwa ia akan berhenti setelah kelima penyelundupan narkotika ke Jakarta itu selesai. Ia ingin memulai hidup baru ditempat yang baru.

Tentu Ardjan keberatan dan menahan Fatima serta Dhayfa di Gjirokastër. Namun semua itu selesai dengan mudah ketika kepala Ardjan dan Enver dihajar opinga berkali-kali oleh Oli. Ibu mereka.

Maleek bersyukur. Kepindahan keluarganya ke Indonesia sangat terbantu oleh Abu Daud. Mereka ditempatkan di Pamulang Barat Tangsel. Mereka memulai hidup baru disana. Dari menjual sate domba sampai menjadi guru bahasa Inggris diberbagai tempat kursus. Maleek pun akhirnya bisa menjadi dosen bahasa dibeberapa Universitas dekat Pamulang.

Walau demikian, Maleek tetap menjaga hubungan dengan Ardjan cs. Mereka pun terlihat senang akan kehidupan Maleek yang baru. Mereka bahkan hadir dalam pernikahan putrinya Maleek. Dhayfa. Saat itulah mereka berkenalan dengan Alex, besannya maleek.

Beberapa tahun yang lalu Alex sempat meminta bantuan Ardjan cs untuk menyelamatkan kliennya yang disandera oleh mafia asing. Saat itu Maleek ikut dalam misi mereka karena jiwa petualangannya yang besar.

Satu keunikan Maleek adalah tidak pernah mengumpat. Sepelik apapun itu masalahnya. Seberat apapun perjuangannya. Ia memang tidak pernah memaki.

Menjaga martabat dirinya dan keluarga. Begitu alasannya.

Itu prinsip hidup yang dipegang teguh oleh Maleek sampai saat ini. Makian terakhirnya pun terjadi lima tahun yang lalu. Pertama saat penisnya ditendang Ismael yang tertembak oleh Maleek sendiri. Saat itu Maleek membantu Alex dan Ardjan cs menyelamatkan klien Alex yang diculik mafia 'Ndrangheta di Reggio Calabria selatan Italia.

Nahas bagi Ismael. Ia tertangkap digudang tempatnya bekerja memantau satelit dan hanya ada Maleek disitu. Sementara temannya yang lain sedang mencari Surjadi. Apesnya, saat itu Maleek hanya punya satu kesempatan menyelamatkan Ismael. Dia harus menembak penyandera Ismael yang mengalungi golok dileher Ismael. Telat sedikit maka leher Ismael akan putus. Lagipula, Ismael sendiri yang memaksa Maleek untuk menembak. Tentu Maleek tidak punya pilihan.

"SHOOT HIM!!!" teriak Ismael dengan wajah penuh kepanikan.

"SHOOOTTT HIMMMM!!!!!!"

DORRRRRRRRRR!!!!!!!!!

Ismael merosot jatuh ketanah. Muka paniknya berganti dengan penuh kemarahan. Kaki kirinya justru tertembak peluru Maleek.

DORRRRRRRRRR!!!!!!!!!!

Tembakan kedua terdengar diletuskan Maleek. Kali ini Maleek beruntung. Pelurunya tepat menembus dada si penjahat. Maleek segera berlari menyelamatkan Ismael yang mengerang kesakitan. Namun saat mendekati Ismael tiba-tiba kaki kanan pria itu menghantam selangkangan Maleek yang terbuka lebar. Maleek sontak rubuh ke tanah.

"Bangsaaattt!!!!!" jeritnya serasa mau mati.

Sayangnya akhir dari kerjasama mereka saat itu tidak berakhir mulus. Korban luka dari pihak Ardjan cukup banyak. Hal ini tidak perlu terjadi kalau saja Maleek tidak ceroboh. Ia jatuh berdebam saat mereka mengintai. Sontak persembunyian mereka diketahui para penculik. Apalagi Maleek tidak sengaja meletuskan senjata saat ia terjatuh.

"I'm an English teacher for fuck sake!!!!"

Itu makian keduanya dalam lima tahun terakhir.