Pesawat Cathay Pacific CX 759 itu mendarat tepat pukul 14:10.
Nampak seorang pria Arab berjalan turun di gate 64 yang terletak di ujung barat laut. Setelah dari imigrasi kemudian ia berjalan menuju ruang kedatangan B di Terminal 1. Para penjemput nampak berbaris rapi dengan troli dan kertas bertulis nama orang yang akan dijemput.
Namun tidak ada yang dicari pria itu.
Ia memutar kepala menebar pandangan. Lalu didepan sebuah replika pesawat yang bernama Spirit of Sha Tin terlihat gerombolan orang yang dikenalnya. Anehnya ia merasa rindu. Lalu dengan langkah agak berjingkrak ia menghampiri mereka. Ia pun melambaikan tangannya. Namun seperti biasa para pria itu menanggapinya dengan dingin.
"Guys!!!!" sapa pria Arab itu dengan gembira.
Kelima pria itu mengangguk. Lalu menyalaminya. Tidak ada sambutan meriah. Namun Maleek mahfum. Pria-pria didepannya itu berasal dari Eropa Timur. Pelit senyum dan dingin. Bahkan ada peribahasa mereka yang sangat terkenal.
"Smiling with no reason is a sign of stupidity"
Jangankan tersenyum. Seorang pria kecil berumur 70 tahunan itu malah membuang muka. Maleek tergelitik untuk menggodanya.
"Hey sugar..." ujar pria Arab itu menjawil pipi pria itu.
"Get off my face!" sergah pria kecil itu sambil membuang mukanya lebih jauh lagi.
"Leave him alone. Now where's our driver?" ujar Ardjan didepan sana. Nampak boring.
"Should be here by now. Let me call him" jawab Maleek sambil meraih ponselnya.
Namun tiba-tiba matanya tertumbuk pada seorang wanita tinggi memakai ripped jeans dan jaket kulit yang berjalan kearahnya. Ia terlihat tersenyum sumringah sambil menggerai rambutnya yang panjang sepinggang. Kemudian ia menaikkan kacamata hitamnya keatas kepala. Menatap lurus kearah Maleek.
Pria Arab itu melongo. Ponsel yang sudah dikupingnya seketika turun. Ia tidak percaya yang dilihatnya.
"This could be a disaster" batinnya lemas.
"Hai opa!" tegur wanita itu ramah sambil mencium kedua pipinya. Rambutnya nampak indah tertiup angin.
Kelima pria Eropa Timur disamping Maleek nampak tidak berkedip. Enver bersiul panjang penuh kekaguman. Bogdan memepet Maleek meminta untuk dikenalkan. Dukagjin yang pendiam pun tiba-tiba merangkul pundak Maleek.
Sign of stupidity, my ass. Batin Maleek. Lalu perhatiannya kembali kepada wanita itu.
"Abi???"
"What are you...what do you..." ujar Maleek bingung melihat Abi dihadapannya. Abi hanya tertawa renyah.
"God damn!" tepuk Maleek pada jidatnya.
Sejak kemarin Abi memang memaksa ikut ke Hong Kong untuk mencari bapaknya. Tentu hal itu ditolak oleh Maleek. Tapi kemudian wanita itu menghilang. Ternyata sekarang muncul kembali dihadapannya.
Entah apa yang ada dipikiran anak ini. Pikir Maleek sebal sambil terus menggandeng tangan Abi. Ia pun harus melindunginya dari semua tatapan sok manis ke arahnya.
Terutama Enver.
************************
Abi adalah seorang survivor. Masa kecilnya dihabiskan dengan pukulan dan cacian dari ibunya. Tidak jarang ia dihajar habis hanya karena menumpahkan botol susu yang membasahi karpet.
Tidak jarang kepalanya dibenturkan ke dinding karena telat pulang. Abi saat itu hanya bisa berlari ke bapaknya atau Adam. Namun tentu tidak bisa setiap saat. Akhirnya Abi hanya bisa pasrah. Menangis sendiri dikamarnya.
Tapi Abi sangat mencintai ibunya.
Apalagi setelah tahu ibunya mengidap bipolar. Hal ini diketahui saat Abi berumur 10 tahun. Saat itu Dokter menemukan banyak memar ditubuh Abi yang kecil. Ibunya kemudian dipanggil dan ternyata mengakui bahwa ia sering memukul Abi. Ibunya pun diperiksa kondisi kejiwaannya. Ternyata ia terdiagnosa bipolar. Ibu pun diwajibkan ikut terapi.
Ibu pernah bilang bahwa sindrom itu membuatnya kehilangan orang yang sangat dicintainya. Ibu sangat menyesal namun nasi sudah menjadi bubur.
Ia hanya mengingatkan agar Abi bisa menjaga dirinya. Baik hati maupun fisik. Ibunya mewanti-wanti agar Abi harus bisa melindungi dirinya sendiri. Terutama dari para lelaki hidung belang. Mereka sangat banyak diluar sana. Dan Abi harus waspada.
Saat ini Abi memegang sabuk hitam Taekwondo. Sayang trauma masa kecilnya membuat Abi sering diskors karena berkali-kali melukai lawan tandingnya. Akhirnya ia dikeluarkan dari dojang - tempat berlatihnya selama ini.
Abi tidak mengerti apa yang salah dalam dirinya. Sampai sekarang pun selalu ada hasrat terpendam dalam diri Abi untuk melukai. Ia bahkan sering menyayat dirinya sendiri ketika sepi. Seperti haus akan kekerasan.
Tidak ada yang tahu itu. Terutama suaminya. Ia tidak mau kehilangan seseorang yang dicintainya. Ia tidak mau mengalami seperti yang pernah dialami ibunya.
Namun semua hasrat terpendam itu nampaknya dapat terwujud ketika ia mendengar ayahnya diculik. Tanpa pikir panjang Abi menyusul opa Maleek ke Hong Kong. Darahnya mendidih. Inilah kesempatan terbaik yang ditunggunya selama ini.
"This is Ardjan" tiba-tiba suara opa Maleek mengagetkan Abi. Opa Maleek menunjuk sesosok pria berbadan kekar di sampingnya. Abi tersenyum sambil melambaikan tangannya. Ardjan hanya mengangguk dan menatapnya dingin.
"Ismael " sambung Maleek sambil merangkul keduanya. Ismael menepis tangan Maleek dengan mengangkat bahunya. Abi tertawa hambar karena tidak mengerti.
"Bogdan" kedip Maleek.
"...and Dukagjin" tunjuk Maleek ke sesosok raksasa setinggi pintu masuk mall.
Raksasa itu nampak hanya memakai baju tanpa lengan. Memperlihatkan tatto pada tubuhnya yang bongsor. Belum lagi kepalanya yang dihiasi tatto burung elang. Pria itu hanya berdiri mematung sambil melihat Abi dengan tatapan dingin dan sedikit menyunggingkan senyum. Abi membalasnya dengan tersenyum kecil.
Ia merinding.
"Enver..." lanjut Maleek sambil melirik penuh kewaspadaan.
Playboy Albania itu mengedipkan mata. Lalu menghampiri Abi sambil menatap tajam penuh arti.
"Hai..." tegur Enver ramah sambil menyodorkan bibirnya ke pipi Abi.
"...yeah, thanks!" ujar Abi sambil menghindarkan wajahnya dan menjauhkan bibir Enver dengan telunjuknya.
Bapaknya sering bercerita tentang mereka berlima. Para mafia Albania yang suka membela kebenaran. Begitu kata bapaknya. Orang-orang berwujud sangar berhati emas. Namun baru kali ini Abi melihat wujud kelimanya.
Ardjan nampak sedingin es. Dukagjin nampak seperti mesin penggiling. Ismael seperti professor matematika sementara Bogdan seperti beruang madu. Enver ternyata paling muda. Mungkin sekitar 40 tahunan lebih sedikit. Selalu tebar pesona. Mungkin karena puber kedua. Begitu pikir Abi sebal karena terus menerus ditempel.
"Sir..." ujar salah seorang pria Cina nampak baru keluar dari sebuah mobil SUV yang datang menjemput.
Maleek kemudian berbicara empat mata dengan pria itu. Setelah itu ia memberikan instruksi kepada kelima rekannya untuk masuk mobil. Mereka pun menuju markas Ang Bun.
************************
Ang Bun sendiri saat ini sedang mendengarkan penjelasan Aaron, seorang tangan kanannya, dengan darah yang mendidih. Seluruh syarafnya menegang dan kepalanya terasa ingin pecah. Ia pun menghantam keras meja kerjanya hingga gelas diatas meja itu jatuh membasahi karpet Persia kebanggaannya.
Vivian Wong membohonginya...
Selama ini setahu Ang Bun, Vivian Wong adalah seorang sosialita belaka. Sosialita yang mendapat kucuran dana dari Edward. Itu saja. Namun siapa sangka seorang wanita doyan belanja bisa mempunyai otak selicik ini. Bisa menghancurkan kehidupan dua orang taipan. Berpotensi menghancurkan dua perusahaan besar yang menghidupi ratusan ribu orang. Ang Bun tidak habis pikir.
Vivian ternyata sudah mengenal Jaden sejak lama. Mereka sering berkumpul di kediaman Jeremy Cho di Jardine's Lookout. Sebuah area pemukiman kaum jet set di Hong Kong. Terletak di tenggara distrik Wan Chai dan Selatan area Tai Hang pada ketinggian 433 m. Sebuah tempat favorit kaum sosialita Hong Kong untuk berkumpul.
Robert yang sering ikut bergaul dengan Vivian disitu ternyata jatuh hati dengan Jaden. Seorang gay yang baru saja dinobatkan sebagai biliuner terseksi di Asia.
Mereka sempat membantah. Namun malang tak dapat ditolak ternyata Vivian memiliki bukti foto kemesraan mereka disebuah yacht di Maldives.
Alih-alih menyelamatkan pernikahan anaknya dengan Robert ternyata Vivian menghasut Jaden untuk meminta merger kepada Robert. Ia tahu persis bahwa Jaden memiliki banyak hutang. Tidak ada gosip yang luput dirumah Jeremy Cho. Imbalan untuk Vivian tentunya berupa uang dan perusahaan. Jaden sempat menolak karena resikonya besar.
Namun Vivian memaksanya dengan mengatakan bahwa dirinya dibekingi oleh The Fifth Element. Sebuah organisasi Triad baru sempalan dari klan Lotus Family.
Menurut Vivian, jika Jaden mampu menguasai Lauw Enterprise, maka ia bisa menjadi pemimpin klan baru itu. Menjadikannya sebagai alat untuk mempunyai pengaruh di United Triad sebagai induk Triad didunia.
Menjadikannya sebagai salah seorang master Triad yang menguasai dunia.
"Tapi kenapa Edward harus dibunuh? Oleh siapa? Fifth Element?"
Pertanyaan itu terus menggayut dibenak Ang Bun tanpa dapat terjawab siapapun. Namun dia yakin Alex sudah mengetahuinya. Itulah alasannya dia diculik.
Ang Bun kembali menghantam mejanya lagi. Ia tidak sabar menunggu tim Alex untuk datang menemuinya. Mereka harus menemukan sang pengacara itu.
Segera.