Chereads / Sang Pengacara "TRIAD" / Chapter 27 - "The Fact"

Chapter 27 - "The Fact"

Sosok di layar itu nampak terbaring lemah. Ia terbatuk-batuk. Ia mencoba menarik napas dan menenangkan diri. Diambilnya sebuah gelas air putih dan diteguknya sekali. Kemudian ia berbicara. Sangat rinci dan tidak terpikirkan oleh orang-orang didepannya.

Robert How bukan pelaku pembunuhan.

Seandainya dia pelaku pembunuhan maka merger pasti telah selesai dan mayat Alex sudah ditemukan sekarang. Artinya, justru Robert yang menahan proses merger untuk mengetahui pembunuh Edward Lauw yang sebenarnya. Dia tidak mau salah langkah. Oleh karenanya, Alex saat ini belum mati, karena pembunuh itu tetap berharap proses merger dapat berjalan normal. Kematian Alex hanya akan membuat proses merger itu tertunda kembali.

Alex saat ini disandera karena mengetahui informasi penting tentang pembunuh Edward. Hal ini berkaitan erat terhadap merger. Jika ia menginformasikannya kepada Ang Bun maka semuanya menjadi tertunda dan pasti akan ada penyelidikan lebih lanjut. Kemungkinan merger batal akan sangat besar. Robert juga harus ditemukan agar tidak dipaksa menjalankan merger. Hal ini akan mempercepat kematian Alex. Oleh karenanya kemungkinan besar posisi Robert dekat dengan penculik Alex.

Adam juga menginformasikan bahwa Surya Belabangsa, kepala divisi korporat, saat ini sedang menuju Hong Kong untuk meminta Robert segera menandatangani surat pembatalan merger. Adam pun meminta keamanan dan keselamatan Surya untuk diprioritaskan.

Ang Bun mendengarkan dengan seksama. Berkali-kali ia mencoba menghubungi Robert namun tidak tersambung. Sementara Aaron nampak menghubungi para staff untuk menjemput Surya di bandara kemudian menempatkannya dalam safe house.

"Robert tidak bisa dihubungi" ujar Ang Bun tetap berusaha menghubungi ponsel Robert.

"Coba telpon Vivian Wong" usul Adam.

Ang Bun kemudian mencoba menghubunginya. Namun nihil. Ia menggeleng.

"Jaden?" tanya Adam. Tidak lama kemudian Ang Bun kembali menggeleng.

"Angel?" tanya Adam lagi.

Ang Bun segera menghubungi Angel. Namun sambil menunggu telponnya tersambung ia menatap Adam dengan tampang bingung.

Angel?

Ang Bun menggeleng lagi. Kali ini dengan paras muka bertambah bingung. Kenapa semua tidak bisa dihubungi?

"There you go. Ada kemungkinan mereka berada dalam satu tempat" ujar Adam.

Ang Bun terkesiap.

"Sinyal ponsel Alex terakhir kali diketahui di Lauw Hotel" gumam Ardjan terdengar sambil menatap Adam dengan tajam seakan menemukan jawaban.

"Basemen!" seru mereka berdua serempak.

Ada lima lantai basemen di Lauw Hotel. Basemen paling bawah letaknya jauh dan selalu membuat sinyal ponsel hilang. Bukannya tidak mungkin Alex disekap disana.

"Siapa yang culik Papa?" tiba-tiba terdengar suara Abi yang tercekat. Itu pertanyaan terpenting baginya.

Adam berdehem sambil menunduk sangat dalam dan mengerutkan keningnya. Berusaha menimbang beberapa hal. Semua mata tertuju kepadanya. Menunggu jawaban.

"Angel" jawab Adam singkat sambil mengangkat muka.

Semua mata terbelalak.

"Tidak mungkin!" bantah Ang Bun membela menantunya. Tapi Adam nampak yakin.

"Dia Heung Chu. Posisinya hanya dibawah grand master" ujar Adam dengan nada pasti.

"Angel yang memerintah Vivian" simpul Adam sambil memperlihatkan foto ritual Triad yang dipimpin Angel. Ia mendapatkan salinan laporan Sulaiman itu dari Clara.

Ang Bun kaget bukan kepalang.

Informasi Aaron dari Jeremy Cho jelas tidak selengkap itu. Ang Bun mengusap-usap wajahnya dengan raut tidak percaya. Lalu ia memerintahkan para staffnya untuk berkordinasi mencari keberadaan Robert bersama Ardjan cs.

Setelah itu ia menghubungi Xu Qinghong, grand master Lotus Family, untuk meminta keterangan Vivian yang merupakan anggota mereka. Ang Bun juga menceritakan adanya kemungkinan pengkhianatan dalam klannya. Sementara itu Adam nampak sedang berdiskusi dengan Ardjan cs mengenai tehnis evakuasi.

"Keep me posted" pinta Adam.

Ardjan cs mengangguk serempak. Kemudian Enver dan Bogdan berlalu untuk mempersiapkan peralatan yang akan mereka bawa. Mata Adam lalu tertumbuk pada Abi.

"Hey Abi" sapa Adam sambil tersenyum.

"Nice haircut" kedip Adam lalu menyudahi sambungan teleponnya.

Semua orang lalu menatap Abi yang parasnya sontak merah merona. Abi meraba rambutnya dengan kikuk. Ia memang memotong pendek rambutnya sampai sekuping di salon dekat lobby barusan.

Paras Abi tambah memerah saat Enver terlihat memegang dada kirinya. Seakan jantungnya berdegub hebat hampir mati.

Abi memang terlihat sangat sexy.