Alex tidak percaya yang dilihatnya. Di depannya berdiri seorang wanita yang baru saja menembak paha seseorang dengan sangat dingin. Tanpa perasaan.
Angel!
Darah dagingku sendiri. Batin Alex bingung tak percaya.
Sambil sesenggukan Angel terus menodongkan senjatanya. Menunggu jawaban pria yang menangis tersedu-sedu dihadapannya itu. Angel nampak tidak sabar. Lalu ia kembali meletakkan moncong senjata itu ke paha kanan si pria yang sontak menjerit histeris.
"Yes. Yes. It's me. Yes!" teriaknya dengan suara parau sambil menunduk dan menangis.
"How?!" jerit Angel sambil memukul kepala pria itu dengan moncong senjata. Darah pun mengalir dari pelipis kiri pria itu.
"Got the hitman from the dark web" ujarnya tersedak.
"And why you killed him?!" cecar Angel sambil menarik rambut pria itu.
"He...he was..."
Pria itu nampak bingung. Ia kembali menangis.
DOOOOOORRRRRRRRR!!!!!!!!!!!!!
Jeritan pria itu melengking dan membahana ke seantero ruangan. Kali ini giliran paha kanannya yang ditembak. Ia pun melolong kesakitan. Penuh kepanikan.
Namun mendadak ia diam sambil melotot. Napasnya tersenggal-senggal. Bahunya ternyata ditempel moncong senjata. Darah telah membasahi lantai dan sepatu kets yang digunakan Angel. Namun Angel tidak perduli.
"Speak!!!" jerit Angel. Kalap. Didepannya nampak sang pria tertunduk berusaha menguatkan dirinya. Kemudian ia merintih pelan.
"He knew my relationship with Rob. And he wanted to break us apart" lirih Jaden.
"I love Rob...and i..."
DOOOOOORRRRRRR!!!!!!!!!!!!!!!
Kepala Jaden terkulai kebelakang. Peluru itu menembus tengkorak kepalanya.
Alex pun muntah.
******************
Angel tumbuh penuh dengan kasih sayang. Ia mencintai papinya. Ia tidak pernah memperdulikan uang papinya. Ia hanya ingin papinya selalu ada untuknya. Papinya pun tidak pernah mengecewakan.
Sejak remaja Angel tahu bahwa papinya gay. Ia tidak perduli. Ia hanya ingin papinya senang. Angel pun dekat dengan keluarga Ang Bun. Sejak kecil Angel mengenal Rob dan bahkan menaruh hati pada pria pintar itu.
Saat mereka menikah adalah saat paling bahagia dalam kehidupan Angel. Kelahiran buah hati mereka, Justine, makin menambah keceriaan keluarga kecil mereka. Sampai saat datangnya Jaden. Pria biliuner terseksi di Asia versi majalah People.
Jaden yang juga bersama Angel menjadi pengurus di klan Fifth Element membuat intensitas pertemuan mereka menjadi sering. Lalu hanya mereka saja yang bertemu. Meninggalkan Angel sendiri. Kehidupan keluarga Angel akhirnya berubah total. Rob selalu menghabiskan waktunya bersama Jaden. Alasannya ia ingin memperluas network dan merger dengan perusahaan Jaden. Hampir setiap hari Rob pergi. Mereka bahkan sempat sebulan di Bali tempat Jaden menghabiskan masa kecilnya.
Papinya tahu akan hal ini dan berusaha menyelamatkan kehidupan keluarga mereka. Tapi Rob tidak mau. Pengaruh Jaden terlalu kuat. Rob bahkan terus memaksa melakukan merger. Padahal papi sudah mengingatkan bahwa Kuok Industries adalah perusahaan sakit.
Saat itu Angel bahkan masih membela Rob. Angel masih berusaha membujuk papi agar meluluskan keinginan Rob. Sampai ketika maminya menunjukkan beberapa foto kemesraan Rob dan Jaden di Maladewa dan Bali. Betapa hancurnya hati Angel.
"Ceraikan aku, Mi" ujar Angel satu waktu dipagi itu kepada Vivian. "Mereka berdua tidak boleh memiliki harta, Papi" lanjut Angel dengan mata sembab.
Akhirnya Angel menceritakan ide gilanya. Ia meminta Vivian untuk menyarankan cerai kepada Rob. Tujuannya agar keinginan merger-nya dikabulkan papi.
Setelah merger sukses maka gugatan akan dicabut dan Jaden akan dihilangkan. Vivian dapat mengambil alih posisinya baik di Fifth Element maupun di perusahaan hasil merger. Tak perlu disangkal memang perusahaan Jaden cukup potensial untuk dikembangkan walau banyak hutang. Vivian pun setuju atas ide ini.
Sayang idenya tidak berjalan mulus. Ayahnya dibunuh. Pengacaranya bahkan tahu rahasia dirinya yang tertutup rapat. Robert malah menunda proses merger.
******************
"Anggie please..." lirih Robert terdengar samar karena mulutnya masih diplester.
Angel mengangkat wajah yang sedari tadi tertunduk. Wajahnya terlihat bengap dan penuh darah. Senjata itu bergetar karena tangan mungilnya kelelahan. Lalu ia memalingkan muka ke arah Vivian yang diam mematung didepan pintu.
Angel menatap mata wanita tua itu lalu menodongkan senjatanya.
Vivian sontak pucat pasi. Ia meratap.
"Anggie sayang...apa yang kamu..."
DOOOOOOORRRRRRRR!!!!!!!!!!!!!!!
Vivian pun rubuh ke lantai. Mukanya hancur tertembus peluru. Darah semakin banyak membanjiri lantai. Alex terperangah.
Kemudian ia melihat riffle gun sialan itu mengarah kepadanya...