Abi berjalan sempoyongan sambil menangis tersedu-sedu. Didepannya ada lima pria besar berseragam security gedung. Mereka bersenjata tongkat beraliran listrik dan pistol. Mereka nampak berjaga didepan kantor itu. Mereka tidak tahu apa-apa tentang kejadian didalam ruangan. Setahu mereka pemilik hotel hanya meminta mereka untuk berjaga.
Kemudian Abi nampak marah-marah kepada para pemuda dan pemudi yang muncul dari lift itu. Abi bahkan menampar lelaki yang sedang memeluk teman wanitanya. Sontak terjadi kehebohan dan mau tidak mau perhatian kelima orang itu terpecah.
Dukagjin pun bergerak.
Dengan langkah cepat ia menghampiri pria terbesar diantara mereka. Dengan sekali gerakan Dukagjin memelintir kepala orang itu kemudian berpindah ke pria disampingnya dengan menusuk lekukan pangkal leher dengan kedua jarinya. Keduanya jatuh.
Mendapat serangan mendadak itu membuat ketiga pria sisanya menyerang Dukagjin secara serempak. Dukagjin menghindar kekiri ketika salah satu pria menyerangnya dengan tongkat. Kemudian ia berbalik dan mencekik leher pria itu dengan tangan kirinya dan membantingnya ketanah. Setelah itu ia menghajar pelipis kepalanya.
Dari posisi jongkok ia berdiri sambil menghajar selangkangan pria yang berusaha menendangnya. Dengan gerakan cepat ia menangkap pergelangan tangan seorang penjaga lain yang mengeluarkan pistol. Memukul sikunya hingga pistol itu terlepas dan kemudian memelintir lehernya. Setelah itu Dukagjin berpindah ke pria yang nampak masih mengaduh karena selangkangannya ditendang. Lehernya kemudian diplintir. Lalu ia terdiam.
BUKKKKKKKKKKKKK!!!!!!!!!!!
Leher Dukagjin dihantam kayu besar oleh salah seorang penjaga yang tinggal seorang. Dukagjin berbalik sambil melakukan perenggangan badan. Ia lalu memiringkan kepalanya kekanan dan kekiri. Terdengar bunyi sendi-sendinya. Penjaga itu nampak siap.
Tapi tiba-tiba...
BUKKKKKKKKKKKKK!!!!!!!!!!!
Sebuah tendangan tornado yang memutar - dolke chagi - tiba-tiba menghantam leher penjaga itu hingga roboh. Kemudian wajahnya dihajar saat kepalanya mendarat ketanah. Penjaga itu tidak bergerak lagi.
Tapi Abi kembali menghajar wajahnya untuk memastikan penjaga itu tidak bangun lagi. Ternyata benar sudah pingsan. Atau mati. Who knows. Tapi untuk mencegah hal yang tidak diinginkan, Abi kembali menghajar wajah yang sudah tidak berbentuk itu. Sampai akhirnya Dukagjin datang menghampirinya dan menepuk punggung ABi pelan memohonnya untuk berhenti.
Abi pun berdiri sambil mengatur napasnya yang masih memburu. Ardjan menghampirinya. Lalu ia menepuk-nepuk pundak Abi sambil tersenyum. Kemudian Ardjan berjalan kearah Dukagjin sambil menggeleng-gelengkan kepalanya menunjukkan raut wajah penuh kekecewaan. Dukagjin pun menunduk dengan raut menyesal.
Enver dan Bogdan yang berada di basemen ikut menggodanya. Mereka menggerakkan jari telunjuk mengetuk-ngetuk jam seakan terlalu lama bagi Dukagjin untuk menghabiskan lima lawan sehingga harus dibantu orang lain. Dukagjin menunduk semakin dalam.
"Team...prepare evacuation" ujar Ardjan. Ia pun menggunakan night vision-nya.
"Copy!" jawab mereka serempak.
"Ismael...lights!" ujar Ardjan memberikan instruksi.
Lampu tiba-tiba dimatikan. Gelap total. Sunyi. Kemudian para pria Albania itu menyebar kesegala ruangan.
Bagai hantu.