Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

IT'S ME ANASTASYA

Siti_Nurhasanah_6893
--
chs / week
--
NOT RATINGS
17.5k
Views
Synopsis
apa yang akan kau lakukan saat kepercayaanmu di permainkan? oleh waktu dan rasa sayang. Anastasya yang terlahir dari keluarga yang lengkap tapi selalu memiliki konflik dalam rumah tangga. gadis belia yang mencari penghidupan secara mandiri dengan melakukan hobby yang mainstream untuk anak seusianya. banyak hal yang bisa di bilang hampir tidak wajar ia lakukan demi mendapat perhatian tapi nyatanya semua itu tidak ia dapatkan.
VIEW MORE

Chapter 1 - Part 1 - A Hope

Gadis itu memandang datar seorang pria yang tengah tersenyum meremehkan di balik kaca mobil. Derum knalpot mobil terdengar sangat nyaring di telinganya. Kakinya sedari tadi menginjak dalam pedal gas hingga menimbulkan suara yang lebih nyaring lagi.

Senyum licik pun terbit di bibir gadis itu matanya tak henti henti melirik mobil di sampingnya.

Setelah terlihat bendera yang di angkatkan ke atas kedua mobil BMW hitam dan putih itu melaju sekencang angin. Saling berlomba untuk merebut posisi menjadi paling depan. 11 putaran telah di lewati sekarang tinggal menunggu satu putaran lagi maka kita akan melihat siapa sebenarnya yang berhasil menduduki posisi pertama.

15 detik...

14 detik...

13 detik...

Pas di detik ke 12 mobil BMW putih melaju kencang di atas rata rata dan melewati BMW hitam yang sedari tadi memimpin di 2 putaran terakhir. Alhasil mobil BMW putihlah yang berhasil merebut posisi pertama malam ini.

Sang pengemudi tersenyum lebar dari balik kaca mobil. Terlihat sekali dia puas dengan apa yang baru saja di lakukannya.

Di liriknya jam yang melingkar manis di pergelangan tangannya. Sudah pukul dua belas malam kurang 20 menit. Dia harus pulang segera jika tidak ingin mendapat omelan dari sang bunda perihal dia yang tidak berada di kamar malam ini.

"Yan, gue balik duluan yah udah larut banget nih." Kata cewek tersebut.

"Nggak di rayain dulu tuh kemenangannya. Btw, lo hebat banget bisa ngelewatin si cowo songong itu." Kata si cowo yang akrab di sapa Iyan tersebut. "Lo jadi orang pertama yang betul betul buat tuh anak marah tau nggak karena lo kalahin tadi."

Sang gadis hanya tersenyum "biar sadar dia kalau masih ada langit di atas langit. Jadi, dia nggak songong dan sombong!"

"Hahaha.. Yoi, Tasya kok di lawan." Ucap Riyan lagi sengaja mengeraskan suaranya.

Dari arah berlawanan terlihat cowo yang menggeram kesal karena mendengar ucapan Iyan barusan. Tasya yang melihat itu hanya menatapnya tajam. Kemudian memberi isyarat pada iyan untuk memberi jalan. Mobil BMW yang dikendarai tasya pun membela jalan kota jakarta menuju rumahnya.

Satpam penjaga pagar tersebut segera membuka pagar begitu melihat mobil anak dari majikan. Tasya berhenti sebentar dan sedikit bernegosiasi dengan pak satpam agar tidak memberitahu ini pada orang tuanya.

Setelah berhasil dia langsung masuk dan ngacir kedalam kamar. Dilemparnya jaketnya ke sembarang arah dan menjatuhkan tubuhnya ke singgasananya yang berukuran Queen size. Dan menutup rapat matanya yang mulai sayu akibat ngantuk. Tak butuh waktu lama dia langsung terlelap menuju alam bawah sadarnya bergabung dengan berbagai macam mimpi baik yang indah maupun yang buruk.

Belum berapa lama dia masuk ke alam mimpi. gadis itu mulai menggeliat dalam tidurnya. Keringat membasahi pelipis hingga ke leher gadis itu. Sepertinya dia mengalami mimpi yang sangat buruk.

"Iyan.. Iyan.. Iyan.. Tidakkkkk!" teriaknya langsung bangkit dengan napas terengah-engah. Baju yang sudah basah dengan muka yang sudah sepucat kapas.

Di liriknya jam dinding yang menunjukan pukul 3 dini hari.

Mimpi ternyata, Gumamnya.

Di lihatnya ponsel yang bergetar memandakan panggilan masuk. Tertera nama Riyan pada layar. Ia menatap ponsel itu sejenak dengan perasaan tak karuan kemudian menslide dan menempelkan benda pipih itu pada telinganya.

"Ha-" ucapannya terputus saat mendengar suara gaduh di sebrang.

"Kalau lo masih peduli sama nyawa temen lo mending lo jemput dia, sebelum gue buat dia tidur nyenyak selamanya." ucap suara di seberang.

"Jangan sya, itu jebakan lo-" seru Riyan berteriak sembari menahan sakit

Gadis itu membeku. Ia kemudian memasang tampang marah dan mulai mengambil jaket serta menyambar kunci mobilnya. Tidak peduli lagi dengan keadaan luar yang masih gelap.

Saat tiba di tempat Tasya langsung memakai penutup mulut tidak ingin wajahnya di kenali. Saat sudah melihat orang yang dia cari dia langsung mendekat dan memperhatikan beberapa orang bertubuh tinggi sedang memukul seseorang membabi buta.

Tasya marah. Tasya sudah sangat sangat marah. Dia tidak suka kalau ada yang mencari masalah dengan sahabat sekaligus sudah ia anggap sodara sendiri.

Di sambarnya cepat bahu cowo tersebut dan memberi pukulan serta tendangan pada perut dan muka pria di hadapannya. Tak hanya itu Tasya juga memberi yang lainnya bogeman.

Cewe memang lemah. Tapi bukan berarti cewe nggak bisa berontak. See, Salah satunya yah Tasya. Jika sudah terpancing emosi tasya tidak akan peduli yang didepannya ini cowo atau cewe yang jelas jika ia sudah marah tidak ada yang bisa menghindari kemarahannya.

Setelah memberi pelajaran pada orang orang tersebut Tasya membantu Riyan berdiri serta membantunya berjalan menuju mobilnya yang berada di sebrang jalan. Belum juga sampai Tasya di kejutkan dengan munculnya secara tiba tiba beberapa orang dari beberapa sudut sehingga Tasya hampir kewalahan dan beberapa kali tersandung.

Tapi itu sama sekali tidak ia permasalahkan yang penting sekarang membawa Iyan ke rumah atau mengantar cowo itu ke rumah sakit.

"Lo kok dateng sih," Riyan berdecak sebal. "Di bilangin jebakan juga batu banget jadi orang. Heran deh kok gue bisa kenal dan punya sahabat seanarkis lo sih sya, Udah nggak ada manis manisnya lagi jadi cewe." omelnya panjang kali lebar.

"Dari pada lo ngomel mulu entarnya juga cape sendiri, mending kasi tau kenapa bisa lo di kroyok gitu tadi." tanya Tasya mengabaikan omelan panjang kali lebarnya Riyan barusan.

"Lo di tanya malah balik nanya."

"Buruan kasi tau atau gue tambahin tuh lebam di muka lo." ancam Tasya cepat.

Setelah itu mengalirlah cerita tentang Riyan yang baru pulang senang senang dan di palang oleh orang-orang itu. Tasya mangut mangut, tanda ia mengerti dan berniat mengantarnya ke rumah sakit. Tapi si empunya nolak alhasil Tasya hanya mengantar Riyan langsung ke rumahnya saja. Setelah sebelumnya membersihkan luka lebam pria itu di mobilnya Dan pamit karena ia harus siap siap untuk kesekolah.

Waktu sudah menunjukan pukul 5:35

Tasya langsung mandi dan memakai seragam sekolahnya dengan santai. Setelah selesai di depan cermin tasya langsung turun untuk sarapan bersama kedua orang tua dan kakanya.

Yups, mereka 2 bersaudara. Wajah sedikit mirip tetapi kelakuannya yang sangat bertolak belakang. Yang cowo bisa di bilang anak kebanggaan, berbeda dengan yang cewe anak begajulan dan blak blakan Plus tukang buat onar.

****

Setibanya di sekolahnya.

Seperti biasa pakean yang nggak ada sopan sopannya. Guru yang udah kasih tatapan tajam dari koridor lantai 1 sebagai tanda peringatan hanya di cuekin. Belum sempat dia menaiki tangga dia sudah di tabrak oleh pria bertubuh jangkung. Saat mendongak ia menatap iris coklat dari mata pria itu.

"Maaf, lagi buru buru. Kamu nggak apa apa?" tanya pria dengan lensa coklat di hadapannya.

Tasya yang tadi sempat melihat iris matanya itu langsung menjawab "lain kali kalau jalan hati hati. Tuh mata di pake ngeliat ke depan, bukan belakang." jawabnya ketus.

Pria yang di tabrak tadi hanya melongo di tempat melihat cewe yang tak sengaja di tabrak berbicara seketus itu padanya. Baru kali itu dia bertemu dengan gadis se dingin itu.

Yang ada juga harusnya gue yang so cool. Kenapa jadi tuh cewe yang dingin banget? Tanyanya dalam hati.

***

Kelas XII IPA 3 adalah kelas yang dijuluki sebagai GK class yang artinya kelas yang paling gokil, bagaimana tidak selalu saja ada hal tak terduga dari murid-murid di kelas itu. Seperti menjahili guru, selalu berurusan dengan guru BP baik itu cowo maupun cewe dan berbagai hal lainnya yang lebih mainstream.

Tapi jangan salah, biarpun begitu nilai mereka tidak ada yang di bawah rata rata. Sejak masuk kedalam kelas tadi cewe itu terlihat berbeda dari biasanya. Hari ini dia nampak lebih dingin dari sebelumnya.

Salah satu siswi yang melihat itu mendekat "Eh Tasya lo kenapa dah? Dari tadi gue liatin tuh muka di tekuk mulu." Dania, tepatnya ia adalah sahabat Tasya.

"Iya nih udah kaya kertas bekas kusutnya." timpal kania kaka dania sekaligus sahabat tasya juga.

"Berisik lo berdua." jawab Tasya.

"Yaelah sensi amat neng, Lagi kedatangan tamu yah?" kekeh dania pelan.

Setelah berkata seperti itu kelas mendadak sunyi. Tasya melirik dan mendapati wali kelasnya masuk dengan diikuti seorang murid dibelakangnya.

New student. Batin tasya

Karena memang sedang tidak mood akhirnya tasya sama sekali tidak memperdulikan apa yang di katakan guru di depan kelasnnya dan malah sibuk sendiri dengan pikirannya.

"Jhony George" singkat padat dan jelas.

Mendengar suara itu lantas Tasya melirik. Saat matanya bertemu pandang dengan laki-laki itu dia langsung membuang muka tidak peduli. Jhony adalah murid baru yang masuk dikelasnya. Sekaligus cowok yang tadi pagi bertabrakan dengannya.

"Baiklah nak jhony kamu boleh duduk di samping Tasya." sontak semua mata menatap tasya iri. Sedangkan yang ditatap hanya memutar bola mata malas.

Mimpi apa tadi malam sampe dia harus berbagi meja dengan orang baru yang tadi ia tabrak. Semoga ini bukan pertanda sial untuknya.

"Cantik, tapi sayang dingin kaya es batu." ketus Jhony langsung saat ia melirik pada tasya yang sedari tadi tidak merespon baik keberadaannya dari mulai di koridor tadi pagi sampai ia berada di samping gadis itu.

Sebegitu tidak pentingnya kah dia sampai di abaikan oleh cewe di sampingnya itu. Setidaknya sekedar berbasa basi untuk kenalan atau bagaimana.

Mendengus Tasya malah tidak perduli sama sekali dengan ucapan cowo di sampingnya. Bahkan dia menganggap orang itu hanya angin lalu.

Pelajaran berlangsung selama 2 jam dan tiba bel istrahat pertama berbunyi.

"Sya kantin yuk," ajak Kania langsung.

Yang di ajak hanya mengangguk sebagai jawaban.

Tasya bangkit dari tempat duduknya dan hanya melirik sekilas pada cowo di sampingnya itu. Cowo itu masih dengan bukunya.

Seperti kutu buku. Tasya membatin dan tersenyum miring dalam hati.

"Dania mana?" tanya tasya saat mereka berjalan hanya berdua dengan kania menuju kantin.

Biasanya mereka akan berjalan bertiga dengan Dania yang super bawel itu.

"Lagi di toilet. Katanya sih entar dia nyusul." jawab Kania.

Tasya hanya ber-oh ria- dalam hati.

***

Setelah sampai dikantin, mereka langsung menghampiri ibu kantin langganan mereka.

Istrahat pertama hanya berkisar 15-20 menit. Tidak terlalu lama, jadi mereka memutuskan hanya akan membeli roti dan air mineral sembari menunggu jam pelajaran kedua nanti.

Tak lama mengantri akhirnya keliatan batang hidung dania dari kejauhan. Refleks saja kania langsung memanggilnya dan mulai mengantri bersama. Saat kembali ke kelas semua orang tengah sibuk dengan buku di depannya masing-masing.

"Ada tugas apa lagi dari bu widya?" tanya kania saat melihat kegiatan teman temannya.

"Disuruh kerjain soal di akhir bab 3 halaman 76 dari nomer 1-25, katanya kerjainnya haru pake cara kemaren yang dijelasin dan tulisnya di kertas porto folio bergaris." sahut adnan selaku ketua kelas XII IPA 3.

Mereka bertiga langsung melangkah ke meja masing - masing dan mulai mengerjakan. Tidak sulit bagi mereka mengerjakan soal kimia tersembut karena pada dasarnya mereka menyukai rumus. Apalagi Tasya, dia sangat menggilai rumus karena pendapatnya rumus itu mudahnya hanya saat di tulis beda dengan penjelasan dan cara kerjanya pada masing masing soal.

1 jam sudah mereka habiskan untuk mengisi soal kimia.

Saat ingin mengumpulkan tasya tiba tiba merasa tertahan oleh tangan seseorang yang memegang lengan kanannya.

"Ngapain narik-narik?"

"Kumpulin sama punya gue dong sekalian." ucap Jhony santai.

Tasya yang mendengar itu hanya mengangkat sebelah alis dan mengambil pekerjaan jhony dan megumpulkannya ke ketua kelas.

Jhony yang melihat itu hanya tersenyum samar. Pasalnya dia kira gadis itu akan menolak. Tapi ternyata dengan senang hati mengumpulkan miliknya juga.

Lo nggak seburuk yang gue kira. Batin jhony sambil melihat punggung tasya yang berjalan ke depan kelasnya.

***

Jam sekolah telah usai dari sekitar 5 menit yang lalu. Karena keasikan melamun sampe sampe Tasya tidak menyadari ocehan Kania yang dari tadi mengajaknya pulang bersama.

"ANASTASYA EMERALD!" geram kania dan dania secara bersamaan.

"Ishh, apaan sih doble toa masjid. Pelan juga gue denger kali." Jawab Tasya gemas sendiri karena terganggu dengan omelan Kania dan Dania.

Mereka berdua nyaris melotot mendengar panggilan yang terlontar dari tasya itu.

"Ya Allah Engkau ciptakan dari apa sahabat batu kami ini." ucap Kania dramatis sambil mengangkat tangan layaknya orang berdoa.

"Ck, lo tanya diciptakan dari apa padahal dasarnya aja udah lo sebutin sableng!."

"Iya iya gue bawa mobil sendiri kok." sahut Tasya akhirnya.

"Bilang kek dari tadi." omel Dania lagi

Kania yang hendak beranjak tak sengaja melihat cowo di samping tasya yang masih setia dengan bukunya.

"Pst, Sya itu cogan di samping lo nggak pulang?" -kania

Tasya hanya melirik sebentar dan mengedikan bahu bersamaan dengan itu ia bangkit menuju parkiran.

Tidak heran kalau Tasya sama sekali tidak peduli dengan kehadiran murid baru di sampingnya karena memang pada awalnya dia tidak suka dengan orang baru.

***

Tiba di rumah ia sama sekali tidak mengucapkan salam. Melainkan langsung naik ke kamarnya di lantai 2.

Orang tuanya yang melihat itu hanya geleng geleng kepala heran dengan sikap putri bungsu mereka. Sampai di kamar ia langsung membanting tubuhnya keatas kasur dan memejamkan matanya. Karena mimpi buruk dan masalah iyan lah yang membuat tidur cantiknya terganggu. Belum lama menutup mata,tiba tiba ponsel yang berada di dalam Tasnya pun berbunyi menampilkan nama sahabatnya dilayar

Ryan calling...

"Hallo?"

"Walaikumsalam sya" sapa orang di sebrang yang tak lain adalah Riyan sahabatnya sendiri.

"ngapain nelon sih ganggu bocan gue aja!" Omel gadis yang menerima panggilan itu.

"Nelfon sya bukan nelon"

"Yuss typo doing, ngapa sih?"

Yang di omeli hanya terkekeh. Tasya memang bersikap dingin pada orang baru tapi itu tidak berlaku di depan ryan. Bahkan dia dengan terang terangan bersikap manja pada Riyan karena memang sudah dia anggap sebagai kaka keduanya setelah Adnan.

"Cowo yang lo kalain kemaren nantang lo balik malam ini."

"Ya trus?" Tasya tampak tak perduli.

"Yah trus gimana? Lo mau nerima tantangannya atau enggak. kalau semisal lo nerima yah lo harus datang kalau enggak yah enggak usah datang."

"Ya iyalah harus datang kalau gue nerima, Ya kali gue nerima trus nggak dateng." Tasya berdecak sebal.

"Hehehe, jadi gimana nih sya? Terima apa enggak?" Riyan melempar pertanyaan yang sama.

"Taruhannya apa kalau gue menang?"

"Lambhorgini sport he say"

"Deal! Gue terima." ucap Tasya langsung tanpa pikir panjang.

"Ok see you later at the race."

Setelah berucap demikian sambunganpun terputus. Saat berniat ingin memejamkan matanya Tasya tanpa sengaja mendengar perdebatan dari lantai satu.

Iapun beranjak dari kasur dan mulai menuruni tangga saat di pertengahan ia tanpa sengaja mendengar dan melihat ibunya yang terduduk dilantai dengan air mata yang sudah membanjiri pipinya.

"Aku tau apa yang ku lakukan!" bentak Roman papanya "Kau pikir aku anak kecil yang masih perlu kau nasehati?!"

"Bukan itu maksudku mas kamu sa-" belum sempat meneruskan kalimatnya papanya langsung menyela.

"Aku cari uang siang malam banting tulang. Hanya ingin membahagiakan kalian tapi kau menganggapku layaknya hewan piaraanmu!!"

"Mas-"

"Alah! Sudah, dasar kau wanita tidak tau di untung. Bukannya menghargai malah menasehati layaknya kau ratu di rumah ini!"

"Kenapa kau selalu menyalahkanku mas." Isak monika " apapun yang kulakukan selalu saja salah di matamu."

"Iya karena itu memang salah monik! Kau menasehati seolah olah hanya kau yang bekerja di rumah ini.! Dan seolah olah kau tuan rumahnya."

Mendengar orang tuanya yang bertengkar hebat Tasya memutuskan untuk keluar rumah. Ia tidak tahan dengan perdebatan yang membuat perasaannya kacau seperti itu. Disambarnya kunci mobil dan jaket kulit yang tersampir pada kursi di kamarnya dan mulai menuruni tangga. Setelah sampai di garasi ia langsung mengeluarkan mobil dan melesat menjauhi rumah itu.

Tanpa tau ingin kemana ia hanya berputar putar mengelilingi sekitaran jakarta. Mengikuti perasaannya yang kini memandu jalannya. Iapun berhenti di sebuah cafe sederhana tak jauh dari tugu monas. Dan mulai mencari tempat duduk yang sekiranya nyaman untuk sendiri.

Sudut cafe boleh juga. Batinnya.

Tak lama sang pelayan datang dengan membawa pesanannya. Ia pun menyumbat telinga dengan headsetnya dan mulai tenggelam dengan pikirannya sendiri. Masih terekam jelas pertengkaran kedua orang tuanya tadi.

Kapan kalian mau memikirkan perasaan kami? Perasaan anak anak kalian yang cape mendengar setiap perdebatan. Cape melihat setiap kekasaran kalian berdua. Cape melihat drama yang kalian ciptakan. Seolah olah kita keluarga yang bahagia, Tapi kenyataan jauh dari kata bahagia. Gumamnya dalam hati

1 Received message

From : Adnan

Lo dimana dek?

1 Received message

From : Adnan

Pulangnya jangan kemalaman lagi yah.

Adnan dan Tasya beda beberapa tahun dan sekarang kakanya itu bekerja menjadi fotografer terkenal dan sudah bisa menghasilkan uang sendiri dari pekerjaan yang ia ambil. Sedangkan Tasya well, sedang berusaha menemukan jati dirinya. Makanya sampai sekarang dia masih begajulan nggak jelas.

Menghela nafas ia hanya memandang pesan singkat itu tanpa berniat membalasnya. Iya masih butuh waktu untuk sendiri saja dulu. Menenangkan pikirannya.

Waktu menunjukan pukul 16:45. Sinar jingga dari sang surya sudah terlihat pertanda sebentar lagi ia akan kembali tidur, dan digantikan oleh sang rembulan.

God, please open their eyes to see how hurt I am. Doanya dalam hati

Tasya hanya ingin kedua orang tuanya mengakhiri perang dingin mereka. Entah kapan doa itu akan terkabulkan. Apakah esok? Lusa? Ataukah sama sekali tidak akan pernah di kabulkan.