Chereads / IT'S ME ANASTASYA / Chapter 6 - Part 6 - Otherside Anastasya

Chapter 6 - Part 6 - Otherside Anastasya

Kania dan Dania mendengus melihat sikap Tasya yang sangat santai kaya di pantai.

"Belum tuh, belum selesai nunggu sejam lagi deh kayanya." Jawab Kania ketus sedangkan Dania melipat tangan didepan dada sambil geleng geleng kepala melihat sahabat mereka yang satu itu.

"Ooo belum selesai," ucap Tasya seraya berbalik tapi Kania segera menahan tangannya.

"Eitsss mau kemana lo?"

"Mau balik ke tempat tadi, kan belum selesai." Tasya berucap polos dengan nada datar.

"Ampun sya!" Desah Kania dan Dania bersamaan sambil menepuk jidat mereka lelah melihat sikap sahabatnya itu.

Kemudian mereka berdua menarik Tasya menuju ke kelas. Sampai dikelas Kania dan Dania segera menuju kursi masing masing sedangkan Tasya sempat berhenti sejenak memandang cowo yang duduk di sampingnya itu dengan tatapan datar kemudian menduduki kursinya.

Selama jam pelajaran berlangsung Jhony diam diam memandang Tasya secara sembunyi-sembunyi dan tanpa seseorang pun sadari. Pikirannya dipenuhi tanda tanya mengenai kejadian kemarin.

Bell istrahat pertama berbunyi. Kania dan Dania bermaksud mengajak Tasya kekantin tapi Tasya menolak hanya menitip uang untuk membeli aqua dan snack.

Tasya beranjak terlihat buru buru dengan ekspresi bingung. Jhony diam diam mengikuti kemana Tasya pergi.

Taman belakang

"Dimana ya?? Apa mungkin jatoh?" Gumamnya seraya mengelilingi bangku taman mencari cari sesuatu.

Jhony yang sadar pun mengeluarkan sesuatu dari dalam kantong celananya. "Lo nyari ini?"

Tasya tersentak melihat liontin yang ada di tangan Jhony awalnya ia kaget tapi sesegera mungkin ia mengubah raut wajahnya jadi datar.

Tasya maju persis di depan Jhony mata mereka berdua bertemu. Tangan Tasya terulur hendak mengambil liontin itu tapi kalah cepat dengan Jhony yang segera menjauhkannya.

Dahi Tasya berkerut.

"Mobil sport yang kemarin lo pake ke mall dapat dari mana?" Tanya Jhony langsung.

"Bukan urusan lo." Balas Tasya dingin.

"Dingin banget sih gue cuma nanya doang."

Tasya diam.

Jhonny menatap Tasya lama sebelum akhirnya kembali bersuara. "Kalau lo mau nih kalung udah tinggal jawab aja tuh pertanyaan gue. Lagian gue cuma nanya satu pertanyaan doang."

Tasya diam dia tampak berfikir.

Jhony masih menunggu jawaban nya tapi saat diliat Tasya hanya diam dia kembali mengantongi kalung tersebut kemudian beranjak dan berkata "ya udah kalo lu nggak mau."

"Itu mobil temen gue."

Langkahnya terhenti mendengar jawaban Tasya. Ia kemudian berbalik menghadap Tasya lagi. "Teman lo cewe apa cowo? Trus namanya siapa?"

"Cowo. Namanya Riyan."

"Masa sih? Kok setau gue tuh mobil pernah dijadiin bahan taruhan di sirkuit balap dan yang menangin tuh mobil cewe."

Tasya diam.

"Jangan coba coba bohongin gue. Atau nih liontin bakalan gue buang." Ancam Jhony

Mata Tasya terbelalak kaget mendengar ancaman Jhony kedua tangannya terkepal. Tampaknya ia sedang menahan amarah.

"Atau jangan jangan cewe itu lo lagi!?"

Tasya diam.

"Kalau lo nggak ngaku gue buang nih." Jhony mengambil ancang-ancang siap membuang liontin itu, tapi sayang Tasya lebih cepat.

Segera ia menahan tangannya dan berkata "mau itu gue atau bukan itu sama sekali bukan urusan lo." Kemudian menarik kasar liontin tersebut dari tangan Jhony.

Tasya beranjak dari taman menuju kelas sedangkan Jhony masih menatap punggung Tasya yang perlahan mulai menjauh.

Lo benar benar udah jadi misteri ke 2 buat gue setelah dia. Batin Jhony.

Setelah sampai di kelas Tasya melihat Kania dan Dania tapi sepertinya ia sedang dalam mood jelek sekarang.

Tasya berjalan cepat menuju bangkunya mengabaikan tatapan Kania dan Dania, Ia menarik tasnya.

"Sya lo mau kemana?" Dania bertanya.

"Pulang!"

"Loh kok pulang sih bentar lagi kan masuk."

"Entar gue minjem buku lo pada."

"Oo-" Kania hendak berkata lagi tapi Tasya keburu keluar dari kelas.

Sampai di pintu Tasya berpapasan dengan Jhony ia melirik cowo itu tajam kemudian melanjutkan langkahnya keluar menuju parkiran.

Jhony pun sama sekali tidak memperdulikan tatapan Tasya ia kemudian berjalan masuk dan duduk manis di kursinya.

2 mata pelajaran terakhir jhony tidak bisa fokus. Sesekali ia melirik tempat duduk di sampingnya yang sudah kosong sejak bell istrahat pertama tadi.

Ia jadi merasa bersalah karena sudah mengancam Tasya seperti tadi. Pasti gadis itu tidak terima dan memilih pulang, Lagi pula liontin itu mungkin sangat penting baginya makanya dia bereaksi seperti di taman tadi.

Gimana kalau nanti dia jauhin gue karena ancaman gue tadi.

"Kok gue jadi mikirin dia sih?" Gumamnya

Apa gue minta maaf aja kali yah?

Terlalu sibuk dengan pikirannya sampai sampai ia tidak sadar saat guru matematikanya memanggil namanya.

"JHONY GEORGE!" sentak guru mata pelajaran di depan kelas.

"Aa iya bu saya" jhony tergagap sendiri.

"Kalau kamu tidak memperhatikan silahkan di luar!"

"Maaf bu"

"Lain kali jika saya menemukan ada yang tidak memperhatikan pelajaran saya maka saya tidak akan mengikutkannya ulangan minggu depan. Paham semua!" Kata Ibu Sukma selaku guru matematika di SMA yudistira

"Paham. Bu" satu kelas menjawab.

"Dan satu lagi, dimana Tasya?"

"Tasya pulang bu dia tidak enak badan." Jawab Dania

Bu Sukma hanya mengangut mangut mengerti dan kembali melanjutkan pelajarannya.

Jhony yang mendengar jawaban dania jadi merasa bersalah. Dia kemudian mencoba berkonsentrasi meski sulit karena masih memikirkan Tasya.

Mungkin gue harus minta maaf besok. Batinnya.

*****

Tasya mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju rumah. Sedari tadi perasaannya tidak tenang bercampur amarahnya kepada Jhony yang sudah mengancamnya tadi.

Kata kata ilmiah pun tak berhenti ia ucapkan bertujuan meredam emosinya saat ini. Ia tidak boleh sampai kehilangan kontrol atas dirinya kalau tidak, bisa gawat nantinya.

Sampai di rumah ia segera menuju dapur untuk mengambil air minum. Setelah meneguk habis minumannya handphonenya berbunyi menandakan panggilan masuk dan saat melihat nama mamanya terpampang disana.

"Assalamualaikum ma"

"..."

"Iya tasya dirumah pulang cepet hari ini ma."

"..."

"Apa!!" Tasya tampak kaget mendengar berita dari mamanya.

"..."

"Ya sudah tasya kesana langsung."

"..."

"Iya ma assalamualaikum."

Panggilan terputus setelahnya ia segera mencari kontak seseorang.

"Kaka dimana!" Tasya bertanya to the point pada Adnan.

"Kaka di studio dek kenapa? Kok kaya panik gitu." Adnan bertanya heran,

"Papa masuk rumah sakit kak."

"Apa!! Terus Kamu sekarang dimana?"

"Aku di rumah mau langsung ke rumah sakit." Tasya menjawab sambil bergegas mengambil kunci mobilnya.

"Ya sudah kaka juga langsung kesana kamu hati hati bawa mobilnya jangan ngebut ngebut." Peringat Adnan.

"Iya kak ya udah Tasya mau jalan sekarang kaka juga hati hati assalamualaikum."

"Walaikumsalam."

Setelah panggilan berakhir Tasya segera masuk kedalam mobil dan melaju menuju rumah sakit yang di sebut sang Ibu tadi.

Papa kenapa? Kenapa bisa papa kaya gini. Maafin Tasya kalau Tasya punya salah sama papa tapi Tasya sayang papa tolong jangan tinggalin Tasya. Batin Tasya berbisik lirih. Tanpa sadar air matanya sudah menetes.

Kurang dari 20 menit tasya sudah memarkirkan mobil di rumah sakit Dharma Djaya.

Ia berlari di sepanjang lorong mencari ruangan Ayahnya.

"Ma, papa kenapa?" tanya Tasya langsung.

"Ginjal papa rusak dan papa juga kena kanker hati." Tangis sang ibu pecah setelah berucap pada anak gadisnya itu.

Tasya membeku ditempat mendengar kata Ibunya barusan.

"Dokter sedang mencari pendonor ginjal yang cocok untuk papa. Dan untuk kanker hatinya dokter akan mencoba mencari solusi yang baik dan melakukan pengobatan."

"Apa!" Adnan yang baru datang juga kaget mendengar kata Ibunya barusan.

Tasya diam sementara mama dan Kakanya masih membicarakan mengenai operasi dan pendonor ginjal untuk ayahnya.

Apa yang harus aku lakukan. Mengapa kau memberi cobaan seberat ini pada keluargaku ya Allah. Batinnya meringis