Chereads / IT'S ME ANASTASYA / Chapter 5 - Part 5 - Think of you

Chapter 5 - Part 5 - Think of you

nggak mungkin banget kan cewe yang di maksud Ardi itu Tasya. Yakali Tasya ikut balapan liar.

Jhony masih tidak habis pikir apakah betul cewe itu Tasya?

"Tapi kok gue peduli bayi sama dia. Mau dia atau enggak kan nggak penting juga buat gue" Gumamnya berbicara pada diri sendiri.

Jhony duduk menikmati malam di balkon kamarnya masih dengan pikiran yang di penuhi tanda tanya mengenai Tasya, mobil Ardi, dan balapan.

Melihat Tasya tadi mengingatkannya pada anak kecil dimasa lalunya yang begitu aktif dengan senyum, terlihat sangat ceria dan Jhony berharap ia dapat bertemu lagi dengan cewe itu.

Lama berkelana dengan pikirannya akhirnya jhony memutuskan untuk menghubungi Ardi.

Telfon sekali belum ada jawaban dari seberang, Panggilan kedua barulah terjawab.

"Hallo." terdengar suara riuh dan derum knalpot dari seberang.

"Hallo di lo dimana.?"

"Lagi di sirkuit bro. Nape emang?"

"Nggak gue nanya doang. Bosen nih di rumah."

"Ya udah keluar aja main kesirkuit lagi seru nih tandingnya. Lagian lo udah kaya anak perawan di rumah mulu" Ardi bercanda receh yang dibalas dengusan oleh Jhony.

"Kamprettt lu"

Ardi tertawa mendengar jhony mencacinya.

"Iya iya lo share lokasinya entar gue nyusul kesana"

"Ok bro gue tutup dulu ya bye anak perawan" jhony yang mendengar panggilan itu merasa jijik.

"Ban***t"

Terdengar tawa yang menggelegar dari sebrang mendengar umpatan tersebut sebelum akhirnya panggilan dimatikan secara sepihak.

Jhony dengan segera mengganti bajunya dan mengambil kunci motornya. Tak lupa pula menyampirkan jaket kulit andalannya di bahu sebelah kanan.

Saat menuruni tangga terlihat kedua orang tua serta adiknya yang sedang berkumpul di ruang keluarga.

"Kamu mau kemana malam malam begini kak?" Ibunya bertanya.

"Mau main ke apartement Ardi ma. Bentar doang kasian duda di kamar apartemen sendiri" canda Jhony yang mendapat kekehan dari sang Ibu dan gelengan kepala dari sang Ayah.

Jhony menoleh melihat adiknya sibuk sendiri dengan potato chipsnya. Senyum jahil terbit di bibir Jhony.

"Dek apa tuh di kaki kamu!" Seru Jhony lantang.

"Aaaaa apa tuh!!!!"

Spontan Laurend langsung meloncat ke sofa dan melempar bungkusan potato chipsnya ke belakang dan Jhony dengan senang hati menerimanya. Berlari mencium tangan ibunya kemudian ngacir keluar bersama potato chip yang ia dapat.

Laurend yang sadar di kerjai akhirnya menatap tajam kakanya dan mengeluarkan suaranya yang melengking. "KAK JHONY!!!"

Jhony yang mendengarnya dari luar menyembulkan kepalanya ke pintu dan menjawab adiknya. "Love you too laurend."

Dan kembali ngacir keluar dengan motornya.

****

"Kak ayo buruan, entar ketinggalan kan nggak enak nontonnya setengah setengah." Teriak Tasya buru buru memasukan handphone, masker mulut dan powerbanknya kedalam slingbag miliknya.

"Iya iya bentar kaka ambil kamera dulu." sahut Adnan dari kamar.

Tidak lama kemudian keluarlah Adnan. Mereka berdua menuruni tangga bersama tapi Tasya berhenti begitu saja pada saat melihat Ayahnya masuk dengan keadaan tak karuan.

Mungkin lelah dengan pekerjaannya. Batin Tasya menebak.

Roman yang melihat kedua anaknya akan keluarpun hanya mengucapkan beberapa kata tanpa menghentikan langkahnya dan tanpa menoleh lebih lama.

"Pulangnya jangan kemalaman."

Tasya cengo di tempat mendengar Ayahnya berkata seperti itu. Tidak seperti biasanya ia akan memarahinya jika tau ia akan pergi untuk menonton balapan itu.

Ada yang aneh. Tasya berkata dengan isyarat mata kepada kakanya yang juga sedang menatapnya dengan tanya.

Masa bodoh dengan Ayahnya, Tasya segera turun menuju mobilnya. Sampai di depan pintu ia berbalik dan melihat sang kaka masih diam di tempatnya menatap punggung Ayahnya yang mulai hilang di balik pintu.

"Kak ayo!" Seru Tasya lagi.

"Aa iya." Adnan terkaget dari lamunannya dan segera menyusul adiknya ke mobil.

Sampai didalam mobil tak ada yang bersuara keduanya sibuk dengan pikiran masing masing.

Tasya mencoba mengakihkan pikirannya dari ayahnya tadi tapi sulit.

What's wrong with you dad. Hope you allright.

Walaupun aku benci sama papa aku tetap sayang sama papa.

Aku cuek bukan berarti nggak peduli sama papa. Tapi itulah caraku untuk menghindari hal yang tidak di inginkan terjadi. Tasya membatin dan memejamkan matanya sebentar.

"Kamu nggak apa apa sya?" Tegur Adnan

Tasya tersentak dari lamunannya dan menjawab. "Iya nggak apa apa kok kak." Memperlihatkan senyumnya yang sangat ia paksakan.

Adnan mengangguk dan tak lama sampailah mereka di sirkuit balap. Sebut saja ini dunia malam walaupun tidak seperti club tapi tak kalah ramai dengan club.

Adnan memarkir mobil tepat disebelah mobil riyan. Sebelum keluar Tasya memakai maskernya dan topi serta jaket kulit agar tak ada yang mengenalinya.

"Ayo turun." ajak Adnan yang dibalas anggukan dari Tasya.

Tasya bergabung berdiri di antara Riyan dan Adnan. Tapi sebelumnya Adnan dan Riyan bertos ria dan berbasa basi sebelum mereka fokus memperhatikan balapan.

"Sya masih inget cowo yang kemarin nggak" Riyan bertanya dengan nada yang sengaja dibesarkan agar terdengar.

"Yang mana?"

"Itu yang mobilnya lo rampas"

Tasya menaikkan sebelah alisnya heran dengan pernyataan riyan. Tapi beberapa menit kemudian ia mengangguk mengiyakan.

"Noh dia noh berdiri disana mulu ngeliatin ke sini. Kayanya dia nyari lo deh sya."

"Kok gue?"

"Ya kan yang ngalahin dia elo sya."

Tasya hanya berohria.

Tak lama kemudian sirkuit break untuk beberapa menit sembari menunggu pembalap selanjutnya.

Saat merasa ada yang aneh Tasya baru menyadari kalau ia melupakan slingbagnya di mobil.

"Kak kunci mobil mana?"

"Buat apaan?"

"Mau ngambil handphone entar Kania nelfon"

Adnan merogoh saku dan memberikan kunci pada tasya.

Setelah mengunci mobilnya betapa kagetnya ia saat melihat Jhony di sana. Bersandar pada motor nya dan memainkan handphonenya.

Tasya segera menurunkan topinya agar tak di kenali sama sekali oleh Jhony. Dan berjalan dengan sedikit berlari kecil. Tapi tiba tiba ia menabrak seseorang.

Saat mendongak ia menelan ludahnya sendiri melihat Jhony sudah berdiri di hadapannya.

"Eh sorry sorry,"

Tasya tidak menjawab dan segera berjalan cepat meninggalkan Jhony.

Jhony memandang heran orang yang ia tabrak barusan. Ia seperti mengenalnya dan pernah bertemu tapi ia lupa dimana.Tak mau pusing ia segera pergi dan bergabung lagi dengan Ardi.

"Lo dari mana sih lama amat cuma nelfon doang." Sembur Ardi langsung.

"Tadi gue nggak sengaja nabrak cewe makanya lama."

"Cewe? Cewe mana?"

"Ya kali, mana gue tau! setelah nabrak udah dia langsung pergi gitu aja."

"Kasian lu Jhon di kacangin cewe. Miris…" Ardi cengengesan. Jhony yang greget menabok keras kepala ardi.

"Heran gue sama otak lo. Kok nggak pernah bener dari dulu."

"Otak gue udah bener kok tapi kalau sama lu korslet mulu. Lu kan tegangan tinggi Jhon." Ardi berkata dan tertawa setelahnya.

Tak lama kemudian Ardi menepuk kerah bahunya.

"Jojo, itu tuh cewe yang ngalahin gue tanding kemaren." Kata ardi sembari menunjuk cewe yang berdiri di antara cowo cowo tampan.

Memakai jaket, masker mulut, dan topi persis dengan cewe yang tadi ia tabrak.

"Itu kan cewe yang gue tabrak tadi."

"Lu nabrak tu cewe!?"

"Iya emang kenapa?"

"Wah cari mati lu"

"Ngapa sih? Gaje banget lu ular. gue itu nyari idup bukan nyari mati."

"Cewe itu keras bro. handal berantem juga. katanya sih terkenal dingin jadi sebaiknya lu hati hati lah." Nasehat Ardi lagi.

Jhony yang mendengar itu semakin penasaran. Handal berantem? Dingin? Jago balapan? Terkesan kaya badgirl banget tuh cewe.

....

Hari ini seperti senin biasanya SMA yudistira mengadakan upacara pagi. Dan yah seperti kebiasaan sebelumnya juga Tasya tidak mengikuti upacara tersebut. Jangan tanya kenapa, dia suka dengan keributan tapi tidak disekolah dia suka gelap bukan terang dan teriknya matahari seperti sekarang. Dan yakinnya kalian pasti tau dia dimana sekarang. Dimana lagi kalau bukan di rooftop sekolah.

Upacara berlangsung kurang lebih 30 menit dan sekarang semua siswa sudah kembali ke kelas bersiap mengikuti pembelajaran. Kania dan Dania sedari tadi celingak celinguk mencari Tasya.

"Mana sih tuh bocah satu. Nggak apel pagi nggak upacara ngilang aja kerjaannya." Kania mendumel di ikuti anggukan dari Dania.

"Iya nih udah kaya setan tau nggak. Ngilang sana ngilang sini mulu." Tambah Dania.

Tak lama kemudian yang dicari sedari tadi akhirnya nongol. Masih dengan santai dia berjalan menghampiri Kania dan Dania.

"Udah selesai?" Ia bertanya santai.

Demi apapun ingin sekali rasanya menjambak rambut gadis dengan ekspresi tak berdosa di hadapan mereka itu.