"Kak adnan bangun!" Tasya menggoyang tubuh kakanya itu.
Yang di bangunin hanya menggumam tidak jelas dan membalik tubuhnya membelakangi Tasya.
"Kak adnan bangun. Ih, kebo banget sih.!!"
No respon from Adnan. Tasya mulai jengkel.
"KAKA ADNAN BUDIANTO EMERALD BANGUN!" teriak Tasya.
"Dikit lagi," Adnan masih bergelung dengan selimutnya yang hangat.
Tasya geram sendiri melihat kakanya yang tak kunjung membuka matanya. Dan sebuah senyum licikpun terbit di bibir mungil perempuan manis itu. And,
BRAK
"Ah," Tasya menendang adnan dari kasur dengan posisi yang bisa dikatakan tidak baik.
Kepala duluan yang mencium dinginnya lantai. Tentu saja sakitnya berasa terlebih sangat.
"Ya ampun kak Adnan ngapain di bawah?" Tasya bertanya dengan memasang muka polosnya.
"Sshh, lagi nyari golok buat menggal kepala hamster yang lagi duduk di kasur." Jawab Adnan sarkastik menatap tajam Tasya sambil merintih memenpgang wajahnya yang tersungkur mengenai lantai yang dingin tanpa karpet.
"Hamster?" Bertanya Tasya kemudian mengamati sekitar mencari hamster yang dikatakan kakanya barusan. "Dimana?"
"Disini!" adnan menyerang adiknya dengan gelitikan, dibagian perut.
Tasya yang tak siap langsung terbaring di kasur dan mencoba menghindar dari kejailan kakanya.
"Kak adnan geli," Pekiknya dengan tawa yang pecah.
Tidak berhenti di situ Adnan masih terus menggelitiki Tasya, "Ini nih, hamster yang pagi-pagi udah bikin naik tanduk."
Tasya masih terus tertawa hingga mengeluarkan air mata di sudut matanya karena tawa. Saat merasa cukup puas membalas kejailan adiknya adnan berhenti dan Tasya mulai bernafas lega.
"Kak Adnan iseng banget sihh, bikin perut aku sakit tau."
"Lagian yang duluan ngerjain siapa." Tuntut Adnan tak mau disalahkan.
"Kak Adnan lah siapa lagi."
"Kaka?!" Meliat tatapan Adnan yang sepertinya sudah siap menyerang lagi Tasya hanya nyengir dan menaikkan jari tengah dan telunjuknya memberi tanda damai.
"Piece, kak" cengir Tasya.
"Lagian kamu ngapain sih dek bangunin pagi-pagi buta gini? Kaka masih ngantuk tau." Adnan bersiap untuk mengambil selimutnya lagi. Tapi tertahan oleh Tasya.
"NO! Kaka nggak boleh tidur lagi."
Adnan mengernyit heran. Ada apa lagi dengan adiknya ini? Ini baru pukul 4 subuh.
"Kak aku lapar." Rengek Tasya.
Adnan yang mendengar itu kaget. "Jangan bilang kamu nggak makan malam dek," yang di tanya nyengir menunjukan wajah polosnya.
"Ya ampun Tasya," Heran akan sikap adiknya akhirnya Adnan bergerak turun dari kasur.
"Kaka mau kemana?"
"kan lapar? Ya udah ayo makan."
"Tapi nggak ada makanan kak."
"Kamu udah cek?"
Tasya mengangguk.
Adnan menghela nafas pelan dan memandang adiknya lagi. "Nanti kaka masakin."
Tasya tersenyum lebar mendengar kakanya akan memasakannya. Dari SMP Adnan memang sangat pandai di dapur mengolah bahan masakan sedangkan Tasya jangankan masak mengiris bawangpun ia tidak tau.
Setelahnya ia turun dari kasur menyusul kakanya yang sudah berjalan duluan menuju dapur. Sampai di dapur adnan mulai meracik bumbu untuk membuat nasi goreng kesukaan adiknya itu. Sedangkan Tasya duduk manis di meja makan dan memperhatikan kakanya memasak dengan sabar. Nasi goreng dengan telur setengah matang dan irisan sosis, serta bawang goreng diatasnya.
Ia sengaja memasak lebih untuk dirinya juga. Itung itung sarapan subuh.
Setelah selesai ia membawa 2 piring nasi goreng ke meja makan. Tasya yang melihat kakanya sudah memegang piring nasi goreng tersenyum semakin lebar dengan mata berbinar. Tak lupa pula menyediakan susu coklat dan air putih untuk mereka berdua.
"Kak," panggil Tasya disela sela kunyahannya.
Adnan hanya berdehem membalas panggilan adiknya.
"Kak hari ini ada janji nggak?"
"Emm, nggak. Kenapa?"
"Temenin lari pagi yah," Tasya memohon dengan puppy eyesnya.
Adnan menghentikan sendoknya di udara dan menatap heran adiknya. Yang ditatap hanya menaikkan alisnya sebelah.
"Tumben banget dek mau lari pagi? Kesambet yah?"
"Nggak."
"Atau sakit?" Adnan mencondongkan tubuhnya dan mengecek suhu badan tasya. "Nggak panas." gumamnya.
"Ih, kak aku baik. Hanya pengen aja lari pagi berhubung weekend."
Adnan mangut mangut. "Iya tapi selesai sholat subuh."
"Ok"
Tak lama kemudian terdengar langkah kaki seseorang menuruni tangga. Dan muncullah wanita paruh baya yang masih terlihat cantik di usianya yang menginjak kepala 3 itu.
"Eh," kagetnya. "Kalian kok bangunnya pagi banget."
"Ini ma, tadi Tasya lapar jadinya bangunin kak Adnan terus minta dimasakin nasi goring." jawab Tasya.
"Loh kok nggak bangunin mama sih. Biar mama masakin."
"Nggak apa apa kok ma lagi pula kak Adnan kan ada."
Monika yang melihat anak anaknya lahap menikmati nasi goreng tersenyum dan mengusap kepala keduanya.
"Maafin mama yah."
"Mama kenapa minta maaf?" Kali ini Adnan yang bertanya.
"Gara gara mama kalian jadi sasaran amukan papa kalian." Monika berkata dengan nada sedih.
"Kita nggak apa apa kok ma, Mama jangan sedih. Lagi pula mama nggak salah kok, Papa mungkin lagi banyak kerjaan makanya sering kebawa bawa sampe rumah." Adnan menenangkan mamanya yang sudah meneteskan air mata sedangkan Tasya yang melihat itu entah kenapa hatinya terasa sakit.
Tasya tidak pernah suka melihat mamanya menangis. Makanya sejauh ini kalau kedua orang tuanya bertengkar ia hanya akan menulikan telinganya. Tapi dalam hatinya sungguh rasanya ia ingin memeluk wanita di hadapannya dengan erat agar tidak menangis lagi. Tapi juga ia tidak bisa entah kenapa.
"Ma," panggil tasya.
Monika menengadah melihat putri satu satunya yang kini sudah tumbuh sangat dewasa dan sangat mirip dengannya saat muda dulu.
"Mama jangan nangis yah. Tasya nggak suka liat mama nangis. Tasya sayang sama mama, Mama itu wanita paling kuat yang pernah Tasya temuin jadi liat mama nangis rasanya Tasya sakit." Tasya meraih tangan mamanya dan menaruhnya di dadanya. "Rasanya di sini tuh sakit liat mama netesin air mata." Ungkap Tasya menghapus cairan bening yang jatuh di pipi mamanya.
Monika yang mendengar itu semakin terisak dan memeluk putrinya itu. Adnan yang melihat itu tersenyum dan ikut merangkul kedua wanita yang ia sayangi.
Tak lama mereka selesai berpelukan Adzan subuh pun berkumandang.
"Ma, sholat bareng Tasya yuk." Ajak Tasya memegang tangan mamanya.
Monika mengangguk. "Iya kalian duluan aja mama beresin ini sebentar."
"Biar Tasya bantu."
Selesai merapikan piring makan dan gelas mereka bertiga mengambil wudhu dan bergegas ke kamar khusus untuk sholat. Kali ini Adnan jadi imamnya.
Setelah sholat Tasya mencium tangan dan pipi sang mama begitu pula dengan Adnan. Saat melihat jam dinding Tasya dan Adnan pun pamit untuk ketaman kota melakukan olahraga pagi.
*****
Sampai ditaman mereka berlari kecil, berdampingan mengelilingi taman. Setengah jam lamanya mereka berkeliling akhirnya memutuskan istrahat di sebuah bangku taman yang kosong.
Tasya duduk sambil memandang beberapa orang lewat berdampingan melakukan kegiatan yang sama dengannya.
Sedangkan adnan sendiri pergi membeli air minum untuk mereka berdua.
Saat sedang melihat lihat tak sengaja matanya beradu tatap dengan mata seorang pria yang tengah berdiri di dekat trotoar jalan. Untuk sesaat mereka saling mengunci pandang. Sebelum suara Adnan terdengar dan memutus kontak mata diantara mereka
Tak lama kemudian Adnan datang dengan menyodorkan minum pada Tasya setelah menerimanya tasya kembali melempar pandangannya kedepan tapi orang yang tadi ia liat sudah pergi entah kemana.
Kaya kenal? tanyanya dalam hati.
*****
Other side.
Seorang pria baru saja naik kedalam taksi setelah memutus kontak mata dengan seorang gadis yang duduk di bangku taman kota sendirian.
Lama memperhatikan gadis itu dari jauh.
"Jalan pak" supir mengangguk dan membawa pergi pria misterius itu.
Seutas senyum tipis terlukis diwajah dinginnya.
...
Masih seputaran weekend kata orang weekend identik dengan malas malasan. But well sepertinya tidak dengan pria blasteran indo-LA ini. Jhony George
Dalam kamusnya tidak ada weekend yang ada hanyalah break.
"Kak jhony!" Teriak Laurend dari lantai 1.
Jhony yang mendengar teriakan adiknya mendengus sebal. Mengabaikan teriakan adiknya ia kembali fokus pada Mcbooknya.
BRAK! BRAK! BRAK!
Suara gedoran pintu kamarnya terdengar membuat si empunya mendelik. Adiknya baru hendak menggedor lagi saat pintu itu terbuka dan otomatis ia terjungkal langsung jatuh.
Satu yang baru terungkap. Laurend ini suka sekali terjatuh. Terjungkal. Dan sangat ceroboh.
"Ah," Rintihnya "kak Jhony kalau buka kira-kira dong. Tuhkan jadi jatoh."
"Lah, yang gedor-gedorkan kamu dek. kok kaka yg di salahin??"
"Ckck tau ah, tuh ada temen kaka nyariin dari tadi."
"Temen?"
Jhony melangkah mendahului sang adik yang masih terus mengomel. Dan diliatnya di lantai bawah seorang pria sebayanya.
"Di kapan datang?"
Cowo yang disapa itu berbalik. Ardianto Rizaldi atau akrab di sapa Ardi sahabat masa kecil yang 3 tahun lalu pindah ke LA menemani sang bunda yang sakit sekaligus membantu ayahnya di perusahaan.
Ia Tersenyum kepada Jhony dan menjawab "hay bro, lama nggak ketemu." Mereka saling mendekat dan ber tos-ria ala mereka "baru kok seminggu yang lalu"
"Wah kok nggak ngabarin sih, kan bisa gue jemput di bandara."
"Nggak apa apa bro entar ngerepotin. Lagi pula gue nggak lama kok cuma sebulan di indo habis itu balik lagi."
"oh iya lu tinggal dimana di indo?"
"Apartemen deket sini juga."
Jhony beroh ria. "Gimana dunia liar lo? Masih sering di kunjungi?" Lanjutnya.
Ardi tertawa dan menjawab. "Wah masih lah, ya kali gue mau ninggalin hobby gue."
"Yaya gue ngerti" kekeh Jhony pelan.
"Eh ngomong ngomong di indo keren yah dunia malamnya. Cewe-cewenya pada antimainstrem bro." Ardi tertawa
Jhony ikut tertawa "dasar lo otak ngeres banget."
"Eh btw, lamborghini lo kemana di?" setelah menyadari bahwa sahabatnya itu dating dengan BMW hitamnya, bukan dengan Lamborghini yang biasa ia pamerkan padanya.
"Gue jadiin bahan taruhan kemarin malam dan gue kalah bro, kalah sama cewe. Lo bayangin aja." Ardi mulai bercerita mengenai pertandingan kemarin malam.
Yup kalian sudah bisa menyimpulkan kan siapa yang mendapatkan lamborghini itu. Tasya emerald lah yang punya. Dan Ardianto Rizaldi lah yang menantangnya dimalam itu dan sangat disayangkan ia harus menelan pahitnya kekalahan untuk yang kedua kalinya.
Dan yang benar saja dia dikalahkan cewe. Hell mau taro dimana muka Ardianto yang tampan itu.
"Seriusan lo kalah sama cewe?"
"Seriusan elahhh ya kali gue bercanda. Dan ini ya, gue bilangin dia itu penggila mobil balap men."
"Hell." Decak jhony kagum.
"Itulah yang gue bilang kalau cewe-cewe indo itu antimainstream."
Jhony masih terkagum kagum dengan cewe yang berhasil mengalahkan sahabatnya itu. Beberapa kali bertanting memanglah dia jarang sekali kalah dan masa untuk ini juga dikalahkan sama cewe. Itu sangat memalukan bagi Jhony. Dia jadi penasaran dengan cewe itu. Kira kira siapa.
Lama bertukar cerita dengan sahabatnya itu akhirnya Jhony memutuskan untuk keluar bersama hitung hitung menghabiskan waktu dengan sahabatnya itu sebelum Ardi kembali ke LA.
*****
Setelah kegiatan bermain PS dengan kakanya Tasya memutuskan untuk berkeliling. Tentu saja dia mengajak Adnan ikut serta, dia sedang malas sendirian.
Sampai di pusat perbelanjaan Tasya memutuskan untuk membeli beberapa perlengkapan kosmetik miliknya dan baju baru. Adnan yang mengikuti adiknya sesekali memotret kegiatan Tasya dalam memilih milih baju. Tak jarang pula ia meminta tasya agar bergaya seolah memamerkan barang yang di belinya.
Dan Tasya dengan senang hati mengiyakannya. Tak lama kemudian Tasya merasa perutnya berbunyi meminta jatah makan.
Mereka turun ke lantai 2 untuk makan. Sampe di lantai 2 mereka lebih memilih ke MCdonald sembai menunggu pesanan mereka datang sesekali tasya melempar pandangannya keluar jendela terliat seperti menerawang jauh.
Sedangkan Adnan sibuk meliat liat hasil potretannya.
"Kak," Tasya mulai bersuara.
Adnan berdehem menjawab tanpa mengalihkan tatapannya dari kamera yang ia pegang.
"Kok aku ngerasa aneh yah?"
Adnan mendongak menatap tasya "aneh kenapa?"
"I have a bad feeling about dad."
"Bad feeling like what?"
"Bad feeling like ... we will lose him." Tasya menjawab seraya menyeruput minumannya.
"Kenapa tiba-tiba ngerasa gitu?" Adnan bertanya heran.
"Entahlah kak, aku mungkin terpengaruh dengan mimpi yang semalam."
"Jangan terlalu kau pikirkan sya, Itu hanya mimpi."
Tak lama kemudian pesanan mereka pun datang.
"Tapi kak aku merasa itu akan terjadi. Feelingku kuat." Kekeuh Tasya.
"Sudahlah sya, sebaiknya kamu makan. Tadi katanya laper." Adnan mencoba mengalihkan pembicaraan.
Tasya melihat makanan didepannya seketika selera makannya jadi hilang, mengingat perasaannya yang sangat tidak tenang.
Adnan menyadari kegelisahan adiknya pun berujar. "Everything's gonna be all right." Adnan berusaha meyakinkan adiknya.
Tasya yang meliat kesungguhan di mata sang kakapun perlahan menghela nafas dan tersenyum kepada Adnan.
Tak lama kemudian ponsel Tasya mengintrupsi, sebuah pesan masuk dari iyan.
Received message
From : riyan
Sya nanti malem dateng yang di sirkuit biasa. Ada balapan lagi nih.
Adnan yang menatap Tasya tersenyum pun bersuara "siapa?"
"Riyan." Jawab Tasya dan Adnan tau jika Riyan yang menghubunginya pasti ini ada hubungannya dengan balapan.
Helaan nafas terdengar dari mulut Adnan. "Ada balapan lagi?"
"Iya nanti malem" Tasya mengangkat wajahnya dan bersitatap dengan sang kaka.
"Mau nonton balapan atau mau ngikut balapan." Adnan bertanya lagi.
"Mau nonton aja kok kak"
"Ya udah kaka ikut kali ini!" Ucapnya tegas.
Tasya tersenyum sambil mengangguk dan melanjutkan makannya.
Setidaknya kaka nemenin aku seharian ini. Batin Tasya.
*****
Other side
Ardi berhenti di parkiran mobil saat melihat sebuah mobil sport yang sangat ia kenali. Ia berjalan mendekati mobil tersebut dan memperhatikannya dari dekat.
"Lu kenapa di?" Jhony datang dan menepuk bahu sahabatnya itu. "Lah ini bukannya mobil lu yah?" Lanjutnya lagi menyadari mobil di depannya ini seperti mobil Ardi.
"Iya ini mobil gue. Wah berarti tuh cewe ada di sini."
"Cewe? Yang ngalahin lo balapan itu?"
Ardi menoleh dan menatap tajam sahabatnya itu. "Nggak usah di perjelas amat kali jhon"
Jhony terkekeh. Membuat sahabatnya itu marah memiliki kesenangan sendiri untuk Jhony.
Saat mereka hendak melangkah masuk pusat perbelanjaan tiba tiba alarm mobil sport tersebut berbunyi dan tak lama si empunya datang. Ardi dan Jhony menoleh bersamaan, Ardi tampak memasang wajah songongnya dan Jhony memandang kaget melihat Tasya dengan seorang pria yang lebih dewasa darinya. Dan lebih kagetnya lagi pria yang bersamanya membukakan pintu mobil sport tersebut untuknya sedangnya ia langsung ke bangku kemudi.
Kalau dikaitkan berdasarkan cerita Ardi tadi yang mengalahkannya adalah cewe.
Jangan jangan cewe yang dimaksud ardi itu Tasya lagi. Batin Jhony.
...