Lelaki berbalut jas berwarna hitam itu sedang memijit pelipisnya pelan. Hati dan pikirannya terasa panas, bahkan air conditioner yang sedari tadi hidup pun tak dapat menyejukkan nya.
Dasi yang ia longgarkan sambil tangan tak berhenti membulak-balikkan kertas dihadapan wajah. Tatapan tajamnya beralih kepada seseorang yang mengetuk pintu ruangan. "Lagi?!" tanya nya.
Sedang yang berada di depan pintu hanya mengangguk sambil tersenyum.
"Carikan wanita cantik yang lain, saya tidak suka!" titahnya dengan suara tegas dan tak terbantahkan.
"Mereka semua sudah masuk sesuai kriteria Hun, mau cantik seperti apa lagi?"
Sehun menatap bawahannya tak suka.
"Jangan mentang-mentang kita teman, kamu seenak nya saja membantah perintah atasanmu Baekhyun" ucapnya dengan nada formal yang terlihat tak bersahabat.
Sedang Baekhyun yang disebut namanya tadi terkekeh pelan lalu mengangguk. "Baik lah bos besar. Nggak usah marah, dan juga bahasamu… sangat kaku"
Ugh! Baekhyun meringis geli!
Yang di katakan sebagai bos besar adalah Sehun Orlando Bangsawan, seorang CEO muda yang sudah sukses memiliki perusahaan sendiri. Sehun yang dimaksud jaehyun kemarin adalah kakak nya sendiri.
Putra kedua dari seorang Berlian Suho Bangsawan. Lelaki itu sedang membutuhkan model untuk majalah keluaran terbarunya. Ia menatap bawahannya dengan tajam lalu menunjuk tumpukan berkas yang berisikan biodata didepannya. "Mereka semua tidak sesuai kriteriaku!"
"Baiklah tunggu sampai besok Hun, aku akan carikan model yang sangat kamu idam-idamkan!" final Baekhyun lalu meninggalkan bos nya sendiri.
Sehun menghela nafas lelah sambil menyandarkan punggungnya di kursi yang ada. Tak lama atensinya beralih kepada sebuah benda pipih berteknologi canggih.
"Halo mi, ada apa?"
"Salam dulu Sehun, punya agama kan?" suara seorang wanita di seberang sana terdengar menyindir.
"Assalamualaikum. Kenapa mi?" ucap Sehun mengulang pertanyaannya.
"Malam ini jangan pulang larut, mami mau ngomong!"
"Ngom—"
"Assalamualaikum" tutup mami nya cepat.
"Waalaikumsalam"
Sehun menghela nafas lelah sekali lagi. Kenapa mami nya sangat suka menutup telfon saat dirinya belum selesai bicara sih?
—
"Kamu kapan nikah sih Hun?!" seru wanita didepannya tak suka.
"Nanti mi… belom ada yang pas" jawab Sehun tenang sambil meminum teh yang terletak di atas meja.
"Dari dulu belom ada yang pas terus! Cari alasan yang lain dong Hun. Mami bosen dengernya!" kalau ini Airin Irina Shadiqa. Istri dari Berlian Suho Bangsawan atau mami dari Sehun dan Jaehyun. Wanita itu berdesis menatap putra keduanya.
"Apa jangan-jangan kamu…"
"Sehun bukan gay mi" jawab Sehun cepat yang tahu akan maksud dari tatapan sang ibu.
"Ya terus apa dong! Umur kamu udah Dua puluh delapan tahun Sehun, sampai kapan mau ngelanjang terus!" semprot Irina.
"Nggak enak loh hun mandi sendiri" tambah Suho—sang ayah.
"Nanti, tunggu waktu yang pas Sehun bawa kesini" yang lagi-lagi dijawab Sehun dengan nada yang lembut. Selembut pantat bayi.
"Waktunya itu kapan? Mau sampai nunggu mami mati? Iya!" Dengkus Irina tak suka.
"HUSH! Mami apaansih ngomongnya!" peringat Suho yang duduk disamping nya.
"Pokoknya tunggu aja mi, suatu saat pasti Sehun bawa kehadapan mami sama papi. Sehun pamit mau masuk kekamar dulu, lagi banyak kerjaan" pamitnya.
Sedang Irina memekik kesal sambil menatap punggung putra kedua nya yang kian menjauh. "Awas aja sampe nyolo lagi ya Hun! Udah malem!"
Astagfirullah Sehun sabar, Sehun kuat.
Ia menutup pintu kamarnya yang kedap suara. Omongan mami nya begitu menusuk sang telinga.
Disuruh cari jodoh dipikir segampang nawar harga baju dipasaran ya? Hih, dia bergidik ngeri menatap pintu kamarnya.
Sehun merebahkan tubuh nya diatas kasur empuk miliknya. Mencoba gaya tidur senyaman mungkin. Tetapi tak berhasil alhasil tatapannya jatuh ke sebuah ruangan yang terletak d ujung kamarnya.
Kamar mandi.
Pikirannnya teringat akan ucapan mami dan papi nya tadi.
"Nggak enak loh Hun mandi sendiri"
"Awas aja kalo nyolo lagi! Udah malem!" Seperti itulah kira-kira.
"PERSETAN!" ucapnya lalu berlari menuju kamar mandi.
Sudah tahu kan apa yang akan Sehun lakukan? Bahkan jika dirinya akan jatuh sakit esok harinya. Tak apa yang penting rasa sesak dibagian bawahnya bisa ia tuntaskan dulu. Begitulah kira-kira batin iblis Sehun berkata.
Sungguh tidak ada akhlak!
—
Sehun menaikkan bingkai kaca matanya yang terlihat turun. Menarik nafas kasar tatapannya lalu beralih keluar jendela.
Hujan, lagi-lagi kota Jakarta sedang diguyur hujan lebat pagi ini. Lelaki itu memijat pelipisnya pusing akibat kegiatannya semalam. Ini semua karna mami!
Yang terus menerus membahas tentang kapan ia menikah. Ketukan pintu lagi-lagi mengalihkan atensi nya. "Masuk" perintahnya.
Nata tersenyum kaku, membenarkan kemeja putihnya yang sedikit kusut. Lalu duduk tepat di depan hadapan Sehun.
Wow, gadis itu menganga lebar. Pahatan wajah kakaknya Jaehyun seperti patung hidup! Benar-benar masya allah sekali!
"Permisi pak, saya Dinata Ayu Mahapraja"
ucapnya memperkenalkan diri.
Tak lupa Baekhyun yang berada disampingnya datang sambil membawa sebuah map yang berisi CV.
"Temannya Jaehyun ya?" tanya Sehun.
Matanya asik menatap lembaran map bewarna biru membuat Nata berkali-kali berdeham menghilangkan rasa gugupnya.
"I-iya"
"Kamu cantik, bahkan tinggi badan professional, dengan nilai akademik yang bagus dan memuaskan" puji Sehun. Sontak Nata memekik girang dalam hati, ingin bersujud syukur saat ini.
"Tapi kamu—saya tolak"
Bagai ditimpa beban punggung Nata melemas seketika. Bola mata Baekhyun pun serasa hampir keluar dari tempatnya. "Kenapa?!" tanya mereka berdua kompak.
"Saya terima mau bekerja dibidang apa pun kok pak" ucap Nata memastikan, dirinya berharap-harap cemas meminta persetujuan lelaki didepannya.
"Ya sudah kalau begitu… menikah dengan saya"
Sangat santai, datar, dan tanpa bantahan. Sehun Orlando sekali bukan?