Lagi, dan seperti biasa Sehun duduk di kursi kebesarannya. Dengan tatapan mata tajam dan rahang yang terlihat tegas, ia menatap majalah keluaran terbaru yang baru saja dirilis dua hari lalu dari perusahaan milik nya.
Otak Sehun masih berpikir keras, harus mencari seorang model baru dengan nilai akademik yang bagus disertai visual yang mantul. Bukan Nata tentunya, sebab gadis itu telah menolak tawaran dan rezeki nomplok dari seorang Sehun Orlando.
Dering nada ponsel bergetar mengejutkan dewa batin Sehun yang sedang konsentrasi. Dengan nama yang tertera dilayar.
CKB 1 is calling...
"Ya?" seperti biasa, sangat datar dan langsung ke inti.
Suara berat seorang pria disana menyapa indera pendengaran, yang sangat—amat Sehun kenali, siapa lagi kalau bukan sang kakak. Anak pertama dari pasangan Suho X Irina.
Bernamakan Chanyeol Kusumo Bangsawan, pemilik agensi music terbesar di seluruh dunia. "Cepet pulang, gue dirumah nih baru dateng" yang nada suara nya sangat riang.
"Oke tunggu!" setelah itu telephone dimatikan berganti dengan suara decitan kuda besi milik seorang Sehun Orlando yang membelah jalanan padat kota Jakarta dengan mobil Lamborgini.
"Baru sampe Hun? Gandengan nya mana?" dimana Sehun baru saja menjatuhkan bokong nya dikursi sofa langsung saja seorang Pradita Windi Mahagaluh istri dari pemilik agensi Loey ENT yang merupakan mantan model di majalah ternama miliknya bertanya.
"Belum, masih dijalan Win" yang dijawab oleh Irina sambil menggendong sang cucu. "Sampai pusing kepala mami nanyain perihal jodoh si Sehun"
"Sabar mi—"
"Sabar pantat mu Hun! Mau sampai kapan jomblo terus?" sinis nada bicara nya, Chanyeol sampai meringis memandang adik keduanya, iba.
"Mungkin masih dalam perjalanan, tunggu aja mi" niat ingin menghibur malah jadi penabur emosi. Saat Irina langsung bercocot tanpa spasi.
"Mami mau sabar gimana lagi si Yeol? Sehun itu umurnya udah dua puluh delapan tahun, seharusnya udah beristri dan berbuntut satu kayak kamu. Perihal masa lalu—"
"Mi" tegur sehun.
"Harus dilupakan! Mau sampai kapan kamu harus hidup di dalam bayang-bayang wanita itu?" yang keberadaan sang cucu sudah beralih kepada Windi untuk diberikan kepada sang pengasuh.
"Nggak usah bahas masa lalu, ini nggak ada hubungannya mami" tekan Sehun. Tangan yang bebas memijit pelipisnya pusing, mami selalu saja membahas dan menyangkut pautkan hal ini.
"Tentu saja ada Orlando" balas Irina dengan memanggil nama tengah sang putra. "Kalau kamu nggak terus terpikirkan wanita itu dan terpaku dimasa lalu mungkin kamu sudah berkeluarga sekarang!"
"MAMI!"
"Apa? Kamu berani teriak-in mami? Yuna itu sudah mati Hun, dan perihal kejadian tujuh tahun silam seharusnya dilupakan!" yang semakin menjadi - jadi dan bertambah sengit perdebatan ini, Suho yang baru saja kembali dari arisan para milliuner pun sampai terkejut. "Ada apa ini?"
"Anak kamu itu pi, selalu saja terpaku dengan masalalu!"
"Masalah itu lagi?"
"Sehun belum menikah sampai saat ini mungkin karna belum ada jodohnya mi" timpal Windi menenangkan, salah mulut nyinyir nya juga sih yang suka bertanya tanpa memandang tempat.
"Terserah mami nggak mau tahu, pokoknya besok lusa kamu bawa calon kamu menghadap ke mami" ucap Irina tanpa bantahan. "Atau kamu mau dijodo—"
"Nggak ada jodoh-jodohan, sudah tiga kali mami jodohin Sehun tapi semua itu gagal" yang pikiran Sehun berkelana, mengingat tiga wanita cantik bernampilan elok serta sedap dipandang yang rupanya lesbi dan sudah bersuami, terakhir adalah wanita itu merupakan banci asal Thailand.
Ugh Sehun meringis geli sampai ke arteri!
"Kalau nggak mau di jodohin, bawa calon kamu besok lusa. Ketemu mami, tempatnya nanti tinggal di sharelock!" tegas dan tidak mau dibantah. Irina menutup pintu kamar nya dengan kencang beruntung pintu itu terbuat dari kayu jati peninggalan nenek moyang Suho dulu.
—
Dulu sekali, Sehun dan Irina pernah bertengkar—hebat. Batas bersitegang nya melebihi aura mencengkam seperti siang tadi.
Sampai-sampai ada teriakan dan tangisan yang menggema. Sehun yang menolak dijodohkan serta mami yang menangis karna Sehun—putranya mengidap depresi berat.
Berujung Irina yang masuk ruang inap, diselipi rasa bersalah serta kata minta maaf dari sang putra. Sehun kala itu sedang kalap—sebab ditinggal pujaan hati. Disaat kuburan masih basah mami malah ber-usul seperti itu.
Yang kini cairan bening itu kembali turun dari pelupuk mata seorang Sehun. Menangis seorang diri di samping sisi kiri tempat terakhir sang kekasih.
Mengucap beribu kata maaf, seolah tanpa bosan dan tidak mengucapkan kata itu ia akan mati.
Sehun terlihat nelangsa. Menangis dengan setelan jas hitam mentereng sama sekali tak mengundang tatapan mata genit yang biasa ia terima.
Tempat itu begitu sepi sama seperti sang hati yang telah sekian lama terkunci tanpa ada keinginan untuk membuka kembali. Omongan Irina ada benarnya, mungkin penyebab ia belum menikah adalah karna hati yang belum terobati.
"Maaf Yuna, aku harus kembali membuka hati"
Miris sekali Sehun ini.
Yang sedang berbicara sendiri.
Tanpa sadar tatapan iba dengan air mata yang sama derasnya sedang menatap ia dari sisi yang tak berjauhan. Ia Dinata Ayu, yang baru saja selesai menjenguk makam sang kedua orang tua.
Menggunakan kata insting berbekal keberanian ia mencari suara tangisan berat seorang pria. Yang sangat tak di sangka adalah seorang abang Jaehyun!
Ingin mendekati tetapi malu menguasai. Jadi yang hanya dilakukan hanya memandang dan mengasihi, hingga satu ide terlintas begitu saja di otak cantiknya.
"Penawaran bapak masih berlaku?"
Tangis Sehun terhenti, berganti dengan degup jantung yang bergemuruh kencang. Mata sembabnya menatap ke arah atas. Nata—teman Jaehyun yang memakai baju bewarna senada dengannya. Hitam. Jangan lupakan mata sembab serta hidung yang memerah.
Mengulurkan tangan kanan nya kepada Sehun.
Sekali lagi, mari kita ulangi. Apa pendengarannya tidak salah kan?
"Apa penawaran bapak yang di kafe dan di kantor itu masih berlaku?"