Chereads / Blanc Et Noir / Chapter 12 - BEN 2.1 Keinginan lebih dekat

Chapter 12 - BEN 2.1 Keinginan lebih dekat

Pagi itu, Nata bangun dengan dilingkupi rasa hangat menjalar ke dada. Beratnya tangan dari kedua manusia yang berada di kanan dan kiri Nata membuat ia tersenyum simpul. Semalam, ke empat nya tidur tepat pukul satu dini hari.

Lawakan serta guyonan dari pak Doni si satpam bersama Mawar benar-benar mengocok selera humor Nata. Pagi ini pun saat ia terbangun, harumnya dari makanan yang di buat oleh pria paruh baya itupun membuat pikiran Nata sempat berkelana. Mungkin saat sang ayah masih hidup sampai saat ini, Nata pasti akan bangun tidur dengan senyum yang selalu menghiasi.

Sembari menunggu waktu untuk mengumpulkan nyawa, Nata bangkit dan duduk bersandar di dinding sofa rumahnya. Gawai yang berdenting di pagi hari menandakan pesan masuk.

"Gmn keadaan km? Sdh mndngn?"

Senyum pun merekah, secepat kilat Nata membalas pesan Sehun.

"Alhamdulillah Pak, berkat Jaehyun Mawar dan pak Doni semalam. Humor saya sampai tergeletak di bawah tanah. Ngomong-ngomong bapak tahu dari mana kalau saya sakit?"

Sedang Sehun disana menahan nafas kesal saat melihat nama sang adik yang terpampang jelas di layar. Berkat Jaehyun katanya?!

Nafas yang dibuang secara kasar oleh Sehun membuat Irina beserta Suho dan Chanyeol yang berada di meja makan berjengit kaget. "Kenapa Hun?" itu Chanyeol. Si anak sulung yang baru sampai tadi malam bertanya dengan menaikkan satu alis.

Saat gelengan pelan yang diberikan Sehun sebagai jawaban, ia bangkit menuju kamar. Pagi ini mood nya benar-benar sukses dibuat kacau oleh nama sang adik. Jaehyun Sialan!

Nata melahap makanan yang dibuat Pak Doni dengan senyum girang. Perutnya yang sedari tadi keroncongan pun sudah buncit tak terhingga. Saat hendak menyuapkan sesendok makanan terakhir tatapan tajam Mawar benar-benar mengganggu dirinya.

"Kenapa?" tanya Nata dengan nada malas.

Mawar menghela nafas pelan sebelum menjawab. "Ada yang mau gue tanya in sama lo nanti"

"Ada hubungan apa lo sama abang nya Jaehyun, Nat? gue nggak menerima jawaban 'nggak ada apa-apa ya' sebab tadi pagi gue liat lo lagi chatingan bareng bang Sehun"

Itu adalah pertanyaan Mawar yang terlontar dari bibir cantik nya setelah beberapa menit berlalu. Bahkan sampai saat ini gadis itu masih menunggu jawaban dari Nata. Keduanya sedang berada di dalam kamar. Jaehyun dan pak Doni yang berada diluar sedang melakukan olahraga ringan.

"Jawab Dinata Ayu Mahapraja" desak Mawar. "Bukan maksud gue untuk ngatur-ngatur kehidupan lo, tapi... hubungan kita ini udah gue anggap sebagai saudara walau kita nggak ada hubungan darah"

Lagi. Nata menghela nafas pelan. Mawar memang cocok menyandang profesi Psikiater. Mengetahui gerak-gerik dari sang pasien jika berbohong. Maka saat mulut Nata yang bercerita panjang sedang Mawar menganga tidak percaya.

"Jadi intinya lo..."

"Iya gitu, gue lagi menjalin hubungan dengan pak Sehun—ralat abang nya Jaehyun"

"Sudah pernah ketemu tante Irina?"

"Sudah"

"Kalian juga buat kontrak?" tanya Mawar memastikan. Dan Nata mengangguk tenang sembari memberi selembar kertas beralaskan matrai disana.

Satu kata yang menyuarakan pikiran serta hati Mawar adalah "Gila lo!. Jaehyun tau?"

Gelengan lemah diberikan Nata sebagai jawaban. Perasaan bersalah tiba-tiba menyeruak masuk ke dada. Bagaimana jika Jaehyun tahu nanti? Apa reaksi yang akan diberikan laki-laki tampan itu? Marah? Menjauh? Atau bahkan tidak ingin bertemu dengan Nata lagi?

Di satu sisi memang kesepakatan konyol itu ditentang habis-habisan oleh hati kecil Nata. Tetapi saat pikiran menyuarakan bahwa hal yang dilakukannya adalah benar.

Mawar tersenyum simpul sembari memeluk Nata. "Apapun yang terbaik buat lo Nat, gue pasti dukung kok"

"Masih pusing?" itu adalah pertanyaan yang dilontarkan Jaehyun sedari tadi. Mengecek suhu tubuh Nata dengan telapak tangan miliknya. Bahkan Mawar memutar bola mata jengah melihat kelakuan dari anak pesohor dunia tersebut.

"Obat nya sudah diminum?" lihat, bahkan Jaehyun memperlakukan Nata seperti orang yang sedang terkena penyakit mematikan.

"Ini Cuma flu aja. Jangan berlebihan Jaehyun" ucap Nata dengan wajah memelas.

Sedang Jaehyun berdecak pelan sambil berkecak pinggang. "Bukan berlebihan tapi khawatir dan itu wajar Dinata. Lo sama Mawar itu temen satu-satunya gue, salah kalo gue khawatir dan kasih perhatian lebih?"

Lagi, Mawar yang sedang duduk di ujung sana menghela nafas pelan. Entah Nata yang bodoh atau Jaehyun yang terlalu mencolok. Perhatian yang diberikan oleh lelaki itu begitu ketara. Yang sangat tidak disadari oleh nata.

Menyamaratakan semua perhatian yang dikasih.

Maka gelengan pelan dari Nata jawabannya ketika Jaehyun bertanya. Tangan yang sengaja dibuka lebar—mempersilahkan lelaki tersebut untuk masuk kedalam rengkuhan.

"Makasih Jaehyun, lo sama Mawar emang the best"

Senyum Jaehyun terpatri, membalas pelukan yang diberikan oleh tubuh hangat Nata. Tidak lupa sebelah tangannya melambai—memanggil Mawar untuk ikut masuk kedalam rengkuhan. "Sama-sama"

Memoleskan bedak bayi keseluruh permukaan wajah Nata lakukan. Melirik jam yang tertera di atas nakas, sudah menampilkan pukul sebelas siang. Ajakan makan siang dari abang Jaehyun ketika pagi tadi di-iyakan saja oleh Nata.

Kedua temannya pun sudah pulang tepat dijam sepuluh tadi pagi. Dengan alasan mengecek kedai kopi milik Nata yang sedang dijaga oleh Lukas. Ketika suara klakson berbunyi, Nata reflex berlari menuju pintu.

"Bagaimana keadaan kamu?" adalah pertanyaan yang dilontarkan Sehun ketika bokong Nata baru menyentuh jok samping kemudi.

"Sudah enakan om"

"Karna Jaehyun?" yang sangat sarkas nada bicaranya. Nata sampai mengerjapkan sang mata. "Karna obat lah, kok Jaehyun si?"

Sehun mengangkat bahu acuh. "Kan kamu sendiri yang bilang tadi pagi"

Senyum lebar menghiasi wajah Nata seketika, mencolek bahu Sehun dengan nada menggoda. "Bapak cemburu sama Jaehyun?"

"Saya bukan bapak kamu Dinata, dan untuk apa saya cemburu?"

"Kali aja kan?"

Perjalanan terus berlanjut. Ketika Sehun menghidupkan radio menampilkan lagu yang berjudul Sepatu dari Tulus. Disela-sela keheningan, lelaki itu berdehem. Meneguk saliva dengan cepat "Marga kamu... Mahapraja?"

Sontak Nata mengangguk. "Iya, kenapa?"

"Ah nggak pa-pa"

Kening Nata berkerut bersamaan dengan dibuangnya nafas kasar. Perihal marga lagi rupanya. Hal yang sangat membuat gadis itu risih. Bukan tanpa alasan, hanya saja banyak orang yang mengira Nata berasal dari kalangan atas—atau yang sering disebut dengan darah Bangsawan.

Walau memang benar adanya. Keturunan Bangsawan itu didapat oleh oma—ibu dari pihak ayahnya sendiri.

Jantung yang berdetak cepat ketika tangan besar nan halus milik Sehun menggandeng nya. Nata terkesiap dengan wajah merona menahan malu. Berjalan berdampingan menuju salah satu restoran yang berada di dalam salah satu mall ibukota.

"Biar kamu nggak hilang"

Alasan klise!

"Duduk aja, biar saya yang pesen makanan!" lagi Nata mengangguk ketika Sehun memerintah.

Aha. Seperti ini rasanya ketika diperhatikan oleh pacar sendiri. Merangkap kata kontrak tetapi sensasi nya tetap sama. Sama seperti ketika ia berpacaran dengan Khalif dulu. Perhatian kecil yang diberikan mampu membuat hati Nata menghangat dan berdebar cepat.

"Kalau makan jangan melamun!"

Ucapan Sehun barusan membuyarkan lamunan Nata. Tanpa sadar bahwa makanan yag tersaji di hadapannya sudah mendekati kata habis.

"Dinata... saya mau mencoba lebih dekat dengan kamu"