Pria itu menatapnya dengan dingin dan memunguti pakaiannya yang berserakan di lantai. Ia melihat kemejanya yang terdapat bercak noda lipstik di kerahnya. Tanpa berpikir lagi, kemeja itu dibuangnya ke tempat sampah. Tangannya pun meraih ponselnya di atas nakas dan menghubungi asistennya. "Bawakan aku pakaian ganti sekarang!" perintahnya
Melihat Rory bersikap biasa saja, wanita itu pun beranjak dari tempat tidurnya tanpa sehelai benang pun. Ia beringsut mendekati pria dingin itu dan memeluknya dari belakang, mencoba menggodanya kembali dengan melayangkan sentuhan jemarinya ke wajah, dada dan bagian sensitif pria itu.
Kedua alis Reagan bertaut. Bukan karena ia tergoda dengan sentuhan wanita itu, melainkan ia merasa jijik dengan sentuhannya. Rahang kokoh nan tegas itu pun mengeras. Tatapan dinginnya melayang dan menusuk kedua manik mata wanita itu dengan tajam, membuat nyali wanita itu sedikit menciut.
"Dasar wanita murahan …," desis pria itu tajam dan dingin.
"Rory!" teriak wanita itu tidak terima dihina begitu saja. Walau bagaimana pun dirinya adalah wanita yang memiliki derajat yang cukup tinggi di mata masyarakat.
"Apa kamu mau pergi sendiri dari sini atau aku yang melemparmu dari jendela hotel ini, hm?" ancam Rory dengan sorot mata tajamnya. Ancaman yang terdengar santai, tetapi tersirat bahwa ia akan melakukannya tanpa ragu.
Wanita itu menelan salivanya pelan. Raut wajah marahnya perlahan memudar. Kedua bola matanya menunjukkan ketakutan yang cukup mendalam. Ia pun berusaha menampilkan senyuman manjanya dengan gugup. "Ba-baiklah. Aku akan pergi."
Wanita itu mengambil pakaiannya di lantai dan segera memakainya. Ia pun segera meninggalkan kamar tempat mereka semalam. Ups, mungkin bukan , tetapi hanya sekedar pemanasan karena Rory sama sekali tidak berniat dan berminat menanamkan benihnya di tubuh wanita itu.
"Jangan lupa hubungi aku jika kau membutuhkanku lagi," pesan wanita itu sebelum keluar. Wanita itu masih tidak jera dipermainkan oleh Rory.
Rory tidak menanggapi pesan wanita itu. Ia hanya diam memandangi pemandangan dari jendela kamar hotelnya. Padahal seharusnya wanita itu tahu dan mendengar kabar bahwa Rory tidak pernah bermain dengan wanita yang sama setiap malamnya.
Namun, para wanita itu tidak peduli karena mereka merasa sangat bangga bisa bermalam dengan Rory. Bukan Rory yang mencari wanita, tetapi para wanita itulah yang melemparkan dirinya sendiri ke dalam pelukannya. Para wanita pencari popularitas, kekuasaan, dan kekayaan selalu mendekatinya hanya untuk memanfaatkannya.
Rory Wijaya nama lengkap pria itu. Pria tampan nan seksi itu merupakan CEO hotel tempat mereka melampiaskan gelora liar semalam, Hotel Sultan ..Selain itu, Rory juga memiliki perusahaan yang bergerak di bidang jasa keamanan. Perusahaan itu sebenarnya hanyalah sebagai kedok untuk organisasi ilegalnya yang bernama Dark Wolf.
Organisasi itu hanya bergerak sebagai pengumpul informasi atau yang biasa disebut sebagai mata-mata. Melalui orang-orang yang dididik dan dilatih khusus inilah, Rory mengumpulkan informasi atas tragedi yang terjadi lima belas tahun yang lalu. Mereka adalah orang-orang kepercayaan Rory dan kaki tangan yang akan membantunya membalaskan dendamnya itu.
Dari balik jendela kamar hotel, Rory.. tampak pemandangan kota Singapura yang begitu indah dengan jalanan yang masih lenggang di pagi itu. Dari tempatnya berdiri saat ini, Rory dapat melihat salah satu ikon kota Singapura yang berdiri kokoh ..
Sejak kejadian lima belas tahun yang lalu, Rory tumbuh menjadi pria yang dingin dan tidak berperasaan. Ia bertekad untuk menjadi kuat dan memiliki kekuasaan yang dapat membantunya untuk membalaskan dendam kedua orangtuanya.
Secara perlahan Rory menyelidiki kasus kematian kedua orangtuanya. Ia pun berhasil mendapatkan data semua tersangka atas kematian kedua orangtuanya. Tanpa pandang bulu, Rory akan menghancurkan mereka satu per satu. Ia ingin mereka merasakan penderitaan yang telah dilaluinya selama lima belas tahun ini. Melihat kehancuran mereka dengan kedua matanya merupakan kesenangan dan cara balas dendam yang menarik baginya.
Bunyi ketukan pintu membuyarkan lamunannya. "Masuk!" ucapnya.
Seorang pria berpakaian setelan rapi masuk dengan salah satu tangannya memegang pakaian milik Rory. Pria berkacamata dan berwajah datar itu adalah asisten sekaligus tangan kanannya, Frans.
"Bos, ini pakaian Anda," ucap Frans dan meletakkan pakaian itu di atas tempat tidur yang masih dalam kondisi berantakan.
Frans sama sekali tidak terkejut dengan hal itu. Ia sudah terbiasa melihatnya, apalagi tadi ia berpaspasan dengan wanita malam Bosnya yang sudah berwajah masam karena diabaikan. Ia hanya bisa tersenyum kecil melihat wanita itu. 'Kasihan,' pikirnya. Namun, itu bukan urusan Frans karena dia tahu itu adalah kebodohan wanita itu sendiri.
Rory mengambil pakaian gantinya dan segera memakainya. Tentu dia mengganti pakaiannya di dalam kamar mandi karena Frans masih menunggu di ruangan itu untuk melaporkan pekerjaannya.
Setelah Rory berpakaian rapi, ia pun keluar dari kamar mandi dan duduk di sofa di sudut ruangan. Menengadahkan tangannya meminta dokumen yang dimintanya semalam kepada asistennya itu. Frans menyerahkan dokumen itu ke tangan atasannya dengan sigap.
Rory membuka map berwarna hijau muda itu dan membacanya. Mata serigala berwarna kuning keemasan seperti permata amber milik pria itu menatap lembaran demi lembaran dokumen di tangannya. Sesekali senyuman sinis terukir di wajah dinginnya.
"Lanjutkan rencana kita sebelumnya," ucap Rory santai. Fans mengangguk menyanggupi perintahnya.
Rory keluar dari kamar hotelnya setelah memeriksa beberapa dokumen yang diberikan Fans. Mereka berdua berjalan beriringan di koridor hotel dan mengobrol beberapa jadwal yang akan dikerjakan Rory hari itu. Namun, pecakapan mereka terhentika ketika mendengar teriakan seorang gadis yang mengalihkan perhatian mereka.
"Berhenti kamu! Dasar pencuri!"
Terlihat seorang gadis yang sedang berlari mengejar seorang pria yang berlari di depannya lebih dulu. Mereka saling berkejaran. Pria berpenampilan urakan itu berlari menuju ke arah Rory dan Frans yang sedang berhenti memandang mereka dari jauh.
"Aku bilang berhenti apa kamu tidak dengar!" teriak gadis itu lagi dengan nafas tersengal-sengal. Ia berhenti sejenak, melepas salah satu sepatu ketsnya dan melemparnya ke arah pria yang dikejarnya.
Pria yang dikejar gadis itu menoleh ke belakang dan melihat sepatu yang telah melayang ke arahnya. Bagaikan film slow motion, pria itu menundukkan tubuhnya hampir setengah berjongkok sehingga ia terhindar dari serangan sepatu itu. Rory dan Fans yang melihat kejadian itu hanya bisa terpaku di tempat, terutama Rory yang saat itu berada tepat di depan pria yang dikejar wanita itu.
Mungkin hari ini bisa dikatakan hari tersial di dalam hidup Rory. Sepatu yang melayang itu tepat mengenai kepala Rory karena pria urakan itu menunduk. Rory belum sempat menghindari serangan sepatu yang sudah berbau seperti ikan asin itu. Seumur hidupnya mungkin baru kali ini Rory mencium sepatu dengan aroma khas semerbak seperti milik wanita itu.
Frans yang melihat kejadian itu pun membelalakan matanya, mengatupkan bibirnya rapat dan menelan salivanya dengan bersusah payah. 'Sial banget yang sudah melempar sepatu itu!' batin Frans.