Di atas brankar terbaring seorang Ayah Ardian dengan selang oksigen di hidungnya dan beberapa kabel pada dada pria itu yang terhubung ke sebuah layar monitor di sampingnya. di temani ibu Rosa yang sedang duduk di samping brankar. Wajah ibu Rosa tampak kusam dan lelah.
"Ayah…," ucap gadis itu dengan suara tercekat menahan tangis. Sepasang mata indahnya telah berkaca-kaca menahan air matanya.
Wanita itu menoleh ke arah gadis itu. "Arsy? kapan kamu datang nak? tanya wanita itu penuh kerinduan..
Pria yang terbaring itu adalah Ardian. Ia mengalami gagal jantung setelah mendengar kabar perusahaannya yang terpuruk. Arsy Ardian adalah putri kandung Ardian dari istrinya yang bernama Rosa.
Sejak Arsy berusia delapan belas tahun, gadis itu telah meninggalkan rumahnya karena tidak ingin melihat Jack, laki-laki yang di cintainya yang sudah seperti paman nya sendiri.. Jack sendiri mencintai Rossa dalam diam.. Jack adalah anak dari musuh Ardian yaitu Baron.
Setelah selesai Kuliah Arsy tinggal di Singapura dan bekerja di Hotel Wijaya milik Rory Wijaya. Rory dendam kepada Keluarga Baron.. yang telah membunuh kedua orang tuanya. dan Rory tahu anak Baron yaitu Jack tinggal di rumah Ardian. dan Jack meneruskan usaha Ardian.. Rory pun berusaha menghancurkan Bisnis Ardian yang mulai di kelola oleh Jack.
Sewaktu Arsy tinggal di Singapura Ardian selalu mengirim uang kepadanya, tetapi Arsy tidak pernah memakai sepeserpun uang tersebut. Semua ini karena Arsy sudah bisa menghasilkan uang sendiri dari pekerjaannya sebagai seorang Koki.
Siang ini Arsy mendapat telepon dari asisten ayahnya, Jack Pria yang Arsy cintai sejak kecil, namun cintanya bertepuk sebelah tangan.
Semenjak Arsy melihat Foto ibunya Rossa di laci kamar Jack.. Arsy berusaha menjauh dari paman Jack... untuk mengubur rasa Cintanya.
"Aku baru saja tahu Ayah sakit bu.. Maaf karena aku jarang pulang.. "Kata Arsy memeluk tubuh ibunya yang sangat ia Rindukan...
Arsy mendekati ayahnya yang masih belum sadarkan diri. Cairan bening terlihat telah menumpuk di sudut matanya. Walau bagaimanapun Arsy masihlah seorang perempuan. Ia masih memiliki perasaan lembut di dalam dirinya.
"Ayah …," lirihnya.
Ardian mendengar suara putrinya dan membuka matanya perlahan. Ia tersenyum tipis tanpa sanggup mengeluarkan suaranya.
"Ayah.. ini aku … Arsy …," lirih Arsy lagi. Kali ini cairan bening di sudut matanya berhasil lolos menghujam wajahnya.
"Ar… sy…," ucap Ardian dengan napas terputus-putus. Arsy segera meraih tangan ayahnya yang mengawang di udara dan tersenyum lebar. Gadis itu meletakkan tangan ayahnya itu pada wajahnya agar pria tua itu dapat merasakan kehadirannya.
Sudah beberapa minggu Ardian tidak melihat putrinya itu karena dirinya yang sibuk mengurus perusahaan dan Arsy yang sibuk dengan pekerjaannya sendiri. Apalagi mereka hanya bisa sebentar Karena Arsy tinggal di Singapura.. Orangtuanya di Jakarta.
"Ayah, jangan berbicara dulu. Pulihkan kondisimu dulu. Masalah perusahaan serahkan kepada paman Jack... dia akan mengatasinya terlebih dahulu. Aku akan memantaunya," bujuk Arsy agar ayahnya tidak banyak berpikir mengenai masalah perusahaan.
Arsy telah mendengar mengenai kondisi perusahaan ayahnya yang merugi. Gadis itu tidak dapat berbuat apa-apa. Ia hanya berusaha menenangkan ayahnya agar penyakitnya tidak semakin parah.
Hotel Wijaya..
"Bagaimana dengan perusahaan Ardian group?" tanya Rory dengan pandangan menatap jendela besar di depannya.
"Seperti rencana kita, Bos. Perlahan kondisi keuangan mereka semakin menurun dan Tuan Ardian dikabarkan sedang dirawat di rumah sakit karena kondisi jantungnya," jelas Frans.
Rory menyeringai. "Dasar lemah, tidak seperti rekannya yang lain masih perlu kita bereskan sendiri. Dia belum apa-apa sudah tumbang," cibir Rory..."Terlalu membosankan."
Selain Ardian... kita Fokus kepada Jack yang di lindungi Ardian.. Jack adalah anak dari Baron yang sudah membunuh kedua orang tuaku..
Dendam kedua orangtuanya selama lima belas tahun ini hampir diselesaikannya satu per satu . Mereka harus merasakan bagaimana rasanya kehilangan orang-orang yang mereka cintai termasuk segala aset berharga mereka.
"Apa kita perlu mengirim orang untuk menghabisinya, Bos?" tanya Frans.
"Sementara ini tidak perlu, aku ingin melihat penderitaannya sedikit demi sedikit. Sepertinya akan menyenangkan," timpal Rory tersenyum sinis. Frans hanya membalasnya dengan anggukan.
"Bos, saya sudah menyelidiki latar belakang gadis yang kita temui waktu itu," lapor Frans. Rory segera berbalik menatap Frans menunggu laporannya, entah kenapa ia begitu tertarik dengan gadis yang dibicarakan Frans. Bayangan gadis itu terus menari di dalam benaknya semalam.
"Gadis itu baru bekerja di hotel ini selama lima bulan. Pekerjaannya cukup bagus dan diangkat menjadi chef khusus pastry. Nama lengkap gadis itu Arsy Ardian." terang Frans.
"Ardian? Nama keluarganya Ardian?" Rory mengernyitkan keningnya. Kedua manik mata kuning amber itu menatap asistennya itu menuntut jawaban.
"Iya, Bos. Dia adalah putri dari Ardian.. Sudah hampir tujuh tahun dia tidak tinggal di keluarga Ardian karena dia mencintai Jack.. Anak Baron yang menjadi Asisten Ardian.. Dia mencintai Jack.. musuh Bos selama ini...
Rory termangu mendengar penjelasan Frans. Ia tak menyangka dunia ternyata begitu kecil. Tanpa perlu ia mencari titik kelemahan mangsanya, mangsanya malah datang sendiri ke hadapannya. Sejenak terbesit ide gila di dalam kepalanya. Seulas seringai licik terpatri di wajah tampannya yang dingin.
********
Sebuah mobil sport hitam berhenti tepat di depan pintu rumah sakit Singapura. Sang pengemudi mobil segera turun membukakan pintu mobil penumpang sisi belakang. Seorang pria tampan berwajah dingin dengan senyuman seringai liciknya turun dari mobil itu. Mata serigalanya memandangi bangunan di depannya. Kaki jenjangnya melangkah lebar diikuti pria muda di belakangnya. Kedua pria itu adalah Rory Wijaya dan asistennya, Frans.
Langkah mereka terhenti di depan ruang VIP milik Ardian. Mereka masuk begitu saja tanpa meminta izin kepada si pemilik ruangan. Pandangan Rory mengedar ke sekeliling ruangan. Aroma khas rumah sakit begitu menusuk indera penciumannya.
Saat itu tidak ada siapapun yang menemani Ardian di dalam kamar rawatnya. Ardian sudah sadar sejak dua hari yang lalu, kondisinya kian membaik. Dokter mengatakan bahwa dia hanya mengalami stroke ringan akibat syok jantung. Tangan kirinya belum dapat digerakkan dan harus menjalani fisioterapi. Walau mungkin tidak bisa pulih seperti sedia kala, tetapi dokter telah menyarankannya untuk mengikuti terapi itu setelah kondisinya membaik.
Ardian masih tidak menyadari kehadiran pria asing di dalam ruangannya. Pria itu sedang memandang keluar jendela dengan tatapan kosong. Rory menatap dingin pria itu.
"Halo, Tuan Ardian. Bagaimana kondisi Anda?" sapa Rory datar.
Lamunan Ardian itu seketika buyar. Kaget dengan suara pria asing di ruangannya. Ia pun langsung menoleh dan mengernyitkan keningnya ketika melihat kedua orang asing yang telah berada di ruangannya. Ia menatap dua pemuda di depannya dengan waspada. Sama sekali tidak ada kesan apapun di dalam ingatannya terhadap kedua pemuda tersebut. dan Ardian mencium gelagat tidak baik terhadap dua pemuda ini.
"Si.. siapa kalian?" tanyanya dengan gugup.
Ardian dapat menebak maksud kedatangan kedua pemuda itu sepertinya bukanlah membawa kabar baik untuknya. Bisa dilihat dari wajah mereka dan sikap arogan Rory terhadapnya.