"Si.. siapa kalian?" tanyanya dengan gugup.
Ardian dapat menebak maksud kedatangan kedua pemuda itu sepertinya bukanlah membawa kabar baik untuknya. Bisa dilihat dari wajah mereka dan sikap arogan Rory terhadapnya.
Rory berjalan menghampiri Ardian dan duduk di sofa dekat brankar tanpa seizin pemiliknya. "Ternyata kamu masih sehat dan bisa berbicara dengan baik," ucap Rory kecewa. Ardian semakin mengerutkan keningnya mendengarkan ucapan tak bersahabat yang dilontarkan pemuda asing di sampingnya itu.
"A.. apa maumu? Siapa kalian?" Ardian bertanya kembali karena tidak mendapat jawaban sebelumnya.
Rory hanya tersenyum sinis, lalu ia memberikan kode dengan lirikan tajamnya kepada Frans untuk menjelaskan kepada Ardian.
Frans berjalan menghampiri brankar Ardian dan berdiri di sampingnya. "Tuan Ardian, perkenalkan beliau adalah Rory Wijaya.. dan saya adalah Frans , asisten beliau," terang Frans memperkenalkan diri mereka.
"Wijaya? Apa Wijaya Group itu?" Ardian mencoba menerka siapa sebenarnya pria arogan yang duduk di sofa itu. Dilihat dari penampilannya, pria asing itu bukanlah orang sembarangan. Entah kenapa ia langsung bisa menyebutkan sebuah nama perusahaan besar itu di bibirnya.
"Benar. Beliau adalah CEO Wijaya group" Frans menjawab Ardian dan memperjelas jati diri atasannya itu.
Ardian terperangah. Ia tak menyangka tebakannya ternyata benar. Pria paruh baya itu juga kaget dengan kehadiran seorang CEO Wijaya group di kamar rawatnya. Apalagi dia tidak mengenal pria itu. Nama besar Wijaya Group sangat terkenal di kalangan pebisnis seperti Ardian karena perusahaan itu merupakan salah satu dari sepuluh perusahaan di Singapura yang memiliki aset yang mencapai triliunan dolar.
Selain memiliki beberapa hotel di hampir seluruh penjuru negeri, Wijaya group juga termasuk perusahaan terbesar di kota Singapura. Banyak sekali perusahaan-perusahaan menengah dan kecil ingin bekerja sama dengan Wijaya
group, tetapi tidak semudah itu untuk bekerja sama dengan perusahaan besar itu.
Seorang Ardian cukup terkejut dengan dirinya sendiri yang bisa bertemu langsung dengan CEO perusahaan itu. Apalagi Rory, sang CEO Wijaya sendiri yang mendatanginya tanpa membuat janji lebih dulu.
"Maaf, saya tidak mengenal Anda tadi. Bagaimana saya bisa tahu ucapan Anda barusan itu adalah benar adanya?" tanya Ardian dengan sopan. sedikit meragukan identitas Rory karena selama ini CEO Wijaya group jarang muncul di depan publik. Semua itu karena Rory yang tidak suka dirinya disorot oleh media dan publik sehingga ia selalu menolak untuk melakukan wawancara mengenai dirinya.
Rory menyeringai mendengar Ardian yang meragukan identitas dirinya. Namun, ia tidak marah akan hal itu.
"Saya rasa Anda akan mengetahuinya nanti apakah ucapan saya benar atau tidak, Tuan Ardian," timpal Frans.
Ardian dapat merasakan ucapan asisten Rory itu memiliki maksud yang tersembunyi. Ia pun memasang sikap hati-hati di hadapan kedua pria asing itu.
"Baiklah, untuk sementara saya percaya dengan ucapan Anda. Jadi sebenarnya ada apa seorang CEO Wijaya group mendatangi kamar rawatku?" selidik Ardian dengan suara yang terdengar begitu berat dan sedikit parau.
"Tuan Muda Wijaya ingin menawarkan kerja sama dengan Anda. Ia mendengar kabar mengenai perusahaan Anda yang mengalami kerugian cukup besar dan ingin membantu menyelamatkan perusahaan itu," terang Frans lagi.
Sekali lagi Ardian kembali tercengang mendengarkan pernyataan Frans. Rasanya jantungnya berdebar cukup hebat mendengarkan setiap kalimat yang keluar dari pria berkacamata di sampingnya ini. Ardian sampai meragukan telinganya sendiri kali ini.
"Apa syaratnya? Tidak mungkin seorang Wijaya menawarkan kerja sama dengan perusahaan kecil seperti Ardian group." Ardian mencoba menyelidiki maksud di balik pernyataan Frans tadi.
"Tentu saja ada, Tuan Ardian. Selama ini perusahaan Wijaya tidak pernah mengambil tawaran bisnis yang merugikan diri sendiri," jelas Frans lagi.
Rory memandangi raut wajah Ardian yang terlihat kegembiraan di kedua netranya, tetapi Ardian itu masih terlihat berhati-hati terhadap mereka. Sebenarnya ia ingin membalaskan Dendam kepada Jack.. Putra Baron.. tapi karena Jack bekerja di perusahaan Ardian terpaksa Ardian yang menanggung kerugian.. jika teringat dengan kematian orangtuanya dulu. Namun, Rory berusaha menahan amarahnya itu .
"Tuan Adrian to the point saja. Tujuan saya ke sini adalah menyelamatkan perusahaan Anda. Dengan kemampuan Wijaya group, Anda tidak perlu meragukannya. Selain itu, saya tidak membantu Anda dengan cuma-cuma. Saya ingin Anda menikahkan putri Anda dengan saya," jelas Rory menjelaskan secara ringkas pembicaraan Frans tadi. Ia sudah jengah melihat kedua pria itu yang saling bertanya jawab layaknya sebuah kuis di depan matanya. Dia ingin menikahi Arsy supaya Jack patah hati.. dan bisa menghancurkan Jack secara perlahan...
"Apa? Anda ingin menikahi putri saya?" Ardian terkejut dengan syarat yang diajukan Rory padanya.
"Iya. Itu syaratnya. Tentu saja selain itu, saya ingin lima puluh persen saham Anda diatasnamakan kepada saya," jelas Rory lebih lanjut.
"Selain perusahaan Anda selamat dari kehancuran, Anda juga menjadi besan dari keluarga Wijaya.. Tentu saja ini adalah penawaran yang sangat menarik, bukan?" Rory mengatakannya dengan senyum percaya diri yang sangat tinggi.
Ardian terdiam sejenak untuk merenungkan tawa itu. Ia tidak mungkin mengorbankan kebahagiaan putrinya demi kelangsungan perusahaannya. Walau bagaimanapun putrinya berhak memiliki kebahagiaannya sendiri, begitulah pemikiran Ardian.
"Tuan Muda Wijaya berikan saya waktu untuk memikirkannya. Saya akan membicarakan hal ini dengan putri saya, Arsy Saya tidak bisa memutuskan hal ini langsung hari ini," ungkap Ardian.
"Tuan Muda Wijaya.. jika yang Anda bermaksud menikahi putri saya satu-satunya. Saya tidak bisa menjanjikan kepada Anda kalau dia akan setuju dengan pernikahan ini. Saya tidak ingin memaksa kehendak saya kepadanya," ungkap Ardian.
Ya, benar. Ardian merasa sangat bersalah dengan Arsy , Dia dan istrinya tau Arsy mencintai Jack.. makanya Arsy menjauh untuk melupakan Cintanya yang bertepul sebelah tangan.
Mendengar penolakan dari Ardian, raut wajah Rory menjadi kesal, Rahang kokohnya mengeras menahan amarah. Ia pun mendengus pelan dan berucap, "Saya tidak akan memberikan tawaran yang sama untuk kedua kalinya, Tuan Ardian. Jika Anda menolak, maka Anda akan melihat perusahaan Anda hancur tak berbekas. Saya harap Anda pikirkan baik-baik dan rundingkan dengan putri Anda. Saya ingin mendengar kabar baik dari Anda dua hari kemudian."
Setelah mengeluarkan ultimatum itu, Rory langsung melengos keluar dari ruangan itu tanpa pamit. Frans yang sedari tadi berdiri di samping Ardian pun segera mengikuti atasannya itu. Sebelum pergi Frans telah meninggalkan kartu namanya kepada Ardian
Ardian tertegun memandangi kedua pria itu, lalu ia memejamkan matanya dengan erat. Ancaman yang dilayangkan Rory terdengar begitu nyata bagi Ardian. Pria itu larut dalam dilemanya sekarang.
Saat ini di kamar rawat Ardian terjadi perdebatan sengit antara Ardian dengan istrinya, Rossa. Beberapa saat lalu, Rossa datang untuk menemani Ardian setelah ia membawa beberapa kebutuhan pribadi suaminya dari rumah. Tanpa sengaja ia mendengar pembicaraan terakhir Rory dengan suaminya sebelum pria itu keluar dari ruangan.
Ardian memegang dada sebelah kirinya dengan napas tersengal-sengal. Ia berusaha menarik napas panjang dan mengembuskannya secara perlahan. jantungnya kembali berpacu tidak karuan. Ardian memejamkan matanya sejenak.
"Mas.. ka-kamu tidak apa-apa?" tanya Rossa cemas. Ia mendekati suaminya dan merangkul tubuh serta membantunya mengusap dadanya pelan. "Please, kamu jangan menakutiku!"
Setelah merasa sedikit lebih baik, Ardian membuka matanya perlahan dan memandangi istrinya dengan tatapan nanar. "Rossa.. aku tidak ingin anakku yang menanggung bebanku ini...
Mendengar keputusan terakhir suaminya itu Rossa pun meminta izin untuk pulang ke rumah sejenak .. kepada Ardian. Wanita itu pun mencari cara untuk menyelesaikan masalah perusahaan suaminya. Ia berjalan mondar-mandir di dalam kamarnya sembari menggigit kukunya dengan perasaan kalut.
"Seorang CEO Wijaya ingin menikahi Arsy? Sebenarnya ada apa?" gumam Rossa merasa aneh. Ia baru mengetahui identitas pria yang menginginkan anaknya Arsy...setelah ia tanpa sengaja melihat kartu nama di kamar rawat suaminya itu. Diam-diam ia mengambil kartu nama itu tanpa sepengetahuan suaminya. Kalo Arsy menikah dengan Rory.. Bagaimana nasib Jack??