Chereads / Hakim Tengah Malam (Midnight Judge) / Chapter 2 - Keadaan yang penuh kesombongan

Chapter 2 - Keadaan yang penuh kesombongan

Ada seorang pelajar yang tengah membaca sebuah buku, di perpustakaan lokal. Meskipun Perpustakaan tersebut lokal, namun memiliki luas yang tak terbilang kecil, serta besar bangunan yang dapat dilihat dari jarak dua puluh meter. Dan mampu menampung jumlah pembaca, sebanyak enam puluh ribu orang dalam sehari.

Pelajar tersebut membawa buku yang hendak dipinjamnya itu, ke salah seorang Staf yang bertugas pada layanan pinjaman. Terlihat, ia sangat senang dengan sebuah buku bacaan tersebut, dengan judul "Strategi Kuliner laris".

"Hanya ini saja?" tanya salah seorang Staf, saat ia telah tiba di meja layanan pinjaman.

"Iya, hanya ini saja," jawab pelajar tersebut yang bernama Rafael Fernando, saat Kartu Membernya disebutkan oleh Staf itu.

"Baik, Rafael Fernan-do."

Ketika Rafael menunggu proses pengajuan pinjamannya, ia tak sengaja mendengar obrolan yang tengah hangat diperbincangkan, oleh orang-orang yang sedang melintas di belakangnya.

"Wah, pelakon yang itu kok bisa ya? Punya mobil mewah banyak banget?"

"Hei, itu sih udah biasa. Cuma baru ketahuan aja di publik. Di YouTube kan, lagi gempar-gemparnya mereka memamerkan hartanya."

"Apakah semua orang kaya itu, pamer dan senang menyombongkan dirinya?"

"Ya ngga juga. Itu hanya orang-orang dari kalangan sombong aja, termasuk youtuber sombong yang juga gempar-gemparnya pamer. Duniawi sekali keadaan sekarang ya."

Rafael yang mendengar itu sedikit termenung, "Dunia sekarang sudah berbeda. Sudah dirasuki oleh kesombongan yang merajalela di mana-mana, bahkan mereka menganggapnya hal sepele."

"Apa Kau tidak apa-apa?" tanya Staf itu, yang membuat Rafael mengangkat wajahnya.

"Ah tidak, tidak apa-apa kok," sahutnya dengan senyum ramah.

"Ya sudah, nih buku yang Kau pinjam dan surat tanggal pengembaliannya," ucap Staf tersebut sambil menyerahkannya.

"Terimakasih."

Rafael berjalan keluar dari perpustakaan tesebut, dan berjalan kaki ke sebuah restoran sederhana, yang tak jauh dari Perpustakaan itu. Saat ia berjalan di atas trotoar, terlihat Video Tron besar dari arah sebrang menampilkan berita-berita RIA.

Sontak, membuat Rafael berhenti melangkah tapi, bukan oleh karena Video Tron tersebut. Namun anak-anak SD yang tengah berjalan melintas di hadapannya. Setelah berjalan sejauh tiga puluh meter, sampailah Rafael di tempat ia bekerja part time.

"Hei, tumben Kau agak lama?" kata Pemilik Restoran yang menyambut kedatangannya. Tempat makan yang didatanginya, benar-benar sangat sederhana dan hanya memiliki lima orang pegawai.

Rafael memperhatikan sekitarnya saat berada di dalam restoran itu, dan tak terlihat ada pelanggan sedikitpun bahkan salah seorang pun tak nampak. "Apa, belum ada pelanggan lagi Kak Josuha?" tanya Rafael kepada Pemilik Restoran itu yang berusia dua puluh sembilan tahun.

"Ya begitulah. Baru sedikit orang yang membeli makanan di tempat ini."

"Ini Kak, baca buku yang baru AKu bawa ini. Sangat bagus loh," saran Rafael sambil menjulurkannya.

"Jadi, Kau datang jam segini karena ini ya?" tanya Josuha saat buku itu sudah ditangannya.

"Iya, Aku menyempatkan diri untuk membaca buku di perpustakaan. Dan Aku menemukan buku yang sangat bagus ini."

"Tumben sekali Kau pulang cepat? Karena itu Kau sempat mampir ke perpustakaan ya?"

"Aku kan setiap hari sabtu dan minggu, libur sekolah. Hari ini kan, hari Sabtu yang biasa Kugunakan untuk pergi ke perpustakaan, sebelum pergi part time. Sudah seratus dua puluh kali Aku mengatakannya."

"Sepertinya Kau benar. Apa Aku sedang mengalami penyakit aneh ya?" heran Josuha sambil menggaruk jambangnya. "Ya sudahlah, sekarang Kau lakukan tugasmu seperti biasa ya," lanjut Josuha dengan ramah.

"Ba-"

Ucapan Rafael terputus, oleh karena teriakan yang terdengar di telinga mereka. Terlihat, lima pegawainya yang tengah berkumpul di satu meja pelanggan, sambil melihat satu layar Gawai yang sama.

"Waaa! Fantastis sekali nilainya!" teriak Cleyo salah seorang pegawai cantik, di antara mereka.

"Hei. Kenapa kalian bersantai-santai?" tanya Josuha Abraham kepada mereka dengan tatapan serius.

"Kak Josuha, hari ini kita lagi sepi pelanggan. Dan kita sudah selesai mengerjakan semuanya. Jadi, kami harus mengerjakan apa lagi?" tanya Cleyo yang berusaha mendamaikan tatapannya.

"Mereka benar Kak Josuha. Hanya Aku yang belum bekerja," sahut Rafael sebelum pergi ke dapur, untuk mencuci piring-piring yang kotor.

"Sebenarnya, apa yang sedang kalian bahas sih?" tanya Josua yang masih penasaran dengan kehebohan mereka.

"Ini loh, ada Youtuber terkaya di dunia dari Article Today," jawab Bryan Si Badan besar, dan berambut jambul.

"Bukan hanya Youtuber saja, tapi Selebriti lokal dan dunia juga ada," sambung Sisca yang berada di sebelah Bryan.

"Kalian sangat berlebihan, mungkin bisa dikatakan terlalu norak," ucap Josuha Abraham, yang merasa risih dengan hal itu.

"Memangnya Kau bisa Kaya Raya seperti mereka? Atau paling tidak, punya jam tangan mewah?" ucap James Si kumis tipis, dan rambut klimis yang berada di paling kiri.

"Aku memang tidak punya sama sekali barang yang kalian bicarakan itu. Tapi Aku benar-benar malas, dengan pembicaraan yang norak seperti itu."

"Norak dari mananya?" tanya Melly yang berada di sebelah persis Cleyo. Tiga cewek di tengah dan dua cowok di ujung kanan dan kiri. Itulah posisi duduk mereka.

"Ya jelas sekali norak!" sahut Rafael yang tengah mencuci piring di dapur. Karena letak dapur tersebut berada di sebelah kiri, dari area meja pelanggan. Lalu hanya dibatasi oleh meja kompor. Sehingga tak ada penghalang suara dari area meja pelanggan.

Mereka yang mendengar suara itu, seketika menolehkan pandangannya kepada Rafael. "Kau kenapa? Apa Kau juga tak tertarik?" tanya Melly kepada Rafael yang menyahut mereka.

"Iya. Sama sekali tak tertarik dengan isi yang kalian bicarakan."

"Kenapa? Apa alasanmu?" tanya Bryan yang sepertinya penasaran dengan jawaban Rafael.

"Obrolan kalian memang berlebihan. Kalian membahas soal gaya hidup yang hanya berlandaskan pada kepuasan, dan keinginan semata-mata. Berujung pada kesia-siaan dan tak artinya lagi, lalu yang tersisa hanyalah penyesalan."

"Banyak sekali orang-orang yang ingin bergaya hidup seperti itu, dan melakukan apapun demi mendapatkannya. Termasuk sampai melakukan hal bodoh, melukai dirinya sendiri, merusak moralitas, bahkan menjual dirinya, seperti Selebriti yang terjerat kasus prostitusi. Semuanya hanya untuk gaya hidup yang dunia, alias kesia-siaan. Bukankah itu, yang sering kalian tonton di Youtube?" terang Rafael dengan tatapan yang meledek mereka.

Dan membuat mereka terkejut sekaligus terkesan, seperti menyadarkan mereka dari halusinasi.

"Aku sangat setuju dengan Kau Rafa. Kau benar-benar anak yang sangat berbeda, dari anak-anak lain," puji Joshua sebelum menuju meja kasir, dan duduk bertugas di sana.

"Artinya, Kalian berdua tak tertarik dengan uang?" tanya James yang sepertinya masih berhalusinasi.

"Iya," jawab Rafael sambil mengelap piring-piringnya, yang baru selesai ia cuci. Mereka berlima terhening sekaligus saling menatap satu sama lain beberapa saat, lalu tiba-tiba mereka menertawakannya. Hal itu sontak, membuat heran Rafael serta Kak Josuha yang melihatnya.

"Kalau tak tertarik dengan uang, kenapa Kau bekerja part time?"

"Aku sungguh tak tertarik pada uang, tapi Aku juga perlu uang untuk biaya sekolah," ucap Rafael dengan tulus.

"Apa bedanya? Bukankah sama saja? Kau membutuhkan uang, artinya Kau juga tertarik dengan uang kan?" ucap Melly.

"Uang yang sebenarnya hanyalah alat tukar saja, dan bukan untuk hal-hal norak seperti kalian. Begitu pun dengan harta yang sebenarnya, untuk dikelola dengan benar. Bukan untuk ditinggi-tinggi kan, seolah-olah uang dan harta adalah Tuhannya. Jadi, antara keperluan dengan keinginan Dunia, sangatlah berbeda jauh!" tegas Rafael sebelum mengelap piring terakhirnya.

"Hei. Mobil sport, bukan. Paling tidak, mobil biasa juga terbilang kebutuhan kan? Jadi, Aku tidak salah dong! Jika mempunyai keinginan membeli mobil."

Rafael yang mendengar itu sedikit tersenyum, sambil menaruh piring-piring yang telah selesai dikeringkan nya. "Ada dua pertanyaan dariku. Pertama, apakah Kau sekarang membutuhkan itu? Jarak rumahmu dari sini hanya satu kilometer, dan Kau tidak punya kesibukan bolak-balik keluar kota, karena Kau hanya bekerja di satu tempat. Pertanyaan kedua, Apa Kau punya cukup uang atau mampu untuk membelinya, dan pajaknya dan perawatannya? Apa Kau akan melakukan hal yang bodoh untuk mendapatkannya?" ucap panjang Rafael, dari ia sebelum menaruh piring, sampai mengambil minum dari kulkas, dan duduk di atas kursi dapur.

Sontak mereka terdiam, mendengar perkataan Rafael yang mematahkan kebodohan mereka. "Dia benar, sepertinya kami telah terhasut oleh tipuan dunia."

"Itu memang benar, kalian berada di bawah pengaruh dunia yang sangat gelap. Dan membuat kekeliruan di hati kalian, serta pikiran kalian."

"Hahaha..., apakah kalian sudah mengerti dari yang lebih muda?" sahut Kak Josuha Si Topi Kuning, dari meja kasirnya.

Tak ada respon dari mereka, tapi terlihat satu orang yang menjadi kesal karena kesenangannya dipatahkan. Mungkin seseorang tersebut masih belum terbuka hatinya, dan masih berporos pada kesenangan semata.

Melly bangkit berdiri dari antara mereka, dan maju kepada Rafael serta menanyakan, "Aku punya pertanyaan untukmu. Apakah memiliki kekayaan salah? Kan banyak juga, orang-orang yang memiliki kekayaan!"