Chereads / Destiny of A Luna / Chapter 6 - Nightmare

Chapter 6 - Nightmare

Setelah aku menyatakan hal itu, Vero mengerutkan keningnya, lagi. "Pardon?"

"Aku bukanlah sepenuhnya manusia, I mean. I'm immortal," jelasku pelan.

"Immortal? Maksudmu, seperti di novel itu?" tanyanya.

Novel manusia? Memang mirip walau menurutku mereka itu sangat, tapi itu terlalu berlebihan hanya untuk penggambaran mahkluk seperti kami. Walau ada juga yang mendekati benar.

"Ya. Seperti novel. Tapi dalam hal yang nyata Vero. Novel itu hanya hasil dari imajinasi walaupun ada yang mendekati benar." terangku.

Kali ini Vero tidak mengerutkan keningnya lagi. Tapi dia mengganti ekspresi bingungnya itu dengan menyedekapkan kedua tangannya.

"Kau benar benar? Immortal?" tanyanya lagi. Apa dia tidak yakin dengan apa yang kukatakan?

"Yeah. And I'm an Alpha," jelasku langsung pada intinya.

"Alpha? Aku pernah mendengar itu sebelumnya. Itu artinya, apakah kau serigala? Werewolf?" tanya Vero sekali lagi.

Harus berapa kali lagi aku meyakinkannya kalau aku adalah Alpha?

Aku memutar bola mataku malas. Butuh waktu berapa lama lagi untuk meyakinkannya? "Yah. Kurang lebih nya seperti itu. Aku werewolf. Dan aku juga Alpha. Aku punya pack, dan kau sang Luna."

Mendengar perkataanku, Vero menatapku penuh minat. "Luna? I'm your mate?"

Akhirnya dia mengerti, sorak Lud senang. "Yes. You're my mate," ujarku tersenyum senang.

"Okay, tapi. Apakah kau akan menggigitku?" tanyanya yang membuatku bingung akan perkataannya.

"Menggigit?"

Dengan semangat, Vero menganggukkan kepalanya. "Ya! Mereka akan menggigit leher pasangan mereka untuk menandai. Aku suka bagian itu walau sedikit kejam,"

Oh..jadi maksudnya menandai? bisik Lud seakan paham.

Entahlah. Mungkin dia menyimak pembicaraanku dengan Vero sedari tadi.

"Iya, tapi aku tidak sekejam itu mengigitmu, aku hanya menancapkan taringku sebentar lalu melepaskannya dan bumm! Akan muncul tanda seperti tatto yang mencerminkan sesuatu tentang aku," terangku pada Vero.

Entah mengerti atau tidak, tapi Vero mengangguk anggukkan kepalanya. "Jadi kapan kau akan menandaiku?" tanyanya polos.

Entah aku tidak tau dia memang polos atau bagaimana. Tapi apa dia tidak sadar? Hanya dengan kalimat sederhananya itu sudah lebih dari cukup untuk membuat Ludwig berusaha mengambil alih tubuhku.

Aku berdehem, menetralkan suaraku, "Kau ingin ditandai?"

Dengan semangat dia menangguk. "Tentu saja aku mau. Kalau kamu menandai aku itu artinya kamu mencintaiku kan?"

Aku menggeser posisi dudukku agar lebih dekat dengan Vero. Lalu kedua tanganku terulur untuk menangkup wajahnya. "Kamu tahu, tanpa harus aku menandaimu aku akan tetap mencintaimu. Karena kamu yang ditakdirkan untukku."

Entah kenapa setelah mendengar kalimatku ini, Vero menatapku sendu. "Kamu tidak mau menandaiku?"

"Tentu saja aku mau, tapi apakah kamu siap menerimaku? Dan matemu?"

"Aku mau mau saja ditandai, jadi aku siap kok nerima kamu. Dan mateku? Apa itu serigalamu?" jawabnya kelewat antusias.

"Baiklah. Kamu ingin melihatnya?" Tanyaku yang hanya dibalas anggukannya.

Aku mundur beberapa langkah dan merubah tubuhku. Saat ini kontrol tubuhku sepenuhnya dipegang oleh Lud.

Jangan terburu buru menandainya, mindlinkku pada Lud.

Kulihat binar bahagia dimata Vero saat melihat aku berubah menjadi Lud.

Apa dia tidak takut pada serigala Lud yang jujur saja menyeramkan.

Serigalaku, yang artinya Lud berwarna hitam pekat, dengan lambang bulan sabit berwarna perak yang bertolak belakang satu sama lain.

Yang kalian belum tahu, aku adalah Alpha King.

Aku memerintah sebagai Alpha diatas Alpha.

Artinya, aku merupakan pemimpin dari seluruh Alpha yang ada di dunia. Meski ada beberapa wilayah yang tidak menerima jika ada kedudukan Alpha diatas mereka para Alpha.

Dan aku menerimanya saja. Karena memang mereka yang ingin bernaung dibawah lindunganku akan menjadi kawanku. Dan yang tidak mau bergabung dan malah menyerangku adalah lawan.

Oke kurasa cukup. Kembali lagi ke Vero.

Saat ini, Lud tengah kesenangan. Karena Vero memeluk Lud sangat erat. Seakan tidak mau melepaskannya.

Lihat Raven! Dia memelukku. Dia tidak takut padaku. Dia bahkan lebih berani padaku dibandingkan denganmu, ejeknya padaku.

Dasar serigala tidak tahu diri, cepat ganti shift!!

Dengan tidak rela, Lud meminta agar Vero melepaskan pelukannya supaya dia dapat berganti shift.

Namun ternyata Vero malah mengira kalau Ludwig tidak menyukainya. Makanya dia menyuruhnya melepaskan pelukannya.

"Kau benar benar tidak menyukai aku ya? Sampai sampai kau tidak mau kupeluk?" tanyanya sambil menatap Lud sendu.

Sontak saja Lud menggeleng cepat. 'Aku menyukaimu. Tapi aku harus berganti shift dengan Raven. Dia ingin membicarakan sesuatu denganmu,'

Vero mengangguk paham. Lalu melambaikan tangannya pada Lud. "Baiklah. Sampai jumpa kembali...."

Kenapa kau tidak memberitahukan namaku bodoh! seru Lud padaku. "Ludwig,"

"Bodohnya aku. Sampai jumpa kembali Ludwig!!" serunya bersemangat.

<+++>

Saat ini aku sudan berada di kamarku -atau bisa disebut kamar kami sejak Vero tidur disini- bersama dengan Vero setelah permintaan gilanya untuk aku agar segera menandainya.

"Ayolah Raven. Aku benar benar siap kalau kalau kau menandaiku sekarang!" rengeknya sembari menggoyang goyangkan lenganku.

"Dengar, Sweetheart. Ini tidak main main. Ketika aku menandaimu, itu artinya kamu sepenuhnya milikku. Dan kalau perkiraanku benar, dalam novel novel manusia itu tentu dijelaskan apa yang terjadi setelah aku menandaimu bukan?" terangku.

Aku sebenarnya tidak tahu apa apa saja yang dijelaskan oleh manusia itu dalam novel novel mereka. Tapi semoga saja itu benar.

Veronica menghela nafasnya berat. "Aku tahu. Dan aku siap. Aku mate mu Raven. Dan aku harus menerima apapun yang nantinya terjadi padaku. Termasuk jika kamu menandaiku,"

Oke. Dia sok bijak saat ini. "Baiklah. Ini akan sedikit sakit. Tapi percayalah padaku," ujarku seraya maju dan duduk tepat dihadapan Vero.

Dengan perlahan, berusaha membuat suasana seromantis mungkin. Aku menyibak rambut pirang panjangnya hingga menampakkan leher jenjangnya.

Huft. Hanya dengan melihat lehernya saja Ludwig sudah sangat liar. Dia terus memberotak didalam fikiranku.

Sabarlah sedikit. Ini yang pertama untuknya. Aku harus membuat ini berkesan, mindlinkku pada Lud yang dibalas dengusan kesalnya.

Dengan perlahan namun pasti, aku mendekati lehernya dan mengecupnya pelan. Terdengar desahan lembutnya saat aku mengecupnya. Lalu taringku pun keluar.

Aku kembali mengecup leher Vero pelan dan mencari tempat yang tepat untukku menandainya. Saat kurasa tempatnya sudah tepat, aku menancapkan taringku. Vero menjerit pelan dan mencengkeram lenganku.

Merasa cukup, aku melepaskan taringku dan menjilat sedikit darah yang keluar. Terlihat disana tatto berbentuk kepala serigala berwarna hitam pekat dengan lambang dua bulan sabit yang berwarna perak.

Dengan ukiran ukiran yang mungkin saja merupakan bahasa yunani. Akan kucari tahu nanti.

"Apakah sakit?" tanyaku sambil mengelus lehernya. Vero tidak menjawab. Namun lagi lagi dia mengangguk pelan.

"Kau siap untuk kelanjutannya?" tanyaku dengan maksud tersirat menagih prosesi penyatuan setelah ini.

Perlahan namun pasti, rona merah menyebar sampai ke telinganya. Dengan pelan dia mengangguk. Dia malu! batinku geli.

"Baiklah sayang. Siapkan dirimu!"

<+++>

'No!!'

'I'm not her!!'

Aku terbangun saat merasakan tubuh Vero yang berada didekapanku bergerak gelisah.

'Stay away from me'

'You are devil!!'

Aku berusaha menariknya dari mimpinya dengan menepuk pipinya pelan dengan maksud agar dia bangun.

'Kau yang harusnya menjauh dariku!!'

Namun dia tidak bangun bangun meski aku telah menepuk nepuk pipinya.

'Pergiii!!'

Dengan sangat terpaksa aku menariknya kedalam pelukanku yang langsung dihadiahi dengan pelukan erat dan nafasnya yang tersengal.

"Everything gonna be okay," bisikku memenangkannya.

Dia tidak menjawabnya namun tetap diam dipelukanku masih dengan nafas yang tersengal.

Namun itu tak berjalan lama, karena tak lama kemudian terdengar deru nafasnya yang mulai tenang.