Hari ini seperti biasanya, keluarga Zeda menikmati sarapan mereka dalam diam. Wajah Emma begitu bersinar hari ini, dari mulai Ia bangun di jam 6 pagi, tersenyum jika Ia menatap cermin, mengelilingi satu Istana sambil menyapa seluruh pekerja dan pelayan yang ada di Istana. Zeva yang saat itu baru saja keluar dari kamarnya hendak turun menuju meja makan dikagetkan oleh kehadiran Adiknya yang menyapanya sambil tersenyum dengan lebar. Bagaimana reaksi Zeva? Hanya satu kata. Jijik.
"Emma sudah selesai. Hari ini Emma akan pergi perawatan bersama Lofi" Lofi adalah pengawal pribadinya. Ya mereka semua memiliki pengawal pribadi. Zeva dengan Stev, Alyssa dengan Jeff, Emma dengan Lofi, dan Aldrich dengan Jame. Pengawal mereka bukanlah sekedar pengawal biasa. Mereka di didik dalam sekolah kepengawalan di Istana Zeda dan murid-murid yang memiliki prestasi dan kemampuan terbaik akan di angkat menjadi pengawal pribadi bagi para Bangsawan Zeda.
"Jangan terlalu lama, berhati-hatilah di jalan" Ucap Alyssa .
"Apa Zeva tidak ingin perawatan juga? Ayah akan membayarnya" Zeva menggeleng.
"Biayai Emma saja" Setelahnya Zeva meninggalkan meja makan menuju ke Tamannya, Ia lupa memetik Alpukat semalam. Emma sungguh senang dengan perkataan Kakaknya, Ayahnya akan membayar perawatannya.
"Hati-hati di jalan, teruslah bersama Lofi. Ayah akan membayar biaya perawatanmu" Aldrich pun beranjak pergi untuk menemui para menteri yang sudah menunggu di balai Istana.
Benar bukan? Ayahnya selalu menuruti perkataan Sang Kakak. Apa jika Ia memintanya langsung juga akan diberi oleh Ayahnya? Ia akan mencobanya pada lain waktu. Dengan cepat Ia berjalan menuju mobil yang sudah berada di depan rumah. Lofi dengan sigap membukakan pintu mempersilahkan Emma untuk masuk setelah Ia yakin bahwa Emma nyaman dengan duduknya, Ia pun masuk dan mulai menjalankan mobilnya ke tempat yang Emma inginkan.
Zeva masih sibuk dengan Alpukat miliknya. Ia mengawasi Stev yang sedang memanjat mengambil Alpukat-alpukat yang berada di atas dahan. Sebenarnya Zeva bisa mengambilnya, memanjat bukanlah hal yang sulit baginya, Ia sudah terbiasa dengan itu. Sebelum Stev di tunjuknya sebagai pengawal pribadi miliknya. Pada saat musin panen seperti ini, Ia sendiri yang akan memanjat pohon itu.Namun, siapa yang akan tega membiarkan seorang Puteri Raja memanjat? Tidak ada, kan. Begitu pula dengan Stev, Ia tidak ingin Zeva terluka sedikit pun. Ia begitu menghormati Zeva, baginya Zeva bisa menjadi sahabat, teman bermain, saudara dan Ibunya dalam waktu bersamaan. Ia sungguh bersyukur pada Zeva karena sudah mempercayakan dirinya untuk menjadi penngawal pribadinya.
Awalnya Stev cukup ragu dengan pilihannya untuk mencalonkan diri menjadi pengawal pribadi Zeva. Namun, Ia hanya mengikuti kata hatinya, dan yah.. Ia sangat tidak menyesal dengan keputusan itu.
"Hati-hati, Stev" Ucap Zeva dengan wajah datarnya. Stev sudah terlalu biasa melihat wajah datar milik majikannya itu. Ia tahu walaupun Zeva menampakkan wajah datarnya, tapi hati Zeva itu sangat peduli dan baik.
"Saya akan, Tuan puteri Zeva" Zeva sudah selesai memetik Alpukat yang tumbuh di bawah dahan. Cukup banyak memang. Zeva melangkahkan kakinya menuju rumah pohon. Ia ingin mengistirahatkan dirinya yang sudah mulai merasa lelah. Para pelayan yang juga ikut membantu, mulai bergerak menuju dapur untuk mengambil minum untuk Zeva.
Zeva mendudukkan dirinya di sofa berwarna Abu-abu. Peluhnya menetes dari dahinya, namun Ia suka dengan kegiatan yang Ia lakukan saat ini. terdengar langkah kaki seseorang yang menaiki rumah pohon, Ia hafal , itu adalah Stev.
"Tuan Puteri, Saya sudah memetik semuanya dan jika di kumpulkan , ada 3 karung penuh Alpukat. Apa yang akan Anda lakukan dengan itu?" Zeva berpikir sejenak, 3 karung itu terlalu banyak baginya. Mendadak terlintas di pikirannya, si penjual bibit sayur.
"Berikan satu karung pada si penjual bibit sayur itu" Stev tahu siapa yang Zeva maksud. Stev mengangguk paham
"Baik, akan saya laksanakan. Ada lagi Tuan Puteri Zeva?"
"Bagikan satu karung lagi untuk para pelayan dan sisanya letakkan di gudang persediaan, pelayan disana sudah tahu apa yang harus mereka lakukan dengan itu" Stev kembali mengangguk.
"Baik, saya permisi untuk menjalankan perintah" Stev pun turun, dalam hati Ia sangat senang dengan perintah-perintah dari Zeva untuk memberikan makanan, buah atau baju milik Zeva pada orang-orang yang memang membutuhkan.
"Tugas mulia lagi, Stev?" Itu Jame—pengawal pribadi milik Aldrich. Ia dan Jame merupakan teman sekelas jadi mereka berdua memang cukup dekat,
"Ya, ini untukmu" Stev memberikan seplastik buah Alpukat pada Jame yang di terima dengan senang hati oleh Jame.
"Sampaikan terimakasih ku pada Tuan Puteri"
"Aku akan. Sampai bertemu lagi, aku harus membagikan ini dengan cepat" Jame hanya mengangguk mengerti.
"Hah.. betapa beruntungnya dia bisa menjadi pengawal Tuan Puteri Zeva" Ucap Jame pelan sambil menatap ke arah Stev yang sudah menghilang dari pandangannya. Jame merupakan salah satu kandidat untuk bisa menjadi pengawal Zeva, hanya saja entah karena apa Ia tidak dipilih oleh Zeva. Walaupun begitu, baginya itu tak masalah.
-ZEVA-
Pukul 6 sore, Emma sudah selesai berdandan dan duduk dengan tenang menunggu jemputan dari pengawal Demian. Dia sudah sangat tidak sabar. Zeva baru saja turun, penampilan sungguh simple namun menawan. Berbeda dengan Emma yang benar-benar tampak elegan, indah dan mewah. ia benar-benar berniat untuk membuat Demian tertarik padanya.
Pintu utama diketuk oleh seseorang, Emma beranjak dari tempatnya membukakann pintu untuk seseorang itu.
"Selamat malam, Tuan Puteri Emma. Saya Zerr, pegawal yang di utus oleh Pangeran Demian untuk menjemput Anda" Emma dengan semangat , memberikan sebelah tangannya pada Zerr, Zerr menerimanya dan membawa Emma masuk ke dalam mobil itu. Zeva pun ikut berjalan ke depan , namun seseorang memberinya hormat membuatnya menghentikan langkahnya.
"Perkenalkan Saya Abras. Saya yang akan mengantarkan Anda ke pesta Pangeran Demian" Ahh.. jadi pria itu mengirimkan 2 pengawal untuk menjemputnya juga Emma. 'Kurang kerjaan sekali' Batinnya.
"Saya bisa sendiri" Zeva melanjutkan langkah kakinya memasuki mobil itu dan mobil pun berjalan.
30 menit waktu yang ditempuh mereka ke Kerajaan Alston. Padahal jika normalnya mereka harus menempuh waktu 2-3 jam perjalanan. Mereka melewati jalan istimewa yang tidak bisa sembarang orang bisa melewatinya dan hanya beberapa orang saja yang tahu mantra pembuka jalan itu dan Zeva tahu itu. Ia sengaja membaca pikiran pengawal yang bernama Abras itu.
"Selamat datang di Alston, Tuan Puteri Zeva dan Tuan Puteri Emma" Saat mereka turun, mereka disambut antusias oleh Devilia. Emma juga Zeva membungkukkan badan mereka memberi penghormatan.
"Terima kasih, sudah merepotkan Yang Mulia Ratu Devilia yang langsung menyapa kami" Ucap Emma dengan tersenyum, jangan terkejut dengan sikap formalnya. Ia sudah terbiasa dengan hal yang seperti ini. Devilia membalasnya juga dengan tersenyum.
"Zeva, bagaimana perjalananmu?" Tanya Devilia pada Zeva sambil tersenyum menawan.
"Baik, terima kasih sudah bertanya" Jawab Zeva seadanya.
"Baguslah kalau begitu, ayo silahkan masuk" Devilia berjalan mendekat ke arah mereka lalu mengapit lengan mereka dan berjalan masuk. Emma sangat senang dengan sikap Devilia yang ramah , berbanding terbalik dengan Zeva yang merasa tidak nyaman dengan perlakuan Devilia.
"Selamat datang semuanya. Tamu spesial sudah datang dan saatnya kita mulai pestanya. Namun sebelumnya Aku akan memperkenalkan pada kalian semua, dua Puteri Kerajaan Zeda yang sangat menawan ini" Zeva benci situasi yang tidak mengenakkan ini.
TBC.