Chereads / ZEVA / Chapter 14 - Part XIII

Chapter 14 - Part XIII

Selama 2 minggu Zeva berlatih tanpa ada yang mengganggunya. Emma menetap di dalam Mansion selama 2 minggu atas kehendak Zeva. Tentu saja Raja Zeda marah mendengar kejadian itu. Stev yang menjelaskan semuanya pada Raja Zeda dan Ratu Alyssa.

Kini Zeva hampir menyelesaikan seluruh sihir milik Raja Zeda I. Zeva tidak menyangka Ia bisa mempelajarinya dengan secepat itu, jika dilihat secara langsung teknik-teknik yang dijelaskan terlalu rumit, Zeva sedikit mengimprovisasi teknik-teknik tersebut agar sedikit lebih mudah dan ternyata Ia berhasil melakukannya.

"Aku tidak menyangka kamu bisa menguasainya dengan mudah" Zeva hanya berdeham pelan. Saat ini Ia sedang mengistirahatkan dirinya, memulihkan mana yang  terkuras akibat latihannya. Tinggal 2 halaman yang tersisa, tapi disetiap sihir ini Ia harus menggunakan mana yang cukup besar.

"Jangan memaksakan dirimu" Ucap Buku Tua itu.

"Maka dari itu aku beristirahat"  Zeva mendudukkan dirinya, menikmati hembusan angin yang mengenai wajahnya, menghirup udara di sore hari. Memikirkan apa yang harus Ia lakukan setelah latihan ini berakhir? Ia harus pergi kemana? Apa yang harus Ia kumpulkan atau cari? Ia bingung. Untuk apa pula Ia harus repot-repot mencari tahu semua hal ini?

Kenapa Ia harus berlatih sihir ini? untuk apa? Menjadi Ratu bukanlah keinginnya, Ia tidak memiliki niat itu sama sekali. Semua hal ini hanyalah sebuah rasa penasarannya saja. Jikalau Ia telah memecahkan semua misteri ini, lalu apa? Setidaknya 2 Kerajaan itu telah berbaikan. Hanya untuk mengetahui siapa Kakek Buyut-nya saja, Ia harus berlatih sampai seperti ini? Tidak masuk akal.

"Fokus pada dirimu, yakin. Itu kuncinya"  Buku Tua itu menyadarkan Zeva dari alam bawah sadarnya. Zeva hanya menatap datar ke arah Buku Tua itu. Banyak pertanyaan yang ada di kepalanya saat ini, tapi semua jawaban ada di dalam dirinya sendiri. Apakah Ia ingin melanjutkannya atau tidak? Hanya dialah yang menentukannya.

"Aku bimbang"

"Coba tanyakan itu pada dirimu sendiri. Saat ini kamulah pemegang kendali Alzeethan, kamu sebagai penentu dunia ini"

"Mengapa aku?"

"Takdirmu berkata begitu. 2 Kerajaan ini memang sudah menyatu namun, jika dirimu tidak bisa memecahkan apa penyebab dibalik ini semua. Aku tidak menjamin bahwa Zeda maupun Alston baik-baik saja"  Zeva mengernyitkan keningnya, Ia pun memikirkan hal yang sama. Ia tidak dapat menjamin bahwa 2 Kerajaan ini akan baik-baik saja. Walau kata damai sudah terlontarkan bahkan dibuat tertulis pun, semua dapat dihancurkan hanya dengan 1 kata. Dendam

Jika rasa dendam itu masih mengalir di darah mereka, maka kemungkinan untuk dapat berdamai kecil. Dilihat dari pihak manapun , semuanya masih memiliki dendam yang amat besar.

"Baiklah. Aku hanya memiliki dugaan sementara. Semua kesalah-pahaman ini pertama kali timbul dikarenakan Kakek Buyut—Raja Zeda I atau saudaranya. Aku juga berfirasat bahwa Alston melakukan sesuatu hal yang membuat Keluarga Zeda murka"  Buku Tua itu mengangguk.

"Ya, kemungkinan itu masuk akal. Hanya saja kita tidak tahu pasti apa penyebabnya"  Zeva ikut menganggukkan kepalanya. Namun, Ia memiliki firasat lagi bahwa hal penyebab kesalah-pahaman ini adalah masalah yang sepele namun berdampak besar.

"Yang terlintas di pikiranku adalah Taman Eden"  Ucap Zeva sambil menatap ke arah  Buku Tua itu.

"Taman Eden adalah taman kehidupan. Taman yang diciptakan agar makhluk hidup dapat bersatu dengan alam. Tanpa Taman Eden, tidak ada Zeda bahkan Alston. Taman itu adalah Kunci dari kebangkitan 2 Kerajaan itu" Jelas Buku Tua itu.

"Aku tidak terlalu tahu tentang hal itu, aku akan mencari lebih detail"

"Lanjutkan latihan ini besok, jika terus dipaksa maka tidak bagus untuk tubuhmu"  Zeva sadar seberapa kalipun Ia mengisi ulang mana-nya, Ia merasa bahwa tubuhnya tetap saja mudah lelah.

"Baik, besok aku akan melanjutkannya"  Zeva membawa Buku Tua itu ke kamarnya. "Istirahatlah, besok akan menjadi hari yang melelahkan" Ucap Zeva pada Buku Tua.

Tok.. tok.. tok..

Seseorang mengetuk pintu kamarnya, sepertinya itu Stev yang ingin menyampaikan sesuatu hal penting.

"Masuk, Stev"  Stev pun masuk ke dalam kamarnya, Ia membungkuk memberi penghormatan.

"Tuan Puteri Zeva, Saya ingin menyampaikan sebuah pesan dari Pangeran Demian untuk Anda"  Zeva mengernyitkan dahinya, merasa bahwa tidak ada hal penting yang harus di sampaikan padanya. Bukankah lelaki itu mendekati Adiknya?

"Apa pesannya?" 

"Ia ingin Tuan Puteri Zeva untuk menghadiri acara makan malam di Istana Alston" Stev mengeluarkan sebuah Undangan berwarna emas dengan pita yang berwarna senada. Zeva semakin bingung, memangnya Alston memperingati apa?

"Aku tidak mengetahui apa yang mereka peringati. Siapa saja yang di undangnya?"

"Seluruh Keluarga Kerajaan Zeda, Tuan Puteri"  Oke, ini semakin membuatnya kebingungan. Zeva menerima undangan tersebut lalu membukanya. Tidak dijelaskan secara pasti acara apa itu. Hanya sebuah acara makan malam tertutup khusus untuk Keluarga Kerajaan. Tertulis pula tanggal dan waktu yang akan diadakan esok hari.

"Kenapa mendadak?" Zeda melihat Stev dengan wajahnya yang amat datar. Ia benci dengan acara yang terlalu mendadak seperti ini.

"Maafkan Saya, Tuan Puteri Zeva. Saya tidak tahu-menahu tentang hal ini. Jame—Pengawal Pribadi Raja Zeda IX baru memberikannya padaku siang tadi"  Zeva yakin bahwa Stev berkata jujur, Stev tidak mungkin melupakan satu hal yang menyangkut tentang dirinya.

"Aku ingin ke Mansion sekarang"

-ZEVA-

"Yang mulia Raja, Tuan Puteri Zeva berada di depan Mansion"  Aldrich terkejut dengan kedatangan Puterinya yang mendadak itu.

"Jangan membuatnya menunggu, buka saja gerbangnya"  Ia sedikit kesal dengan Jame yang harus melaporkan hal itu terlebih dahulu padanya, bukannya membukakan gerbangnya.

"Ayah"  Zeva memberikan hormat padanya. Aldrich tersenyum, Ia merindukan Puteri Sulungnya ini.

"Bagaimana keadaan mu?"

"Baik, Ayah. Bagaimana dengan Ayah?"

"Seperti yang terlihat,aku baik. Ada apa ?"  Zeva menyuruh Stev untuk menyuruh pelayan dapur membawanya segelas chamomile untuknya.

"Sejak kapan undangan Alston diberi?"   Tanya Zeva to the point . Aldrich sekarang tahu apa penyebab datangnya Puteri kesayangannya ini.

"Maafkan Ayah, Nak. Ayah lupa memberitahukan Jame untuk memberikannya padamu. Sudah 3 hari undangan itu diberikan langsung oleh Pangeran Demian. Ayah harap kamu dapat memenuhi undangan tersebut. Seluruh Keluarga Zeda di undang untuk makan malam"  Zeva menghelakan nafasnya. Tentu saja, Ia tidak bisa menolaknya. Ini bukanlah undangan pribadi namun Undangan Resmi Kerajaan. Mau tidak mau, Ia harus pergi.

"Dalam rangka?" 

"Perdamaian dan ada sesuatu hal yang ingin mereka sampaikan. Ayah tidak dapat memberitahukan mu. Maka dari itu, Ayah mohon untuk kehadiranmu"  Untuk kedua kalinya Zeva menghela nafas. Jika Ayahnya sudah memohon seperti ini maka Ia benar-benar tidak bisa menolaknya.

"Baiklah, aku akan datang"  Zeva menatap ke sekeliling Mansion terlihat sepi.

"Ayah senang mendengarnya"  Aldrich benar-benar menyayangi Puteri Sulungnya ini.

"Dimana Ibu dan Emma?"  Biasanya mereka akan muncul dan membuat kehebohan jika ada dirinya. Namun, tidak ada tanda-tanda mereka ada di Mansion.

"Mereka pergi berbelanja gaun baru untuk makan malam besok. Kamu ingin membeli gaun juga? Ayah akan menemanimu untuk membelinya" Zeva berpikir sejenak, gaunnya memang terlihat biasa saja. 'Mungkin aku memerlukan 1 gaun baru' pikirnya.

"Sepertinya aku butuh 1 gaun"  Aldrich segera memanggil Jame untuk menyiapkan kendaraan . Zeva pun menyuruh Stev ikut bersamanya. Stev cukup pintar dalam memilih sebuah gaun yang sesuai dengan seleranya.

Mereka pun pergi ke pusat pembelajaan Bangsawan. Betapa padatnya tempat ini, namun untuk Zeva dan Raja Aldrich tidak perlu mengantri. Itu bukan kemauan Zeva, Ayahnya saja yang langsung masuk ke dalam toko.

"Selamat datang, Yang Mulia Raja Zeda IX dan Tuan Puteri Zeva. Anda ingin mencari gaunyang seperti apa?"  Ucap pelayan toko tersebut ramah.

"Puteriku, pilihlah sesukamu. Toko ini membuat gaun-gaun dengan kualitas tinggi. Ambillah sebanyak yang kamu mau, Ayah akan menunggumu di ruang tunggu"  setelah Aldrich bersama Jame pergi menuju ruang tunggu. Zeva pun duduk di sebuah sofa yang berada di sana. Ia pusing jika dihadapkan dengan gaun-gaun sebanyak itu.

"Stev, pilihlah. Aku lelah"  Stev pun mengangguk, mulai memilih gaun yang Zeva sukai.

5 menit waktu bagi Stev memilih 2 gaun yang menurutnya sesuai dengan selera Zeva. Zeva pun langsung menyuruh pelayan toko tersebut membungkusnya, Ia sudah tidak ingin memilih. Ia hanya ingin cepat pulang ke Istana dan beristirahat.

Stev pun langsung memanggil Aldrich yang sedang berbincang dengan Menteri Keuangan.

"Maafkan Saya yang dengan lancang mengganggu obrolan kalian, namun Yang Mulia Raja, Puteri Zeva sudah terlihat lelah"  Stev masih menundukkan kepalanya. Ia tahu bahwa Zeva belum beristirahat sama sekali semenjak latihan keras yang Ia lakukan sejak 2 minggu itu.

Aldrich pun langsung permisi untuk kembali ke mansionnya, keluar dari ruang tunggu itu dan membayar gaun milik Zeva. Aldrich terkejut,  kenapa Zeva hanya membeli 2 gaun saja.

"Stev, apa benar Zeva hanya ingin membeli 2 gaun ini saja?" 

"Benar, Yang Mulia Raja"  Aldrich mengangguk paham. Zeva memang seperti ini.

"Terima kasih sudah berbelanja di toko kami, Yang Mulia Raja Zeda IX. Semoga hari anda menyenangkan" Pemilik toko tersebut itu pun memberikan hormat pada Aldrich. Aldrich mengucapkan Terima Kasih lalu berlalu menuju kendaraannya yang terparkir di seberang jalan.

"Apakah kamu lelah, Nak?" Aldrich menatap Zeva khawatir. Wajah Zeva terlihat sangat lelah. Entah apa yang Puterinya ini lakukan selama 2 minggu di Istana, namun Ia tahu apapun yang Zeva lakukan itu demi kepentingan diri Zeva sendiri.

Zeva hanya menganggukkan kepalanya pelan. Tenaganya benar-benar terkuras habis saat ini. dapat Ia rasakan bahwa Ayahnya menaruh kepalanya di bahu lebar milik Ayahnya. Zeva merasa nyaman dan rasa nyaman itu semakin membuatnya tenggelam dalam tidurnya.

TBC.